
BLT Bisa Jadi 'Malaikat Penyelamat' RI dari Jurang Resesi

Jakarta, CNBC Indonesia - Pertumbuhan ekonomi Indonesia 59% ditopang dari sektor konsumsi. Oleh karena itu, bantuan langsung tunai (BLT) dinilai 'malaikat penyelamat' yang efektif untuk mengungkit perekonomian Indonesia, yang berpotensi masuk di jurang resesi karena pandemi covid-19.
Menteri Keuangan era 2013-2014 Chatib Basri mengusulkan adanya perluasan data penerima BLT dari pemerintah, bukan hanya kepada masyarakat miskin, tapi juga kepada masyarakat kelas menengah ke bawah atau masyarakat rentan miskin.
Berdasarkan kajiannya secara kuantitatif, Chatib yang juga merupakan Ekonom Universitas Indonesia (UI) menemukan jawaban dari dua pertanyaan penting. Apakah sektor investasi yang mendorong konsumsi atau konsumsi yang mendorong investasi.
"Studi kuantitatif, bahwa konsumsi meningkatkan permintaan dan investasi meningkatkan produksi. Hasilnya ternyata konsumsi mendorong investasi dan bukan sebaliknya," jelas Chatib dalam sebuah diskusi virtual, Senin (20/7/2020).
Pasalnya, kebijakan BLT lebih efektif dibandingkan program bantuan sosial (bansos) sembako yang sudah berjalan saat ini. Dengan target masyarakat kelas menengah ke bawah ini, karena golongan itu lah yang paling sering menggunakan uangnya untuk berbelanja.
Pada akhirnya, belanja dari masyarakat kelas menengah ke bawah itu mampu untuk meningkatkan konsumsi.
"Kalau sekarang BLT hanya untuk kelompok miskin, bisa di-extend ke lowe middle income, paling efektif itu BLT, even dibandingkan dengan sembako, kalau cash akan jauh lebih efektif," lanjut dia.
Chatib menambahkan jika konsumsi tidak bisa didorong, maka persoalan sektor riil yang akan dihadapi pemerintah akan muncul pada 2021. OECD bahkan menyebut bahwa dua tahun dari sekarang, ekonomi belum bisa kembali normal seperti ekonomi pada 2019.
Dikatakan, para pelaku usaha ogah berinvestasi lantaran tak ada permintaan, akibat turunnya daya beli masyarakat. Kondisi ini yang menjelaskan, Bank Buku IV mencatat penurunan loan to deposit ratio atau rasio dari pinjaman terhadap total deposit.
"Karena orang tidak minta kredit, karena tidak ekspansi usaha, karena memang tidak ada permintaan. Jadi walaupun bunga diturunkan orang tetap nggak pinjam uang dari bank, karena permintaannya tidak ada," kata Chatib.
Perhitungan kepada BLT kelas menengah bawah, menurut Chatib bisa dengan perhitungan dari Bank Dunia. Di mana Indonesia memiliki 115 juta populasi penduduk Indonesia masuk kategori rentan atau terancam bisa kembali masuk kategori miskin atau setara dengan 30 juta rumah tangga.
Apabila sebulan satu keluarga mendapatkan Rp 1 juta, maka dana yang perlu disiapkan adalah Rp 30 triliun per bulan atau Rp 120 triliun untuk selama empat bulan.
"Kenapa harus diberikan? karena marginal propensity to consume mereka tinggi. Mereka kalau dapet uang, akan spend," jelasnya.
Menurut Chatib, konsumsi domestik menjadi satu-satunya harapan motor perekonomian. Dalam studi kuantitatif yang dilakukannya itu, juga ditemukan bahwa jika konsumsi meningkat dalam satu kuartal, maka akan meningkatkan kinerja investasi di satu kuartal berikutnya.
Jika konsumsi meningkat, maka permintaan kredit juga akan meningkat. Dengan demikian, berbagai stimulus moneter yang telah diberikan Bank Indonesia (BI) selama ini, akan berjalan efektif.
"Yang dibutuhkan sekarang belanja. Kalau dulu ada hemat pangkal kaya, saya ingin katakan hari ini belanja pangkal pemulihan ekonomi. Bentuknya dalam bentuk BLT," kata Chatib melanjutkan.
Untuk diketahui, pemerintah menganggarkan BLT melalui Dana Desa sebesar Rp 31,8 triliun. BLT Dana Desa tersebut masuk dalam anggaran perlindungan sosial dalam penanganan ekonomi nasional sebesar Rp 203,9 triliun.
Hingga 8 Juli 2020, realisasi penyaluran BLT Dana Desa sebesar 97%. Mendes PDTT Abdul Halim Iskandar menyebut, BLT Dana Desa tersebut sudah disalurkan melalui 72.599 desa.
"Desa yang sudah salurkan BLT sampai 8 Juli (sebanyak) 72.599 desa, atau 97 persen dari 74.865 desa (yang sudah mendapatkan Dana Desa)," kata Abdul Halim Iskandar dalam rapat bersama KPK di Kementeri Desa PDTT, Kamis (9/7/2020).
(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Cek Namamu di eform.bri.co.id Penerima BLT UMKM Rp 1,2 Juta