
Target Investasi Migas Rp211 T, Realisasi 1H-2020 Baru Rp81 T

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat investasi di sektor minyak dan gas (migas) sampai dengan semester I-2020 mencapai US$ 5,6 miliar (Rp 81,65 triliun dengan kurs Rp 14.581,86/US$). Nilai itu masih jauh dari target yang ditetapkan, yaitu US$ 14,5 miliar (Rp 211,38 triliun).
Apabila diperinci, investasi hulu migas baru mencapai US$ 4,8 miliar (Rp 69,98 triliun), sedangkan investasi hilir US$ 712 juta (Rp 10,38 triliun).
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Ego Syahrial mengatakan, pandemi Covid-19 tidak hanya berdampak pada investasi migas di Indonesia, melainkan juga negara-negara lain di dunia. Salah satu imbasnya adalah perusahaan migas memangkas belanja modal (capital expenditure).
"(Target investasi migas) US$ 14,5 miliar, realisasi US$ 5,6 miliar, baru 1/3 nya. Ini dampak dari situasi yang kita hadapi," ujar Ego dalam konferensi pers secara virtual, Rabu (05/08/2020).
Kemudian dari sisi penerimaan migas, setelah ada revisi APBN tahun 2020 sebagaimana Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2020, Ego bilang penerimaan migas 74% dari target Rp 56,41 triliun. Lalu, lifting migas 755 ribu BOPD turun menjadi 705 ribu BOPD.
Dalam menggenjot investasi migas, Ego bilang Kementerian ESDM sudah mengeluarkan regulasi terkait kontrak migas ke depan, dan rencana lelang wilayah kerja (WK) migas konvensional.
Sebelumnya, SKK Migas memproyeksikan realisasi investasi hulu migas tahun ini sebesar US$ 11,60 miliar. Nilai itu jauh di bawah target yang ditetapkan SKK Migas, yaitu US$ 13,83 miliar.
Sementara itu, sampai dengan semester I-2020, SKK Migas melaporkan realisasi investasi hulu migas baru mencapai US$ 4,7 miliar atau 34% dari target tahun ini. Semua itu tak lepas dari faktor harga minyak dan gas hingga pandemi Covid-19 yang berdampak ke sektor hulu migas.
Kepala SKK Migas Dwi Sutjipto menjelaskan SKK Migas berupaya agar ada investasi-investasi tambahan yang bisa direalisasikan kontraktor kontak kerja sama (KKKS) sebesar US$ 510 juta.
"Sehingga dari dua hal ini outlook 2020 adalah US$ 11,6 miliar dan ini berarti turun 16%. Jadi memang kita turun," kata Dwi dalam keterangan pers secara virtual, Jumat (17/7/2020).
Kendati demikian, Dwi mengatakan investasi hulu migas nasional masih lebih baik jika dibandingkan dengan investasi hulu migas global. Tren investasi hulu migas global terjadi penurunan sebesar 30% dari rencana awal US$ 325 miliar turun menjadi US$ 228 miliar.
(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pertamina Genjot Produksi Anak Usaha di Hulu Kala Pandemi