Fit & Proper Tes Deputi BI

Digitalisasi, Fokus Aida Jika Jadi Deputi Gubernur BI

Lidya Julita S, CNBC Indonesia
07 July 2020 18:08
Fit and proper test, Aida S Budiman (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Fit and proper test, Aida S Budiman (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Calon Deputi Gubernur Bank Indonesia Aida S Budiman hari ini menyampaikan visi dan misinya kepada Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR RI). Adapun tema paparan Aida adalah Memperkuat Peran BI dalam Mendukung Kesinambungan Pertumbuhan Ekonomi di Era Peradaban Baru.

Aida menjelaskan, adapun fokus kerjanya apabila terpilih menjadi Deputi Gubernur BI untuk masa jabatan 2020-2025 secara umum ditujukan untuk memperkuat stabilitas perekonomian dan mendukung kesinambungan pertumbuhan ekonomi, termasuk untuk memperkuat struktur pertumbuhan ekonomi di era digitalisasi.

Menurutnya, ada beberapa strategi kebijakan yang akan dilakukan BI untuk merespons perubahan struktural di era peradaban baru, namun tetap dapat bisa menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah dan sistem keuangan. Dalam hal ini perubahan yang dibutuhkan adalah kebijakan ke arah digital.

"Digitalisasi dan Covid-19 mengubah perilaku perekonomian dan efektivitas kebijakan yang akan ditempuh. Secara umum, peran strategis tersebut menempatkan BI dapat secara konsisten menjaga stabilitas makroekonomi dan mendorong kesinambungan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kuat dan inklusif," ujar Aida di Ruang Rapat Komisi XI, DPR RI, Selasa (7/7/2020).

Fit and proper test, Aida S Budiman (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)Foto: Fit and proper test, Aida S Budiman (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Fit and proper test, Aida S Budiman (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)



Lanjutnya, perkembangan teknologi digital dalam pengelolaan ekonomi di masa saat ini sangat penting. Terutama untuk kembali memperbaiki perekonomian yang anjlok akibat pandemi Covid-19. Namun, perkembangan teknologi digital yang cepat dinilai menjadi tantangan yang harus diperbaiki.

Kebijakan yang akan ditempuh Aida ke depannya adalah meningkatkan UMKM Digital. Ia menjelaskan, saat ini UMKM masih minim perhatian padahal kontribusinya kepada perekonomian mencapai 60% dan kontribusi tenaga kerjanya mencapai 97%.

Oleh karenanya ia menilai mendigitalisasi UMKM terutama sektor pertanian akan sangat baik karena ini akan berdampak juga bagi inflasi nasional. Pengembangan yang akan dilakukan adalah untuk komoditasnya.

"Komunitas dengan produk tersebut di suatu tempat ini kita link-an menjadi end to end berbasis digital menggunakan, kalau dalam sisi hulunya itu modern farming. Kemudian untuk sisi hilir kami sebut akses kepada pasar. Yang keduanya ini dikaitkan juga dengan akses to financing, semuanya menjadi end to end, baik dari sisi produksinya, pemasaran, maupun dari sisi pembiayaannya," jelasnya.

Lanjutnya, ini sudah ada beberapa yang dilakukan oleh BI. Pilot project telah dilakukan di Jawa Barat dan Jawa Tengah dengan 215 hektar lahan pertanian dengan 2.299 pekerja. Langkah ini membuat penjualan hasil tani tersebut bisa dijual secara online.

Langkah ini dinilai tepat terutama di masa Covid-19 yang memang membawa perubahan besar. Sebab, dengan adanya Covid-19 ini, pemasaran produk secara offline sangat sulit.

"Ini adalah suatu potensi yang kita lakukan dengan baik dan berkembang ke depannya karena BI ini punya 46 kantor perwakilan di seluruh Indonesia, dan kami juga punya klaster-klaster pertanian yang bisa dijadikan pilot project dan siap untuk di link-an dengan digitalisasi ini," kata dia.

Selain itu, untuk mendukung perbaikan perekonomian pasca Covid-19 yang menekan nilai tukar, aliran modal asing masuk dan ekspor ini, maka kebijakan moneter lebih terarah di era peradaban baru sangat penting.

Dalam visi misinya ke depan, ia mengelompokkan arah umum kebijakan perekonomian di era peradaban baru nanti. Kebijakan tersebut terbagi menjadi tiga tahap yakni pemulihan, percepatan dan penyesuaian.

Kebijakan untuk pemulihan pasca Covid-19 yang telah disiapkan adalah exit strategy. Ini adalah kebijakan strategi untuk proses normalisasi atas berbagai kebijakan ekspansi yang telah ditempuh selama periode Covid-19. Exit strategy juga sebagai upaya untuk kembali membawa ekonomi ke dalam lintasan jangka panjangnya menuju pertumbuhan ekonomi yang kuat dan berkesinambungan.

Percepatan, kebijakan ini dilakukan untuk memperkuat struktur pertumbuhan ekonomi melalui berbagai transformasi kebijakan ekonomi. Transformasi ekonomi tersebut termasuk dalam upaya meningkatkan nilai tambah perekonomian dengan melakukan diversifikasi pertumbuhan ekonomi dan mencari sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru.

"Sumber-sumber ini bisa kita cari di berbagai sektor perekonomian termasuk ekonomi syariah, serta memanfaatkan tren digitalisasi di semua aspek kehidupan," kata dia.

Penyesuaian, kebijakan ini akan menjadi fokusnya yang utama karena ini akan merespon trend digitalisasi yang saat ini terus berkembang pesat. Kebijakan ini untuk membuat perekonomian bisa beradaptasi dengan penetrasi digitalisasi yang cepat, dan mengubah perilaku perekonomian secara keseluruhan.

"Adaptasi ini ditunjukkan pada pemanfaatan teknologi digital dengan optimal agar dapat menjadi media untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas perekonomian," tuturnya.


(dru)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Berita Duka, Pungky P Wibowo Direktur Eksekutif BI Wafat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular