Mereka yang Percaya Indonesia Masuk Resesi

News - Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
24 July 2020 08:05
Banyaknya ruko yang buka dilantai Dasar Blok B9 menjadi tandanya ramai jual beli para pedagang, ketika menelusuri lebih dalam lagi hanya beberapa pembeli saja yang keluar masuk mall Thamrin City, Jakarta Pusat. Diakuinya, sebagai pedagang grosir pakain dewasa, Andri tidak bisa meraup keuntungan yang besar seperti tahun-tahun sebelumnya. “Keuntungan yang kami peroleh paling cuma 5%. Beda dengan keuntungannya dengan tahun sebelumnya deh,” katanya.

Kelesuan penjual pakain jadi ini juga di alami Iwan (40 tahun). Pemilik Toko Nadira, Blok C3 Lantai 3 Thamrin City ini menyatakan omset tokonya mengalami penurunan yang tajam pada tahun ini. Foto: Thamrin City (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC IndonesiaBank Dunia dalam proyeksi terbarunya memperkirakan ekonomi Indonesia tidak tumbuh alias stagnan alias 0% pada tahun ini. Namun apabila situasi memburuk, bisa saja ekonomi Indonesia mengalami kontraksi.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan 0% dengan asumsi ekonomi global mengalami resesi cukup dalam dan pembatasan aktivitas masyarakat di dalam negeri dalam kadar yang moderat.

Namun Bank Dunia punya skenario kedua, yaitu ekonomi Indonesia mengalami kontraksi -2% pada 2020 apabila resesi global ternyata lebih dalam dan pembatasan sosial domestik lebih ketat.

Pertanyaannya, apakah Indonesia bisa mengalami resesi?

"Ekonomi Indonesia bisa saja memasuki resesi jika pembatasan sosial berlanjut pada kuartal III-2020 dan kuartal IV-2020 dan/atau resesi ekonomi dunia lebih parah dari perkiraan sebelumnya," tulis laporan Indonesia Economic Prospects edisi Juli 2020 yang berjudul The Long Road to Recovery.

Resesi adalah refleksi dari ekonomi yang mengerut. Saat 'kue' ekonomi menyusut, artinya lapangan kerja berkurang. Lapangan kerja semakin sedikit akan membuat angka pengangguran dan kemiskinan mengangkasa.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, jumlah penganggur per Februari 2020 mencapai 6,88 juta orang, naik 0,96% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Adapun populasi penduduk miskin per Maret 2020 adalah 26,42 juta jiwa, bertambah 5,09% ketimbang periode yang sama.

"Tanpa bantuan pemerintah, pandemi bisa menyebabkan 5,5-8 juta orang Indonesia jatuh miskin pada 2020. Ini adalah akibat dari 2,6-3,6 juta rakyat Indonesia kehilangan pekerjaan," tulis laporan terbaru Bank Dunia.



Presiden Joko Widodo (Jokowi) kerap kali mengutarakan bahwa kondisi ekonomi dunia saat ini tidak mudah. Hampir seluruh pertumbuhan ekonomi di seluruh negara, tidak ada yang mampu mencatatkan pertumbuhan positif.

"Bayangkan isinya hanya minus dalam posisi yang gede-gede pada [proyeksi] September itu [kuartal III]. Kita Indonesia di kuartal I masih plus, sebelumnya plus 5 persen, kuartal II kita akan jatuh minus 4,3, mungkin 5 persen," tegas Jokowi.

Pernyataan Jokowi memang tidak secara gamblang menyebutkan Indonesia akan memasuki jurang resesi, seiring dengan pertumbuhan ekonomi negara tetangga yang sudah lebih dulu masuk ke 'lubang hitam' tersebut.

Namun, tidak sedikit yang percaya Indonesia dalam waktu yang tidak akan lama akan memasuki resesi Tak terkecuali, Bank Indonesia (BI) sebagai garda terdepan penjaga mata uang.

Otoritas moneter memperkirakan perekonomian Indonesia akan mencatatkan pertumbuhan negatif pada kuartal II-2020. Namun, tak hanya itu, pertumbuhan negatif ini akan tetap lanjut pada kuartal III-2020.

Dengan ramalan ini artinya Indonesia akan masuk jurang resesi. Sebab secara teorinya, apabila perekonomian suatu negara tumbuh negatif selama dua kuartal berturut-turut maka dinyatakan resesi.

"Forecast-forecast termasuk BI bahwa kuartal II pertumbuhan ekonomi akan negatif. Pertumbuhan di triwulan III (juga) dari BI kami perkirakan kemungkinan masih negatif," ujar Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial BI Juda Agung.

Tak hanya BI, ramalan sejumlah lembaga pun memperkirakan Indonesia masuk ke zona resesi. "Pandemi yang terjadi di awal 2020 menjadi batu sandungan yang terjal bagi pemulihan ekonomi global," tulis Kajian Tengah Tahun INDEF.

"Hasil kalkulasi INDEF menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia akan tumbuh negatif di triwulan II dan memasuki zona resesi di triwulan III 2020. Pada triwulan II 2020 ekonomi diproyeksi tumbuh negatif di kisaran -3,26 persen (skenario sedang) hingga -3,88 persen (skenario berat)."

Perhitungan INDEF dilakukan dengan menggunakan model CGE (Computable General Equilibrium) yang didekati dengan dua skenario implikasi, yaitu skenario sedang dan berat.

Skenario sedang didefinisikan sebagai skenario kebijakan penanganan wabah Covid-19 lebih dari 5 bulan dengan realisasi alokasi stimulus fiskal Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) lebih besar dari 30%, dan skenario berat didefinisikan sebagai skenario penanganan wabah Covid-19 terjadi lebih dari 5 bulan dengan realisasi alokasi stimulus fiskal PEN lebih kecil dari 30%.

INDEF melihat, pada triwulan III-2020, ancaman pertumbuhan ekonomi negatif juga masih membayangi perekonomian Indonesia.

"Hal ini terlihat dari proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berpotensi negatif di kisaran -1,3% (skenario sedang) hingga -1,75% (skenario berat). Waspada dan siap siaga memitigasi kemungkinan resesi ekonomi menjadi pilihan kebijakan yang tidak terelakkan," tulis INDEF.




[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Negara-Negara Resesi Akibat Pandemi


(sef/sef)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading