
Ini Lho Beda Impor Minyak & Produk Minyak Usai Petral Bubar

Jakarta, CNBC Indonesia - Riwayat keberadaan Petral di Indonesia memiliki rekam jejak buruk. Petral terindikasi sebagai sarang praktik mafia migas. Anak usaha PT Pertamina (Persero) ini pun dibubarkan pada 2015 lalu.
Lalu seperti pengadaan minyak mentah dan produk minyak sebelum dan sesudah Petral bubar?
Bedasarkan bahan paparan PT Pertamina (Persero) di Komisi VII DPR RI yang diterima CNBC Indonesia, Rabu (1/7/2020), pada tahun 2010 - 2014 di dalam proses bisnis, Petral berperan sebagai trading arm Pertamina untuk melaksanakan pembelian dan penjualan crude.
Struktur biaya yang terbentuk yakni harga crude yang didapatkan melaui mekanisme tender oleh Petral (PES) + Fee sebagai kompensasi operasional PES sebesar US$ 0,30/barel.
Negara mendapatkan pemasukan dari dividen yang dihitung dari laba bersih Pertamina. Biaya pengadaan crude dan produk menjadi komponen biaya Pertamina.
![]() |
Lalu pada tahun 2014 - 2020, di mana ada Integrated Supply Chain (ISC) secara langsung melakukan proses pembelian/penjualan crude. Struktur biaya yang terbentuk yakni harga crude yang didapatkan melalui mekanisme tender oleh ISC tanpa ada fee tambahan.
Dampak ke penerimaan negara yakni penghematan fee yang diberikan kepada PES sebesar 0,30/barel menjadi faktor untuk meningkatkan laba bersih dan dividen dari Pertamina.
"Mengurangi cash flow kepada entitas hukum yang berada di Singapura (PES)." sebagaimana dikutip dari bahan paparan tersebut.
Sebagai informasi Pertamina sudah membuka trading arm atau kantor pemasaran baru di Singapura, tahun lalu. Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman mengatakan kantor pemasaran ini tidak sama dengan Petral. Trading arm Pertamina yang ada di Singapura kini bernama Pertamina International Marketing & Distribution Pte Ltd (PIMD).
"PIMD merupakan trading arm Pertamina dalam ekspor produk Pertamina dan jual produk pihak ke-3 ke pasar internasional," ujar Fajriyah saat dihubungi, Selasa (8/10/2019).
PIMD, kata dia, difokuskan untuk menangkap peluang terutama di bisnis bunkering terutama di Singapura. Caranya adalah dengan memanfaatkan fasilitas blending MFO 380 dari Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Pertamina di Sambu, serta masuk ke pasar regional dengan membangun bisnis retail untuk memperkenalkan brand Pertamina secara global.
Lebih lanjut, Fajriyah mengatakan PIMD ini digagas dan di bawah direksi bagian marketing. "Dia justru ekspor jual produk Pertamina justru," imbuhnya.
(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mumpung Murah, Pertamina Borong Minyak Mentah dan BBM