
Kejar-kejaran Menuju Resesi! Habis Hong Kong, Kini Jerman

Jakarta, CNBC Indonesia - Output perekonomian Negeri Panser dilaporkan mengalami penyusutan yang besar di kuartal kedua tahun ini. Jerman kini sah menyusul Hong Kong masuk ke dalam jurang resesi.
Pertumbuhan PDB ekonomi terbesar di Eropa mengalami kontraksi 2% (yoy) pada kuartal pertama tahun ini. Kontraksi berlanjut di kuartal kedua. Bahkan dengan derajat yang lebih besar.
Berdasarkan data Federal Statistical Office, ekonomi Jerman pada bulan April-Juni 2020 menyusut 10,1% (YoY). Ini merupakan kontraksi paling dalam sejak pencatatan PDB secara kuartalan yang dimulai pada 1970 silam.
Pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) adalah biang kerok dari anjloknya perekonomian negara yang dipimpin oleh kanselir Angela Merkel. Kontraksi perekonomian Jerman pada kuartal kedua tak terlepas dari pembatasan mobilitas publik melalui lockdown untuk mengendalikan wabah.
Hal tersebut menyebabkan konsumsi rumah tangga, investasi bisnis hingga sektor mengalami penurunan yang tajam. Jerman pertama kali melakukan karantina terhadap 80 juta penduduknya pada 22 Maret silam.
Lockdown tidak hanya dilakukan oleh Jerman saja. Ekonomi terbesar Eropa lainnya seperti Italia, Perancis dan Spanyol juga menerapkan kebijakan yang sama dalam waktu berdekatan.
Sehingga lockdown yang masif ini membuat ekonomi zona Euro jatuh terjerembab ke teritori zona negatif. Jerman sebagai ekonomi terbesar Eropa tak terkecuali. Sejak bulan April, indeks PMI manufaktur Jerman mengalami kontraksi.
Indeks PMI manufaktur Jerman pada bulan April anjlok ke bawah 35. Seiring dengan berjalannya waktu dan lockdown dilonggarkan, aktivitas manufaktur mulai rebound.
Data pembacaan awal PMI manufaktur Jerman bulan Juli terindikasi balik ke angka threshold 50 setelah terkontraksi tiga bulan beruntun semenjak pandemi Covid-19 melanda.
Ekonomi Jerman tak bisa lepas dari resesi yang dialami zona Euro. Mau mengelak bagaimana lagi? Sebanyak 50% dari barang-barang produksi Jerman yang berbasis manufaktur seperti otomotif, elektronik, mesin hingga bahan-bahan kimia diekspor ke Eropa.
Sementara itu, perdagangan menyumbang 50% dari total PDB Jerman. Sehingga wajar saja, pelemahan permintaan terutama dari negara lain di Eropa membuat ekonomi Jerman mengalami kontraksi yang tajam.
Dalam proyeksi Dana Moneter Internasional (IMF) paling baru, ekonomi Negeri Panser diperkirakan mengalami kontraksi 7,8% di tahun ini dan baru rebound tahun depan dengan laju 5,4%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Breaking News: Ekonomi Kontraksi 0,3%, Jerman Resmi Resesi!
