Waspada, 4 Wilayah di RI Terancam Kekeringan Ekstrem

dob, CNBC Indonesia
26 July 2020 20:31
Aktivitas warga memancing di pinggir Waduk Rorotan, Jakarta Utara, Kamis (5/9). Pembangunan waduk Rorotan yang berbatasan dengan wilayah Cakung, Jakarta Timur, hingga saat ini belum menunjukkan hasil memuaskan. Pasalnya memasuki tahun keempat, pembangunan penampungan air raksasa ini belum juga rampung. Waduk seluas 25 hektar itu, tampak terlihat jelas di bagian tepi waduk. Dimana tempat penampungan air yang berlokasi dekat mall Aeon dan berbatasan dengan wilayah Jakarta Utara, hanya dipenuhi pohon kering, tanah tandus dan tumpukan batu. Warga sekitar mengatakan, hampir satu tahun ini nasib Waduk Rorotan tak jelas nasibmya. Karena sampai sekarang penampungan air raksasa itu tak bisa sepenuhnya dinikmati warga.  (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Kekeringan (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia- BMKG menyatakan empat kabupaten di wilayah Nusa Tenggara berstatus awas atau kode merah kekeringan meteorologis.

Keempat kabupaten itu yakni tiga kabupaten/kota di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan satu kabupaten di Nusa Tenggara Barat (NTB.

Status awas ini tertuang dalam Surat Peringatan Dini Kekeringan Meteorologis yang dikeluarkan Deputi Klimatologi BMKG pada 24 Juli 2020.

"Tiga kabupaten/kota di NTT yaitu Kota Kupang, Kabupaten Belu, Kabupaten Timor Tengah Selatan dan satu kabupaten di NTT yaitu Kabupaten Dompu," dikutip dari keterangan tertulis BMKG, seperti dikutip dari CNNIndonesia.com Minggu (26/7).

BMKG juga menetapkan 58 kabupaten/kota yang berstatus siaga atau kode oranye yang tersebar di NTT, NTB, Bali, Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Sulawesi Selatan.

BMKG menyatakan bahwa saat ini 69% wilayah telah memasuki musim kemarau seiring sirkulasi angin monsun Australia yang dominan dan bersifat kering dari arah timur-tenggara. Wilayah yang memasuki musim kemarau ini tersebar di sejumlah daerah.

Sebanyak 3i% diantaranya telah mengalami kondisi kering secara meteorologis dihitung berdasarkan indikator Hari Tanpa Hujan (HTH) berturut-turut atau deret hari kering yang bervariasi mulai dari 21-30 hari, 31-60 hari, dan di atas 61 hari.

Wilayah yang sudah mengalami deret hari kering lebih dari 30 hari yakni Bali (Bangli, Buleleng, Karangasem, Klungkung, Denpasar), Yogyakarta, Jateng (Karanganyar, Kebumen, Klaten, Purworejo, Sukoharjo, Wonogiri), Jatim (Bangkalan, Banyuwangi, Bondowoso, Gresik, Jember, Kota Surabaya, Lamongan, Madiun, Magetan, Malang, Mojokerto, Ngawi, Pacitan, Pamekasan, Pasuruan, Ponorogo, Sampang, Sidoarjo, Situbondo), NTB, NTT, dan Kepulauan Selayar-Sulsel.

Meski sejumlah wilayah di selatan Indonesia mengalami musim kemarau, BMKG meminta masyarakat yang tinggal di daerah ekuator mewaspadai potensi curah hujan yang berisiko banjir.

"Daerah yang tidak atau belum mengalami musim kemarau, terutama dekat ekuator, perlu waspada potensi curah hujan tinggi hingga sangat tinggi yang berisiko banjir," katanya.


(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Awas! Kekeringan Ekstrem Bakal Terjadi di Wilayah Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular