Heboh Kalung Antivirus Corona A La Kementan, Lanjut?

Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
08 July 2020 09:29
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo menghadiri rapat kerja bersama Komisi IV DPR RI, Selasa (7/7) dengan menggunakan kalung antivirus corona. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo menghadiri rapat kerja bersama Komisi IV DPR RI, Selasa (7/7/2020) (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kalung aromaterapi eucalyptus yang diklaim antivirus corona baru penyebab Covid-19 tengah dikembangkan Kementerian Pertanian (Kementan) membuat heboh. Kalung ini ramai dibahas dalam rapat Komisi IV DPR RI yang dihadiri Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL), Selasa (7/7/20/20).

SYL dengan penuh percaya diri mengenakan kalung tersebut saat menghadiri rapat. Kalung berwarna hijau itu melingkar di lehernya begitu jelas ketika menghadiri rapat. Selain Syahrul, sejumlah jajaran eselon I Kementan dan para staf juga ikut mengenakan kalung tersebut.

Dalam rapat itu, Syahrul menyampaikan sejumlah paparan mengenai anggaran dan program Kementan. Kalung tersebut tetap terpakai ketika menyampaikan paparan. Para legislator silih berganti mempertanyakan produk tersebut kepada SYL.

Mindo Sianipar dari fraksi PDIP misalnya, mengaku tak begitu yakin bahwa khasiat kalung tersebut benar-benar manjur. Jika sudah begitu, dia mengingatkan risiko bullying yang akan terjadi.

"Bapak nanti buat statement nanti di-bully, seperti halnya sekarang bapak mendapatkan informasi dari staf bapak kalung antivirus. Secara teknologi, saya nggak yakin itu ak, teknologi antivirusnya itu," ujarnya.

"Jadi kalau bapak memakai itu sekarang, mohon televisi itu jangan di-shoot itu. Nanti masyarakat jadi berlomba-lomba memakai itu karena menterinya memakai itu. Padahal belum tahu kita ini. Jadi jangan dululah memakai itu ya. Maaf ini teman-teman dari Balitbangtan harus lebih selektiflah menyampaikan itu," lanjut Mindo.

Hal senada disampaikan legislator lain, Suhardi Duka dari fraksi Demokrat. Dia menegaskan, menghargai niat baik Kementan. Hanya saja, terkait hal ini dia mengingatkan tupoksi Kementan yang seharusnya tidak fokus urus kesehatan.

"Ini sama halnya saya kira kalau obat-obatan harus masuk dalam uji klinis, farmasi dan sebagainya, saya kira adalah tupoksi Kemenkes. Kalau Kemenkes yang mengungkapkan bahwa ini bernilai obat saya kira nilai percayanya sangat tinggi," kata Suhardi.

Namun ada pula yang mengapresiasi kalung tersebut. Alien Mus dari fraksi Golkar misalnya, mengaku mendukung produk aromaterapi karya Balitbangtan Kementan. Dia menegaskan bahwa produk ini buatan dalam negeri dan layak mendapatkan dukungan.

"Untuk eucalyptus yang sekarang lagi trending, memang apa salahnya juga kita memiliki produk dari dalam negeri. Tapi mungkin harus melihat hasilnya atau testingnya," ujarnya.

"Terus terang eucalyptus ini baik bagi kesehatan karena memang juga setelah kita pakai itu memberikan kesegaran di untuk pernapasan dan dan juga untuk di tenggorokan. Apakah itu juga menjadi salah satu advice sehingga eucalyptus ini menjadi produk untuk mungkin untuk anti-virus," lanjut Alien.

Ia memberikan saran agar produk ini diganti namanya. Pasalnya, belum ada pengujian yang meyakinkan bahwa produk ini benar-benar antivirus Corona.

"Jadi menurut saya mungkin bukan anti-virus Covid-19, mungkin bisa digantikan. Tapi memang kita harus lihat ada produk-produk unggulan dari anak negeri sendiri dan kita harus banggakan itu, tapi harus kita melihat fungsinya," katanya.

