
Jadi Ini yang Bikin Kasus Corona RI Nambah 2.000 Lebih...

Kemungkinan kedua, tidak bisa dipungkiri bahwa virus yang awalnya menyebar di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini kian menjalar seiring pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Mulai awal bulan lalu, pemerintah mulai mengurangi 'dosis' PSBB dan memperkenalkan hidup normal yang baru (new normal). 'Keran' aktivitas publik kembali dibuka meski terbatas dan harus tunduk kepada protokol kesehatan.
Seiring dengan penerapan new normal, orang-orang yang tadinya #dirumahaja keluar dari 'sarang'. Baik itu kembali bekerja, berdagang, nge-mal, makan di restoran, dan sebagainya. Walaupun belum seperti waktu normal, mulai terjadi penumpukan manusia di berbagai tempat seperti perkantoran, tempat transit transportasi umum, pertokoan, dan lain-lain.
Berdasarkan laporan Covid-19 Community Mobile Report yang dibikin oleh Google, terlihat ada peningkatan jumlah manusia di sejumlah titik. Pada 25 Juli, kepadatan di tempat belanja kebutuhan sehari hari (groceries) dan toko obat tinggal 2% di bawah kondisi normal. Sepekan sebelumnya, angkanya adalah 4% di bawah hari biasa. Terjadi penambahan jumlah orang di sana, ada potensi kerumunan yang meningkatkan risiko penyebaran virus corona
Kemudian di lokasi transit angkutan umum, tingkat kepadatan pada 25 Juli adalah 33% di bawah normal. Sepekan sebelumnya adalah 36% di bawah normal.
Lalu di tempat kerja, kehadiran karyawan pada 25 Juli adalah 12% di bawah situasi normal. Lebih banyak dibandingkan sepekan sebelumnya yakni 18% di bawah hari biasa.
Satuan Tugas Penanganan Covid-19 mencatat per 29 Juli sudah ada 90 kluster corona di perkantoran Jakarta dengan total kasus berjumlah 459. Angka tersebut menggambarkan kenaikan 10 kali lipat saat pelonggaran PSBB.
Dewi Nur Aisyah dari Tim Pakar Satuan Tugas Penanganan COVID-19 mengatakan, kebijakan bekerja dari rumah (Work from Home/WfH) dan pembagian jam kerja (shift) bisa dikedepankan dalam menekan penyebaran virus corona di perkantoran. Kalau harus bekerja di kantor (Work from Office/WfO), maka protokol kesehatan jangan sampai kendur.
"Jika suatu perusahaan masih bisa melakukan WfH, maka lebih baik WfH. Jika tidak memungkinkan WfH, maka kapasitas kantor maksimal 50% dan membuat shift dengan jeda 1,5-2 jam agar tidak terjadi penumpukan pada saat kedatangan, kepulangan, dan jam makan siang. Kemudian apabila di ruangan terdapat jendela, maka lebih baik dibuka agar sirkulasi udaranya berjalan lebih baik. Serta memberdayakan Health Safety Environment (HSE) Officer sebagai pengawas protokol kesehatan di suatu kantor," jelas Dewi, seperti dikutip dari siaran tertulis.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)[Gambas:Video CNBC]