PDB RI Q1-2020 2,97%, Siap-siap Minus di Q2

Ratu Rina, CNBC Indonesia
05 May 2020 18:27
Suasana aktivitas pasar Nangka, Jakarta Pusat, Rabu (19/2). Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyetujui usulan Menteri Keuangan Sri Mulyani untuk menerapkan cukai terhadap produk plastik secara keseluruhan, bukan hanya kantong plastik. Pasalnya, dari sebagian besar anggota berpandangan bahwa, apabila pemerintah ingin mengedepankan aspek lingkungan dan kesehatan, seharusnya cukai plastik bukan hanya ditunjukkan untuk kantong kresek saja. Tapi juga terhadap beberapa produk plastik lainnya, seperti minuman kemasan, kemasan makanan instan, dan lain sebagainya. Sri Mulyani juga mengajukan pengenaan beberapa produk kena cukai ke Komisi XI DPR. Salah satu barang yang akan kena cukai adalah kendaraan bermotor khususnya kendaraan yang masih mengeluarkan emisi CO2. Ketentuan yang akan diatur adalah, dikecualikan pada kendaraan:

Kendaraan yang tak menggunakan BBM seperti kendaraan listrik

Kendaraan umum, kendaraan pemerintah, kendaraan keperluan khusus seperti ambulan dan damkar

Kendaraan untuk kebutuhan ekspor

Berdasarkan bahan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) yang diterima CNBC Indonesia, belum ada besaran tarif yang diusulkan. Besaran tarif dapat berubah tergantung tujuan dari kebijakan pemerintah. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Kendaraan (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2020 sangat rendah hanya tumbuh 2,97% year-on-year (YoY).

Kepala Ekonom BCA, David Sumual mengatakan realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal I-2020 tersebut jauh di bawah konsensus dan proyeksi pasar yang memperkirakan tumbuh sekitar 4% (yoy), dan jauh di bawah perkiraan pemerintah yaitu 4,5% sampai 4,7% (yoy).

Pertumbuhan ekonomi yang rendah ini disebabkan penurunan konsumsi rumah tangga di tengah penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

"Memang kita tidak mengira bahwa ini mulai berdampak pada konsumsi rumah tangga karena kan memang PSBB itu baru Maret pertengahan dan kita mengira Januari-Februari masih akan cukup baik, ternyata kita lihat konsumsi rumah tangga pun sudah jatuh ke posisi 2,84% jadi domestik demand secara keseluruhan hanya sekitar 2,5% kalau kita tidak memperhitungkan perdagangan internasional ekspor impor," Kata David dalam program Closing Bell CNBC Indonesia, Selasa (05/05/20).

Menurutnya, sejak awal pertumbuhan ekonomi di kuartal I-2020 hanya dipengaruhi oleh sektor sektor yang terdampak adanya gangguan pasokan dari negara asal Covid-19, China. Namun, "kelihatan di akhir Maret ini konsumsi sudah mulai turun sehingga untuk kuartal I tahun 2020 ini jauh di bawah perkiraan," ujar David.

PDB RI Q2-2020 Bisa 0% Bahkan Minus

Akibat adanya pembatasan aktivitas karena pandemi covid-19, David memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2020 berpotensi makin anjlok hingga -1%.

"Sebenarnya karena psbb lebih luas lagi diterapkan ke banyak kota besar itu mulai April, saya pikir untuk kuartal II kemungkinan akan lebih turun drastis untuk pertumbuhan ekonomi kita, kemungkinan ke arah bisa 0 bahkan bisa saja negatif untuk kuartal II," pungkasnya.

Hal yang sama juga akan berlanjut pada kuartal III-2020, dia berharap "di kuartal IV sudah mulai pulih pertumbuhan ekonominya," tambah David.

Lebih Lanjut, pada kuartal II-2020 David belum melihat masa puasa dan Lebaran bisa meningkatkan inflasi. Padahal biasanya kenaikan inflasi tertinggi ada di momentum high season saat Ramadhan dan hari raya lebaran.

"Iya belum pernah inflasi serendah ini memasuki puasa jadi hanya 0,17% kemarin dan ini jauh di bawah perkiraan juga, dan memang terlihat mulai berdampak PSBB ini pada permintaan terutama produk-produk seperti bahan makanan, produk pertanian, daging, daging ayam, ikan ini terpengaruh harganya sehingga inflasi relatif rendah dan memang pengaruhnya terutama karena Berlakunya PSBB, airline tiket dan lain-lain transportasi juga harganya turun, ini pengaruh juga dari daya beli ya masyarakat mulai terpengaruh terutama untuk kelas menengah ke bawah," jelasnya.

"Namanya penyakit Covid-19 kita tidak bisa tahu pekerjaannya tapi beberapa terakhir ini sudah mulai menunjukkan perbaikan dan kita berharap di juni atau juli perkiraan pemerintah kita bisa kembali normal, Itu yang kita harapkan ke depan sehingga ekonomi bisa kembali normal," katanya




(dru) Next Article Potret Negara dengan Pertumbuhan Tercepat Dunia, Dulu Miskin!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular