
Siap-siap! Warning Bos IMF: Kita Memasuki Fase Krisis

Jakarta, CNBC Indonesia - Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva menghadiri pertemuan virtual menteri keuangan dan gubernur bank sentral negara-negara anggota G20 akhir pekan ini. Dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada Sabtu (18/7/2020) waktu setempat, Kristalina mengingatkan efek pandemi Covid-19 terhadap perekonomian global.
"Akibat dampak berkelanjutan dari pandemi Covid-19, ekonomi global menghadapi resesi yang dalam tahun ini, dengan pemulihan parsial dan tidak merata diharapkan terjadi di 2021. Di sisi lain, masih ada ketidakpastian yang besar. Untuk itu, langkah-langkah yang belum pernah diambil negara-negara anggota G20 maupun negara-negara lain akan membantu mencegah hasil yang jauh lebih buruk," ujarnya dalam rilis resmi IMF seperti dikutip, Minggu (19/7/2020).
"Ketika kita memasuki fase berikut dari krisis, kebijakan konkret lebih lanjut diperlukan sebagaimana peningkatan kerja sama internasional. Rencana Aksi G20 adalah kunci dari upaya ini. Untuk mendukung negara-negara dalam memerangi krisis dan mencegah gelombang kebangkrutan hingga peningkatan ketimpangan, saya menekankan hal-hal berikut," lanjutnya.
Pertama, respons dari sisi kesehatan masyarakat tetap menjadi prioritas utama untuk melindungi masyarakat, pekerjaan, dan aktivitas ekonomi.
Kedua, kebijakan fiskal dan moneter yang saling mendukung satu sama lain harus dilanjutkan sampai dapat keluar dari krisis.
Ketiga, kebijakan yang mendukung perubahan transformasional perlu dipersiapkan karena beberapa sektor dapat menyusut secara permanen, sedangkan sektor-sektor lain seperti digital bakal terus meluas.
Keempat, negara-negara G20 perlu bersatu untuk membantu negara-negara yang miskin dan rentan, terutama mereka yang memiliki utang dalam jumlah besar atau bergantung kepada sektor-sektor yang terpukul pandemi.
"The G20 Debt Service Suspension Initiative (DSSI) telah menuai dan saya berharap dapat diperpanjang. Selain itu, untuk membuatnya lebih efektif, partisipasi sektor swasta yang lebih besar dan transparansi utang yang lebih masif, harus dipromosikan dengan lebih maksimal. Di luar DSSI, ada kebutuhan untuk mengisi kesenjangan dalam arsitektur utang internasional dan berpikir lebih tentang upaya pengurangan utang yang lebih komprehensif untuk banyak negara. Kami siap mendukung upaya ini," kata Kristalina.
Dalam kesempatan yang sama, dia mengatakan krisis juga menjadi peluang untuk membangun masa depan yang lebih baik bagi semua orang. Caranya dengan memaksimalkan potensi ekonomi digital, mempromosikan green investment untuk memerangi perubahan iklim dengan memperhatikan jumlah lapangan kerja, dan berinvestasi terhadap SDM untuk membangun ekonomi yang lebih inklusif.
"IMF telah bergerak dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya- menyediakan pembiayaan darurat terhadap 72 negara dalam empat bulan terakhir- dan kami akan terus mendukung negara-negara anggota kami tanpa henti. Kami melihat ada kebutuhan mendesak untuk membantu negara-negara berpenghasilan rendah dan negara-negara yang paruh lantaran terpukul sangat keras (oleh pandemi Covid-19," ujar Kristalina.
"Dengan dukungan anggota kami, kami terus memobilisasi sumber daya tambahan untuk membantu mereka. Dalam konteks ini, kami meningkatkan pemanfaatan Special Drawing Rights (SDRs). IMF akan mengeksplorasi langkah-langkah lain yang dapat digunakan untuk membantu lebih jauh dalam krisis ini. IMF juga akan memainkan peran di pusat jaring pengaman keuangan global saat ini untuk negara-negara anggota kami," lanjutnya.
Seperti diketahui, kasus konfirmasi positif Covid-19 di dunia menunjukkan peningkatan. Laman https://www.worldometers.info/coronavirus/ per Minggu (19/7/2020) pukul 06.50 WIB mencatat, jumlah kasus Covid-19 mencapai 14.404.347. Dari jumlah itu, sebanyak 8.585.952 sembuh dan 604.085 meninggal.
Amerika Serikat (AS) masih menduduki posisi teratas dengan kasus konfirmasi positif sebanyak 3.831.669. Disusul kemudian Brasil 2.075.124, India 1.077.864, Rusia 764.437, dan Afrika Selatan 350.879.
Sementara itu, Indonesia melaporkan kasus konfirmasi positif sebanyak 84.882 per Sabtu (18/7/2020) pukul 12.00 WIB. Indonesia berada di urutan ke-25, menggeser China yang mencatatkan kasus konfirmasi positif sebesar 83.644.
Dalam konferensi pers kemarin, Juru Bicara Pemerintah Khusus Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto mengatakan, pertumbuhan kasus paling tinggi masih terjadi di DKI Jakarta, yaitu sebanyak 346 kasus baru. Dengan penambahan tersebut, total kasus di DKI Jakarta mencapai 16.236.
(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Warning Bos IMF: Dunia Menghadapi Krisis di Atas Krisis