UI 'Ramal' PDB RI Q2-2020 -4,2% Hingga -5,3%, Resesi?

Muhammad Iqbal, CNBC Indonesia
04 August 2020 14:48
Infografis/Mohon Maaf Bukan Kabar Baik, Semua Ramal Dunia Resesi/Aristya Rahadian Krisabella
Foto: Infografis/Mohon Maaf Bukan Kabar Baik, Semua Ramal Dunia Resesi/Aristya Rahadian Krisabella

Jakarta, CNBC Indonesia - Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI) merilis proyeksi ekonomi Indonesia untuk kuartal II-2020 dan full year 2020.

Dalam laporan yang dikutip CNBC Indonesia, Selasa (4/8/2020), LPEM FEB UI memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan II-2020 berada pada rentang -4,2% hingga -5,3%.

LPEM FEB UI tidak merilis proyeksi untuk pertumbuhan PDB di kuartal III-2020. Namun, untuk keseluruhan tahun, lembaga ini 'meramal' perekonomian tanah air bertumbuh 0% hingga -1,5%.

Dalam penjelasannya, LPEM FEB UI menulis sudah lima bulan sejak kasus pertama Covid-19 di Indonesia diumumkan pada awal Maret lalu. Penyebaran virus corona baru penyebab Covid-19 tidak hanya berdampak kepada kesehatan manusia, namun juga perekonomian.

Berbagai kebijakan pencegahan, seperti pembatasan perjalanan antar wilayah serta pembatasan sosial, telah berdampak pada hampir
seluruh sektor ekonomi.

"Disrupsi selama pandemi ini tercermin dalam pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah dari perkiraan di triwulan-I 2020 sebesar 2,97%, dibandingkan dengan konsensus di sekitar 3,5-4,0%," tulis LPEM FEB UI.

Kontributor utama PDB, seperti sektor manufaktur, perdagangan grosir dan eceran, konstruksi, dan sektor pertambangan dan penggalian, yang secara akumulatif menyumbang lebih dari setengah keseluruhan PDB, mengalami kontraksi pada triwulan-I 2020.

Pada saat yang sama, konsumsi rumah tangga merosot menjadi hanya 2,84%, jauh di bawah pertumbuhan 5,01% yang tercatat pada periode yang sama tahun lalu. Gangguan permintaan domestik tercermin dari penurunan pertumbuhan di hampir semua subsektor konsumsi. Di sisi lain, tren permintaan dan konsumsi yang melambat telah berdampak pada penurunan inflasi dalam lima bulan berturut-turut sejak bulan Februari.

"Kami melihat bahwa tren inflasi yang rendah akan terus berlangsung, setidaknya, sampai kepercayaan konsumen kembali meningkat," tulis LPEM FEB UI.

Untuk faktor eksternal, gangguan signifikan dalam perdagangan dan investasi global tidak dapat dihindari karena produksi dan konsumsi menurun di seluruh dunia. Investasi Indonesia secara keseluruhan terus turun dengan tingkat pertumbuhan terendah sejak tahun 2006.

Lebih dari itu, rendahnya permintaan telah mengakibatkan surplus perdagangan, yang kemudian memperbaiki defisit neraca transaksi berjalan (CAD) menjadi US$ 2,9 miliar atau setara dengan -1,4% dari PDB pada triwulan-I 2020.



Namun, LPEM FEB UI mengingatkan perbaikan ini tidak mencerminkan kondisi ekonomi yang lebih baik karena surplus perdagangan merupakan hasil dari penurunan impor yang signifikan dibandingkan ekspor. Tren serupa berlanjut pada neraca perdagangan April-Juni 2020.

"Kami melihat bahwa CAD yang lebih rendah akan tetap berlangsung pada triwulan-II 2020 dengan estimasi defisit sebesar -1,2 sampai -1,5% dari PDB," tulis LPEM FEB UI.

"Karena puncak pandemi masih belum pasti, PDB pada triwulan-II 2020 diperkirakan akan terkontraksi secara signifikan. Perlambatan ekonomi diperkirakan mencapai -4,2% hingga -5,3% dengan estimasi untuk keseluruhan tahun2020 sekitar 0,0% hingga -1,5%."



Sementara itu, konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia menghasilkan nilai median perubahan PDB sebesar -4,53% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY).

"Kalau sampai terwujud, maka akan menjadi catatan terburuk sejak 2009. Kala itu, Indonesia sedang mencoba bangkit dari terpaan krisis keuangan Asia alias krisis moneter alias krismon," tulis Tim Riset CNBC Indonesia.

Sementara dibandingkan kuartal I-2020 (quarter-to-quarter/QtQ), PDB Indonesia periode April-Juni 2020 diperkirakan terkontraksi -2,89%. Pada kuartal I-2020 ekonomi Tanah Air sudah terkontraksi -2,41%.

"Kontraksi ekonomi secara QtQ dalam dua kuartal beruntun sudah memenuhi definisi resesi teknikal. Dalam hal ini, Indonesia sudah merasakan pahitnya resesi," tulis Tim Riset CNBC Indonesia.

"Sebagian institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus juga memberi proyeksi untuk pertumbuhan ekonomi sepanjang 2020. Hasilnya, ekonomi Ibu Pertiwi lagi-lagi diramal terkontraksi -0,155%."


(miq/wed)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article PDB RI Q1-2020 2,97%, Siap-siap Minus di Q2

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular