
Gunung Limbah APD dan Sampah Plastik Hantui RI

Jakarta, CNBC Indonesia - Dampak pandemi covid-19 tak hanya berkutat soal kesehatan dan ekonomi, tapi ada aspek lain yang tak kalah penting yaitu lingkungan. Selama pandemi terjadi peningkatan sampah plastik maupun berbagai limbah alat pelinding diri (APD) dan lainnya dari kegiatan medis.
Persoalan ini sudah menjadi perhatian Lembaga Ilmu Pengetahuaan Indonesia (LIPI). LIPI melihat pandemi COVID-19 telah berdampak pada habitat alam dan lingkungan, yang berakibat pada peningkatan limbah plastik.
Hal ini disampaikan oleh Peneliti Pusat Penelitian Oseanografi LIPI yang juga tergabung dalam Tim Teliti Sampah Plastik LIPI, Intan Suci Nurhati, bahwa pandemi saat ini dihadapkan pula pada isu sampah plastik di Indonesia yang semakin meningkat.
Ia mengunkapkan peningkatan limbah plastik selama pandemi COVID-19 disebabkan oleh peningkatan aktivitas belanja online dan penggunaan jasa layanan pesan antar (delivery). Hal ini karena selama pandemi, masyarakat stay at home dan banyak bergantung pada layanan delivery yang banyak dibungkus plastik, buble wrap, dan selotip.
"Kita harus benar-benar mengubah kesadaran kita akan isu sampah plastik menjadi tindakan secara inklusif dan mengukur hasil dari usaha mengurangi limbah plastik," kata Intan dikutip CNBC Indonesia, dari laman Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, Selasa (28/7).
Berdasarkan hasil survei, Tim Teliti Sampah Plastik LIPI melalui survei online terkait penggunaan sampah plastik selama pemberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di wilayah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi), Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Barat dan Makassar dari 20 April - 5 Mei 2020 terungkap hasil yang mengejutkan.
Dari 1.095 responden usia 15 tahun ke atas menunjukkan bahwa selama pandemi di Jabodetabek, sampah plastik dari jasa antar paket meningkat 62% sementara plastik dari jasa antar makanan siap saji meningkat 47%.
Khusus di Jabodetabek, semua responden mengaku mengalami peningkatan delivery paket dan makanan. Untuk di provinsi lainnya, beberapa responden mengaku mengalami peningkatan namun beberapa lainnya mengalami penurunan delivery paket dan makanan," jelas Intan.
Survei menunjukkan, mayoritas responden yang sebelumnya hanya melakukan belanja online 1 hingga 5 kali dalam satu bulan, menjadi 1 hingga 10 kali selama PSBB/WFH, khususnya di wilayah Jabodetabek. Data responden Jabodetabek menunjukkan pembelian online didominasi oleh makanan, disinfektan, obat, dan alat pelindung diri (APD).
![]() Ilustrasi limbah medis. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto) |
Dari survei itu terungkap pembelian obat meningkat dari 14,1% menjadi 36,5%; alat pelindung 4,6% menjadi 34,6%; disinfektan meningkat dari 10,0% menjadi 42,1%.
Sebaliknya, pembelian online kosmetik menurun 31,6% menjadi 28,5%; terkait hobi dan olahraga 26,0% menjadi 18,0%; dan busana menurun dari 50,7% menjadi 24,7%.
Selanjutnya, 60% responden mengaku bahwa penggunaan bungkus plastik tidak mengurangi risiko terpapar COVID-19. Tingkat kesadaran masyarakat tentang isu limbah plastik, 98% responden mengaku sadar pentingnya pengelolaan sampah plastik yang benar, namun hanya setengah dari persentase tersebut yang benar-benar memisahkan sampah plastik dari sampah lainnya.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gara-Gara Corona, Sampah Plastik Bakal Naik