
Kasus Positif Covid-19 DKI Melonjak, Ini Penjelasan Anies

Jakarta, CNBC Indonesia - Kasus positif corona di DKI Jakarta tercatat terus bertambah. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memperpanjang pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi dua pekan ke depan. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan jumlah tes dalam seminggu terakhir terus meningkat dengan total 3,6 kali lipat dari rekomendasi WHO.
Kasus covid-19 di Jakarta memang masih tinggi, pada hari ini saja ada 312 kasus baru dari 1.574 kasus nasional Kamis (16/7). Sebelumnya sempat ada rekor kasus pada 12 Juli 2020 sebanyak 404 kasus baru.
Berdasarkan catatan selama enam pekan, di pekan pertama antara tanggal 4 - 10 Juni ada 1.991 orang per satu juta penduduk yang dites. Pekan kedua tanggal 11 - 17 Juni ada 2.554 orang per satu juta penduduk dites. Pekan ketiga tanggal 18 - 24 Juni ada 2.806 orang per satu juta penduduk dites.
Lalu pekan keempat tanggal 25 Juni - 1 Juli ada 2.920 orang per satu juta penduduk dites. Pekan kelima tanggal 2 - 8 Juli ada 3.194 orang per satu juta penduduk dites, dan di pekan terakhir antara tanggal 9 - 15 Juli ada 3.610 orang per satu juta penduduk.
"Jadi dengan jumlah tes yang dilakukan 3,6 kali lipat dari standar WHO dan ini adalah tes PCR maka kita bisa yakin data yang dihasilkan menunjukkan kondisi Jakarta yang sesungguhnya," ucap Anies dalam konferensi pers secara virtual, Kamis, (16/07/2020).
Lebih lanjut ia mengatakan, jika data yang digunakan di lebih rendah maka tidak bisa digunakan sebagai acuan pengambilan keputusan. Standar WHO adalah 1.000 testing per satu juta penduduk. DKI Jakarta dengan jumlah penduduk 11 juta maka minimal harus dilakukan 11.000 testing.
"Dan kita telah mencapai angka di atas 3,6 kali lipat dari dari WHO karena 3.600 orang dilakukan testing jadi secara total sampai 15 Juli DKI Jakarta sudah melakukan tes PCR kepada 299.439 orang ini orang bukan spesimen karena ada orang yang dilakukan tesnya dua kali," tegasnya.
Anies mengatakan jika spesimen maka testing yang sudah dilakukan adalah 422.339 spesimen. Jumlah testing ini juga terus meningkat karena kolaborasi dengan semua laboratorium di Jakarta.
"Namun bila jumlah tes terus membaik masalahnya pada positivity rate, jumlah tes terpenuhi dan ini wajib 1000 testing per satu juta penduduk, WHO rekomendasikan positivity rate di bawah 5%. Jadi kalau mengatakan 5% tapi jumlah yang ditesnya tidak memenuhi syarat positivity rate tidak bisa berikan makna," ucapnya.
Ia menjelaskan positivity rate adalah jumlah orang dites dan hasilnya positif dibagi jumlah orang yang dilakukan tes. Sehingga jika 1.000 orang melakukan tes ditemukan ada 50 orang positif maka positivity rate-nya adalah 5%.
Selama lima minggu terakhir ini, positivity rate di DKI berturut 4,4%, kemudian pekan kedua 3,1%, pekan ketiga 3,7%, pekan keempat 3,9%, pekan kelima 4,8%. Sehingga selama lima minggu berada di zona aman sesuai rekomendasi WHO di bawah 5%.
Namun di pekan terakhir positivity rate meningkat menjadi 5,9% selama satu minggu ini. Artinya harus lebih waspada, angka 5,9% ini masih di bawah rata-rata nasional di bawah 12%.
"Naik di atas ambang rekomendasi WHO," ucapnya.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article MK Hapus Ambang Batas Syarat Nyapres, Anies Beri Respons Tak Terduga