Bukan Cuma Saham, Harga Sepeda Aja 'Digoreng'!

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
16 July 2020 12:54
CFD di JLNT Antasari Jaksel , Minggu (28/6/2020). (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Foto: CFD di JLNT Antasari Jaksel (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Tren penggunaan sepeda dalam beberapa bulan terakhir terus menanjak. Banyak masyarakat yang kini beralih untuk gowes untuk menunjang mobilitasnya dan berdampak pada melonjak harga sepeda karena 'digoreng' pedagang.

Asosiasi Industri Persepedaan Indonesia (AIPI) mengakui adanya kenaikan harga itu. Namun sayang, mereka kesulitan untuk mengontrolnya.

"Siapa yang mau ngawal? Kalau komoditi primer bisa terlibat, kaya Bulog. Kaya gini komoditi apa. (Masuk ke) sekunder atau tersier kali," kata ketua AIPI Rudiyono kepada CNBC Indonesia, Kamis (16/7).

Ia menyebut para pengusaha yang masuk ke dalam AIPI sudah sepakat untuk tidak menaikkan harga. Dengan tujuan agar kondisi pasar maupun tren tetap kondusif, tidak terganggu karena kenaikan harga. Sayangnya, itu belum cukup. "Mungkin (naik) di pengecer, hukum pasar," sebutnya.

Selain itu, bukan berarti pabrikan hanya berpangku tangan. Rudiyono mengklaim sudah meminta semua stakeholder bisa sama-sama membantu dalam menjaga kenaikan harga dari permintaan yang sedang tinggi.

Kenaikan harga yang berlebihan bisa membuat minat masyarakat untuk menggunakan sepeda luntur, karena sudah terhalang dengan kemampuan yang tidak semua golongan masyarakat mampu menebusnya.

"Semua industri sudah minta ke network untuk tidak menaikkan (harga). Tapi itu komitmen saja. Saya dengar dari semua owner-nya. Kita pelaku usaha nggak naikkan," jelasnya.

Seiring dengan meningkatnya harga sepeda, sama seperti pandemi Covid-19, tidak ada yang mengetahui kapan berakhirnya tren sepeda. Para pengusaha pun demikian, bahkan kapasitas produksi sudah dinaikkan hingga 30%. Sebagai upaya menjaga stok sepeda di tengah masyarakat.

"Kita optimistis ini kebiasaan bisa terus berlanjut terus. Karena ini kebiasaan positif," jelas Rudiyono.

Kenaikan tak hanya pada produk sepeda baru tapi sepeda bekas. Sebagai contoh, sepeda lipat United Trifold 3S yang harga barunya sekitar Rp 6-7 juta, tapi di pasar sekunder atau bekas, sudah ada yang menjual Rp 7-9 juta di toko online. Ini juga terjadi beberapa merek sepeda lainnya.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Catat! Kantor Hingga Mal Wajib Siapkan Parkir Khusus Sepeda

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular