Jadi, Ekonomi China Itu Sudah Pulih atau Belum Sih?

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
17 July 2020 08:31
China
Foto: Reuters

Kedua, perbaikan ekonomi China pada kuartal II-2020 tidak akan bernilai apapun jika negara lain belum pulih. Dalam era global seperti sekarang, mata rantai pasokan (supply chain) dunia tidak bersifat sentripetal melainkan bersifat dua arah.

Semua negara, termasuk Indonesia, tidak bisa berharap produknya bisa diserap terus-menerus ke China-dan membantu pertumbuhan ekonomi mereka-jika China sendiri tak bisa mengekspor barang dan jasa mereka ke negara lain.

Singkat kata, China tidak bisa menjadi Atlas, yang memanggul bumi sendirian di atas punggungnya. Perlu sumbu-sumbu lain untuk menopang perekonomian global yang sayangnya masih dibelit persoalan kenaikan infeksi Covid-19 mulai dari Amerika Serikat (AS) hingga Eropa.

Belum lagi jika bicara nada permusuhan yang digencarkan Gedung Putih di bawah kendali Presiden AS Donald Trump yang terus menyalahkan China atas virus corona, dan menghukum mitra dagang utamanya itu dengan berbagai sanksi terkait isu Hong Kong.

Ini menjelaskan mengapa mayoritas bursa utama Asia justru melemah usai pengumuman pertumbuhan ekonomi China. Masih banyak pekerjaan yang harus dikerjakan untuk bisa menyatakan bahwa 'efek pandemi terhadap perekonomian sudah hilang.'

Indeks Shanghai anjlok nyaris 5%, Hang Seng Hong Kong terkoreksi 2%, Nikkei Jepang turun 0,8%, Kospi Korea Selatan Melemah 0,8%, dan Strait Times Singapura drop 0,9%. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) lolos dari koreksi dengan menguat 0,4%.

Kabar positifnya pertumbuhan ekonomi China belum cukup untuk menutup kekhawatiran akan peningkatan kasus Covid-19 di seluruh dunia. Worldometers mencatat angka infeksi telah mencapai 13,7 juta orang, dengan 3,6 juta muncul di AS.

Ketika kasus Covid-19 terus meningkat sementara kedua negara tiang penting ekonomi dunia justru saling menjegal, maka ekspektasi pemulihan ekonomi berbentuk V (V recovery) kian jauh panggang dari api.

Dan harap dicatat, perbaikan angka PDB itu juga belum cukup untuk membawa China ke situasi normal baru. Jika dibandingkan dengan semester sebelumnya (per Desember 2019), hasil industri terhitung masih turun 1,3%, dan penjualan ritel anjlok 11,4%.

Masih belum pulih dari situasi sebelum pandemi, karena perbaikan yang ada lebih dipicu oleh cushion atau bantalan yang diberikan oleh pemerintah China, dan bukannya dari normalisasi aktivitas bisnis dan industri swasta.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(ags)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular