Penyakit Gegara Virus Tick-Borne China Mirip Covid-19?

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
09 August 2020 12:00
INFOGRAFIS, Tick Borne, Wabah Virus Baru dari China
Foto: Ilustrasi penyebaran virus tick-borne yang disebabkan oleh gigitan kutu (Edward Ricardo/CNBC Indonesia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Penyakit menular baru yang juga berasal dari binatang, mirip Covid-19, kembali ditemukan di China. Kali ini, sumber penyakit yang diberi nama SFTS (Severe Fever with Thrombocytopenia Syndrome) itu adalah kutu.

Penyakit yang juga dikenal dengan nama tick-borne itu mewabah di Provinsi Jiangsu China Timur dan di provinsi Anhui. Jenis virus yang menyebabkan penyakit itu masuk kelompok Bunyaviridae atau bunyavirus.

Menurut laporan Global Times, yang dikutip The Indian Times, Minggu (9/8/2020), sejauh ini sudah ada tujuh orang meninggal akibat penyakit itu. Di mana 60 orang lainnya dirawat.

Meski baru kembali menghebohkan dalam waktu dekat ini, namun ternyata penyakit ini sudah lama mewabah di China. Tepatnya sejak 2009. Bahkan, wabah tick-borne itu juga sempat terdeteksi di Jepang dan Korea. Tapi, pemerintah China sempat mengisolasi patogen ini di tahun 2011.

Menurut sebuah studi tahun 2015, ada beberapa spesies kutu yang diduga sebagai pembawa virus SFTS antara lain Haemaphyalis longicornis dan Haemaphyalis campanulata. Kutu-kutu ini biasanya terdapat pada anjing, kucing, domba, dan sapi.



Rute penularan utama penyakit ini adalah melalui gigitan kutu. Tapi, Sheng Jifang, seorang dokter dari RS di bawah Universitas Zhejiang mengatakan kemungkinan penularan dari manusia ke manusia bisa terjadi. Pasien dapat menularkan virus ke orang lain melalui darah atau lendir.

"Selama orang tetap berhati-hati, tidak perlu terlalu panik atas penularan virus tersebut," kata Jifang.

Selain mirip virus corona karena sama-sama berasal dari hewan, SFTS juga memiliki gejala yang mirip dengan wabah asal Wuhan, China itu.

Gejala awal yang ditimbulkan virus itu adalah demam dan batuk. Penderita biasanya menggigil, kehilangan nafsu makan, mengalami muntah, diare, dan pendarahan pada gusi.

Untuk pasien yang mengalami efek penyakit tingkat parah biasanya akan ditandai dengan penurunan leukosit dan trombosit darah di dalam tubuh penderita.

Menurut NZHerald, bunyavirus ini dapat menyebabkan sindrom trombositopenia. CNA melaporkan seorang petani teh berusia 65 tahun di provinsi Jiangsu China baru-baru ini jatuh sakit dengan demam 40 derajat celcius dan batuk berulang.


(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Heboh Virus Tick-Borne di China, Bisa Menular Antarmanusia?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular