
Pandemi Covid-19 Berlanjut, Konsumsi Listrik Bisa Drop 6%

Jakarta, CNBC Indonesia - Konsumsi listrik di masyarakat cukup terpengaruh masa pandemi covid-19. Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Rida Mulyana memperkirakan konsumsi listrik minus 6,25 persen, dengan skenario jika pandemi Covid-19 masih berlanjut.
"Sampai Juni masih tumbuh 0,95%, tapi memproyeksikan ke depan, jika pandemi masih berlanjut sampai Desember prediksi pertumbuhan minus 6,25%, atau turun dibandingkan dengan konsumsi 2019," katanya saat konferensi pers secara virtual di Jakarta, kamis (30/7/2020).
Penggunaan listrik menurutnya digolongkan beberapa kategori. Pertama untuk penggunaan sosial seperti masjid dan gereja, negatif 1,13% per Juni. Artinya dibanding dengan Juni tahun lalu konsumsinya lebih rendah.
Selanjutnya untuk konsumsi Rumah Tangga, ada kenaikan konsumsi, hingga Juni ada kenaikan hampir 10% atau tepatnya 9,84%. "Karena work from home, aktivitas lebih banyak di rumah sehingga konsumsi naik," jelasnya.
Selanjutnya untuk konsumsi bisnis, ada penurunan hingga 6,68% sampai dengan Juni 2020. Konsumsi listrik untuk industri juga tercatat 7,19%. Untuk konsumsi pemerintah ada kenaikan 1%.
"Yang paling tinggi itu golongan curah atau layanan khusus. Kita baru ada LRT tahun ini, ada KEK, mereka beli di PLN curah, kenaikan 43% dibanding tahun lalu," katanya.
Investasi Listrik Baru 33% Target
Realisasi investasi di sektor ketenagalistrikan hingga Juni 2020 baru mencapai US$ 4 miliar. Realisasi ini belum sampai setengahnya dari target.
"Artinya pencapaiannya 33,2% dari target," ujarnya.
Dia mengatakan, target investasi tahun 2020 adalah sebesar US$11,5 miliar. Di mana tahun-tahun sebelumnya, investasi di tenagalistrikan selalu menunjukkan tren kenaikan.
"Karena Covid-19 semoga masih membaik. Secara bulanan ada realisasi yang melebihi target," katanya lagi.
Pencapaian lainnya, hingga Juni 2020 sebanyak 71 Gigawatt pembangkit listrik terpasang di mana ada 44.950 transmisi yang terpasang. Angka ini 21,3% dari target tahun ini.
"Selanjutnya untuk Jaringan distribusi unit KMS, target 46 ribu, baru dicapai Mei kurang lebih 13.500 KMS atau 29,2%," ujarnya.
Dia juga menyebut rasio elektrifikasi, 2020 ditargetkan 100%. Hingga Juni rasio elektrifikasi sudah mencapai 99,07%, di mana untuk desa berlistrik sudah mencapai 99,48%.
"Tahun 2015 sampai 2018 naik tajam, tahun berikutnya landai. Sisanya untuk saudara-saudara yang bermukim sulit dijangkau PLN. Kondisi demografi, memerlukan upaya yang lebih sehingga pencapaian agak melambat," tuturnya.
Terakhir realisasi subsidi listrik hingga Mei Rp 22,94 triliun. Angka ini 41,9% dari target APBN, di mana sesuai APBN yang ditetapkan UU, subsidi listrik tahun ini sebesar Rp 54,79 triliun.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Stimulus Listrik untuk Siapa?