Konsumen Tak Kunjung Pede, Bisakah RI Hindari Resesi?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
06 August 2020 12:03
deretan mall tutup
Ilustrasi Gerai Ritel (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Konsumen Indonesia masih belum optimistis dalam memandang kondisi ekonomi terkini dan beberapa bulan ke depan. Ini terlihat dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang belum juga menembus level optimistis yaitu 100.

Bank Indonesia (BI) melaporkan, IKK pada Juli 2020 berada di 86,2. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 83,8 tetapi masih di bawah 100.

Walau konsumen belum pede mengarungi bahtera ekonomi, tetapi pesimisme itu semakin menipis. Sejak menyentuh titik nadir pada Mei, IKK terpantau naik dua bulan beruntun meski belum bisa menyentuh angka 100.

"Survei Konsumen Bank Indonesia pada Juli 2020 mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi membaik, meskipun masih berada pada zona pesimis (<100)," sebut laporan BI.

IKK terbagi menjadi dua sub-indeks yaitu Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Kondisi Ekonomi (IEK). Pada Juli, skor IKE adalah 50,7, naik dibandingkan bulan sebelumnya yakni 45,8. IKE memang belum di atas 100, tetapi semakin membaik. 

Nah, yang menarik adalah IEK. Pada Juli, IEK tercatat 121,7. Sudah di atas 100, berarti konsumen sudah pede menatap masa depan.

IKE dibagi lagi menjadi tiga sub-indeks yaitu Indeks Penghasilan Saat Ini, Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja, dan Indeks Pembelian Barang Tahan Lama. Ketiganya mencatatkan perbaikan pada Juli.

"Menguatnya keyakinan konsumen pada Juli 2020 didorong oleh membaiknya persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, yang terefleksi pada perbaikan seluruh komponen pembentuknya yaitu keyakinan terhadap penghasilan, ketersediaan lapangan kerja, dan pembelian barang tahan lama. Hal tersebut seiring dengan kegiatan ekonomi yang kembali meningkat pasca pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di berbagai kota di Indonesia," sebut laporan BI.

Konsumen, lanjut laporan BI, lebih yakin melihat penghasilan saat ini ketimbang enam bulan sebelumnya. Pelonggaran PSBB berdampak kepada perbaikan penghasilan rutin (gaji/honor) maupun omzet usaha.

Sejalan dengan meningkatnya keyakinan terhadap penghasilan dan ketersediaan lapangan kerja, konsumen lebih bersedia untuk membeli barang-barang tahan lama. BI memantau terjadi kenaikan pembelian barang elektronik, furnitur, dan perabot rumah tangga.

Data ini menggambarkan bahwa rasanya masa-masa paling prihatin akibat pandemi virus corona (Coronavirus Diseasse-2019/Covid-19) sudah berlalu. Kuartal II-2020 menjadi titik nadir, selepas itu ekonomi mulai pulih seiring dengan pelonggaran PSBB.

Pada kuartal II-2020, output perekonomian (Produk Domestik Bruto/PDB) Indonesia terkontraksi alias tumbuh negatif 5,32% year-on-year (YoY). Ini menjadi catatan terendah sejak 1999.

Kalau pada kuartal III-2020 ekonomi minus lagi, maka Indonesia resmi masuk masa resesi. Namun ada harapan Indonesia tidak terjerumus ke jurang resesi, karena pada kuartal III-2020 kontraksi sepertinya tidak terulang.

Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan, memperkirakan ekonomi Ibu Pertiwi pada Juli-September 2020 akan tumbuh di kisaran 0-0,5%. Kemudian pada kuartal IV-2020, PDB bakal tumbuh lebih tinggi yaitu mendekati 3%.

Namun walau ekonomi diyakini akan membaik, prosesnya tidak akan cepat. Maklum, hantaman PSBB sangat keras sehingga butuh waktu untuk bangkit.

Konsumsi rumah tangga, yang menyumbang lebih dari 50% dalam pembentukan PDB, masih lemah meski PSBB sudah dilonggarkan. Pendapatan masyarakat memang meningkat dibandingkan saat PSBB, tetapi masih jauh di bawah pra-pandemi.

"Contoh, pendapatan 10 pengemudi ojek online yang kami wawancarai pada 15-17 Juli bisa mencapai rata-rata Rp 165.500/hari sebelum pandemi. Saat PSBB diberlakukan, pendapatan mereka turun sampai Rp 23.000/hari dan saat ini sudah naik tetapi hanya menjadi Rp 42.500/hari. Pendapatan masyarakat, terutama di kelompok menengah-bawah yang bekerja di sektor informal, masih jauh di bawah level pra-pandemi," papar Anthony Kevin, Ekonom Mirae Asset, dalam risetnya.

Well, masa depan memang sangat samar-samar. Memang ada harapan Indonesia bisa terhindar dari resesi, tetapi risiko resesi bukannya tidak ada sama sekali. Bahkan risiko itu lumayan tinggi, apalagi kalau PSBB diketatkan lagi gara-gara lonjakan kasus corona.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular