
Rumit & Penuh Drama, Begini Hubungan AS-China

Belum juga kesepakatan dagang fase II dijadwalkan, pandemi Covid-19 yang bermula di China menghentak dunia dalam waktu singkat. Penyebaran yang sangat pesat telah membuat lebih dari 200 negara dan teritori di dunia terjangkiti. Lebih dari 16 juta orang dinyatakan positif mengidap Covid-19 sampai hari ini.
Dari sekian banyak negara yang terinfeksi, AS lah yang paling menderita parah. Jumlah kasus dan angka kematian di AS merupakan yang tertinggi di dunia. Lockdown yang diterapkan di banyak negara bagian bukannya menurunkan kasus malah membuat ekonominya luluh lantak.
Trump kembali naik pitam dan menuding China telah gagal dalam menangani wabah sehingga menyebar luas. Isu transparansi juga menjadi sorotan AS terkait pandemi kali ini.
Hanya dalam kurun waktu kurang dari lima bulan setelah perjanjian fase I diteken, kedua negara telah berseteru akan banyak hal. AS secara impulsif mencoba menyingkirkan perusahaan-perusahaan China dari Wall Street.
Tindakan represif China atas Hong Kong juga tak luput dari sorotan. Pengesahan UU Keamanan Nasional Hong Kong oleh Partai Komunis China membuat kota bekas jajahan Inggris itu kehilangan otonominya. AS pun mencabut status istimewa Hong Kong. Kini pusat keuangan Asia itu tak ubahnya seperti China.
Lebih lanjut, AS menjatuhkan sanksi bagi para politisi China yang terlibat dalam tindakan kekerasan terhadap komunitas muslim minoritas Uighur di Xinjiang. China kembali mendapat sorotan atas prosekusi komunitas agama yang dilakukannya.
Eskalasi terus terjadi, yang paling baru adalah hadirnya armada militer AS di Laut China Selatan (LCS) untuk mempromosikan nilai-nilai kebebasan mobilitas atas jalur laut strategis itu.
Kehadiran AS di LCS sempat membuat ketegangan semakin menjadi. Apalagi saat ini yang turun adalah militer AS langsung saat China melakukan latihan militer di sekitar LCS yang merupakan wilayah sengketa China dengan ASEAN.
Konflik tak berkesudahan ini jelas merupakan suatu ancaman global. Ketika pandemi masih merebak, perang dagang atau kisruh AS-China justru semakin menjadi. Pada akhirnya hal ini semakin mempersuram prospek perekonomian ke depan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]