SYL akhirnya buka suara, dan melontarkan pernyataan menantang balik di depan DPR. Ia meminta agar Kepa;a Balai Besar Penelitian Veteriner Kementan, Indi Dharmayanti, memberikan tanggapan khusus menyangkut eucalyptus. SYL menilai, penjelasan khusus ini diperlukan agar semua pihak memahami proses yang sedang dilakukan Kementan.


"Karena ada hal yang sangat bersifat khusus dan mendapatkan tanggapan publik yang ada di forum ini," ujarnya.

SYL juga menegaskan, keputusan dan petunjuk dari Komisi IV DPR RI ini akan menjadi pegangan.

"Saya lanjutkan kah atau tidak? Saya berhentikan saja hasil ini atau tidak? Kalau bapak support saya jalan terus, dan seperti apa support-nya kita akan bicarakan. Sampai hari ini, sampai detik ini. Saya merasa saya kerja atas pengawasan, atas kendali bahkan, dari komisi IV. Minta maaf pak, mungkin itu yang berbeda dari apa yang ada selama ini. Dan itu juga menjadi petunjuk petunjuk saya pada eselon I, eselon II saya bahkan pada jajaran pertanian," katanya.

"Bahwa ada DPR komisi IV yang selalu bersama-sama kami dan pasti saya tinggalkan dan ini bukan service lips. Oleh karena itu, khusus untuk eucalyptus ini seperti itu. Kalau bapak bilang berhentikan ini, saya berhenti. Namun demikian karena saya merasa ini tupoksi Menteri Pertanian untuk juga membela saya punya jajaran yang juga melakukan fungsi dan peranan," tandas SYL.

Ketua Komisi IV DPR RI dari Fraksi PDI-P Sudin, berkomentar keras mengenai pengembangan kalung aromaterapi eucalyptus antivirus corona Kementan. Dia mempertanyakan mengenai kemanjuran kalung yang dikembangkan oleh Balitbangtan Kementan.

Apalagi, menurut Sudin, kalung ini masih dalam proses penelitian. Sudin khawatir jika narasi mengenai kalung ini disalah artikan oleh masyarakat. Sehingga jangan sampai ada anggapan bahwa pengguna kalung itu aman dari zona-zona rentan penularan covid-19 seperti di Wisma Atlet.

"Ini belum sempurna, masih dalam tahap uji coba. Jadi jangan sampai kalau semua orang pakai ini, 'ah gua mau jalan-jalan ke wisma atlet ah, melihat orang yang kena corona, gua nggak kena. Kenapa, saya sudah pakai ini kok'. Ini pengertiannya lo ya," kata Sudin, Selasa (7/7/20).

Sebagaimana diketahui, Wisma Atlet Kemayoran digunakan sebagai rumah sakit darurat penanganan Covid-19.

"Saran saya jangan terlalu dipublikasikan dulu sampai benar-benar matang langsung," lanjutnya.

Sudin juga menanggapi pernyataan SYL mengenai kelanjutan pengembangan kalung ini.

"Yang eucalyptus silakan, cuma tadi Pak Menteri seolah olah menantang saya mau dilanjutkan atau tidak. Selama tidak memakai uang APBN yang tidak jelas, silakan," katanya.

Dia menegaskan bahwa proyek ini jangan sampai memakai APBN. Pasalnya, ada risiko besar yang harus dihadapi jika ada kegagalan dalam penelitian.

"Kalau pakai uang APBN, saya tidak mau. Jadi nanti kalau pakai uang APBN, apa jadinya. Setelah gagal yang kena siapa, ya Pak Menteri dan saya. Kalau mau kerja sama dengan swasta ya silakan, monggo. Yang penting tidak mengganggu kinerja litbang," ujarnya.


(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pelit Bicara Kalung Anti Corona, Mentan: Nanti di-Bully Lagi!

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular