
Andalan Luhut & Prabowo, Ini Nasib Rare Earth di PT Timah

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah tengah mengkaji potensi kekayaan mineral Indonesia yakni rare earth atau logam tanah jarang. Dirut PT Timah Riza Pahlevi mengatakan pihaknya saat ini tengah mengevaluasi dan akan menghitung besaran jumlah cadangan.
"Lagi kita evaluasi kita siapkan, kita punya pilot project plan nanti kita lagi mulai lihat mau hitung jumlah cadangannya berapa. Nanti kita akan kembangkan ke skala komersial," ungkapnya saat ditemui selepas rapat dengar pendapat di Komisi VII DPR RI, Selasa, (30/06/2020).
Lebih lanjut ia mengatakan saat ini masih dalam proses penelitian. Ia menegaskan nantinya akan dikaji teknologi yang akan digunakan.
"Teknologi yang akan kita pakai kemudian yang akan kita lihat lagi adalah jumlah cadangan supaya kita bisa kembangin secara komersial. Ya macam-macam dari kesehatan, industri strategis gitu," jelasnya.
Usulan penggunaan rare earth sebagai bahan pembuatan senjata merupakan hasil pembicaraan antara Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan bersama Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.
"Kita dari tin (timah), kemarin saya bicara dengan Menhan [Menteri Pertahanan Prabowo Subianto], tin itu kita juga bisa ekstrak, dari situ rare earth [tanah jarang]," kata Luhut dalam rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR RI, Senin (22/6/2020).
Menurut Luhut, rare earth merupakan salah satu komponen penting untuk pembuatan senjata. Namun, harga logam itu ditentukan di Singapura.
"Kenapa harga rare earth mesti ditentukan di Singapura? Kenapa tidak di kita. Singapura udara saja dia impor, kita relakan itu," imbuhnya.
Luhut bukan kali ini saja mengungkap potensi rare earth. Sebelumnya, dia bahkan menggebu-gebu ketika bicara mengenai hilirisasi mineral di Indonesia, di gedung DPR RI, Senin (9/9/2019).
(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Proyek Rp 1,2 Triliun Milik Timah Beroperasi Akhir Q2-2022