Internasional

Negara-negara Ini Resesi karena Corona

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
03 August 2020 11:35
Korea Selatan AP/Lee Jin-man

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah negara resesi karena pandemi corona (Covid-19). Yang terbaru adalah Uni Eropa, di mana kawasan ini mengalami resesi terdalam bahkan terburuk selama 25 tahun terakhir.

PDB kawasan berkontraksi atau minus hingga 11,9% di kuartal II 2020 ini secara tahun ke tahun (YoY). Sebelumnya di kuartal pertama ekonomi UE juga -3,2%.

Di basis kuartalan (QtQ), ekonomi UE -14,4% di kuartal II 2020. Ini juga menyusul pencapaian buruk di kuartal sebelumnya -2,7%.



Ekonomi Spanyol misalnya menyusut paling dalam ke -18,5% dari April hingga Juni. Sementara Prancis -13,8%, Italia -12,4%, dan Jerman -10,1%.

Resesi Zona Euro sebenarnya sudah diperkirakan sebelumnya. Pasalnya, negara-negara dengan perekonomian terbesar di Benua Biru menerapkan lockdown yang masif dan ketat saat wabah yang disebabkan oleh corona merebak di kawasan.

Analis memperkirakan periode pemulihan akan berjalan cukup lama, setidaknya hingga 2022 atau bahkan bisa lebih.

Fenomena 'great recession' ini telah membuktikan bahwa ekspansi ekonomi selama bertahun-tahun akhirnya lenyap dalam hitungan bulan akibat munculnya musuh tak kasat mata berukuran ultra mikroskopik yang tak pernah diduga sebelumnya.

"Semua pertumbuhan PDB yang terlihat pada dekade 2010-2019 telah dihapus dalam lima bulan," kata Marc Ostwald, kepala ekonom di ADM Investor Services International dikutip Associated Press.

Resesi di UE sebelumnya juga telah melanda negara lainnya. Berikut daftar negara yang sebelumnya jatuh ke jurang resesi:

Amerika Serikat
Perekonomian negeri Paman Sam tersebut -32,9% pada periode April - Juni. Kontraksi ini jauh lebih tajam dari kuartal I yang tercatat -5%.  Demikian laporan dari Departement Perdagangan AS yang baru dirilis, Kamis (30/7/2020) dilansir langsung dari CNBC International.

Kontraksi tajam terjadi dalam konsumsi, ekspor, hingga inevstasi dan pengeluaran pemerintah. Terlihat, spending yang tergelincir cukup dalam adalah health care atau kesehatan dan barang-barang seperti pakaian dan alas kaki. Sementara penurunan investasi terdalam diakibatkan oleh loyonya sektor otomotif.

Hong Kong
Hantu resesi belum meninggalkan Hong Kong. Ekonomi kota di bawah China itu kembali mengalami kontraksi atau -9% di kuartal-II 2020 secara tahun ke tahun (YoY) dari data Rabu (29/7/2020).

Ini adalah kontraksi empat kuartal berturut-turut untuk pusat ekonomi global ini. Di mana aktivitas ekonomi sudah susut sejak pertengahan 2019, saat protes besar-besaran massa anti Beijing terjadi.

Meski begitu, data terbaru menunjukkan hasil yang lebih baik dibanding kuartal-I 2020, -9,1% (YoY). Di basis kuartalan (QtQ), ekonomi - 0,1% di kuartal II-2020 ini.

"Ekonomi Hong Kong stabil pada kuartal terakhir ini karena stimulus fiskal dan permintaan yang lebih kuat di China mengimbangi konsumsi dan investasi yang melemah," kata Ekonom China untuk Capital Economics dalam sebuah catatan ditulis CNN Business.

Meski demikian, ancaman gelombang kedua Covid harus diwaspadai. Beberapa pekan ini, kasus Covid-19 Hong Kong naik setelah mampu mengendalikan virus tiga bulan lalu.
"Jalan bergelombang menuju pemulihan" kata Kepala Keuangan Hong Kong Paul Chan dalam sebuah postingan blognya.

"Terulangnya epidemi lokal baru-baru ini, menunjukkan bahwa mungkin diperlukan waktu lama untuk ekonomi lokal pulih."

Hong Kong mendapat tekanan berat saat ini. Bukan hanya soal politik dan Covid-19, Hong Kong juga dijadikan hotspot perselisihan China dan AS.








Korea Selatan
Pada pekan lalu, Bank of Korea mengumumkan bahwa produk domestik bruto (PDB) negara itu secara kuartalan (QtQ) pada kuartal II 2020 tercatat -3,3%. Pada basis yang sama di kuartal I sebelumnya, ekonomi -1,3%.

Kontraksi ini adalah yang paling tajam sejak kuartal-I 1998. Perlambatan ini juga lebih parah dari polling Reuters 2,3%. Sementara secara tahunan (YoY), PDB negara ini minus 2,9% dari periode yang sama tahun lalu. Namun, ekonomi masih tumbuh di kuartal-I 1,4%. Penurunan ini terbesar sejak kuartal-IV tahun 1998. Ini juga lebih buruk dari polling Reuters 2%.

Menurut analis, penyebab dari perlambatan itu adalah karena tingginya tingkat ketergantungan negara pada perdagangan global, yang sangat terganggu selama banyak penguncian diberlakukan berbagai negara. Ekspor yang menyumbang 40% ekonomi, turun 16,6%.

"Saat pengeluaran konsumen seharusnya pulih bertahap, ancaman dari virus belum pudar sepenuhnya," kata Ekonom Capital Economics Asia Alex Holmes dikutip Reuters.

Menteri Keuangan Korsel Hong Nam-ki mengatakan ekonomi kemungkinan akan pulih pada kuartal-III. Sebelumnya IMF memperkirakan ekonomi Korsel akan berkontraksi 2,1% di 2020.

"Mungkin ... melihat rebound seperti China pada kuartal-III ketika pandemi melambat dan aktivitas produksi di luar negeri, sekolah dan rumah sakit berjalan lagi," katanya.

Singapura
Singapura juga resmi resesi setelah perekonomiannya tertekan cukup dalam. Pengumuman ini disampaikan melalui Kementerian Perdagangan dan Industri (MTI) Singapura, Selasa (14/7/2020).

Secara kuartalan, ekonomi Singapura di kuartal II 2020 berkontraksi atau minus 41,2%. Sementara secara tahunan, PDB anjlok 12,6%.

Ini melebihi survei sejumlah lembaga dan ekonom. Corona memukul keras ekonomi Singapura yang fokus pada perdagangan.
MTI pun memperkirakan ekonomi negeri itu dalam setahun bisa berkontraksi di rentan. 7-4%. Ini menjadi resesi terburuk bagi negeri kota itu sejak 1965.





Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular