
Waspadai 8 Penyakit Calon Wabah di Masa Depan, Ada dari RI?

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebelum pandemi coronavirus disease 2019 (Covid-19) merebak, sejarah telah mencatat beberapa pandemi yang memusnahkan populasi manusia pernah terjadi. Sebelum jadi pandemi yang susah dikontrol, para ahli kesehatan dunia terus memonitor berbagai penyakit yang berpotensi jadi wabah.
Sejarah manusia telah mencatat berbagai tragedi yang mengerikan soal penyakit. Pandemi yang paling terkenal adalah black death. Wabah yang merebak di daratan Eropa ini pada abad ke-14 silam diperkirakan telah merenggut nyawa 75 juta - 200 juta orang.
Wabah yang disebabkan oleh bakteri Yersinia pestis ini juga disebut sebagai bubonic plague yang disebarkan oleh lalat hingga tikus rumah.
Kemudian pada 1918 saat perang dunia terjadi, pandemi flu spanyol terjadi. Kala itu tentara Amerika Serikat (AS) yang ikut bertempur berperan dalam menyebarkan virus H1N1 tersebut.
Menurut perkiraan CDC, virus influenza A tersebut telah menginfeksi lebih dari sepertiga populasi dunia atau sebanyak 500 juta orang dan menyebabkan kematian pada lebih dari 50 juta orang.
Kini seabad lebih berselang, pandemi kembali terjadi. Kali ini penyebabnya adalah virus corona jenis baru yang dinamai SARS-CoV-2. Awalnya wabah ini merebak di sebuah kota bernama Wuhan di China bagian tengah.
Kemudian virus yang disinyalir berasal dari hewan liar berupa kelelawar ini mulai menyebar ke berbagai penjuru dunia dan membuat lebih dari 10 juta orang terinfeksi.
Sebelum pandemi ini terjadi, Badan Kesehatan Dunia (WHO) sebenarnya sudah memperkirakan ada 8 penyakit yang berpotensi besar jadi wabah pada 2016 lalu. Virus corona yang sempat menyebabkan wabah SARS (2002-2003) dan MERS (2013) masuk ke dalam salah satu dari 8 penyakit yang diantisipasi oleh WHO.
Delapan penyakit yang terus dimonitor tersebut semuanya disebabkan oleh virus dan bersifat zoonotik atau dapat ditransmisikan dari hewan ke manusia. Berikut ini adalah daftar penyakit yang menurut WHO berpotensi menjadi wabah di masa mendatang :
Crimean-Congo haemorrhagic fever (CCHF)
Penyakit ini disebabkan oleh jenis Nairovirus dan endemik di daerah-daerah tertentu terutama Afrika. Inang dari virus penyebab CCHF banyak ditemukan di hewan liar maupun hewan ternak seperti sapi, kambing hingga domba.
Gigitan kutu atau kontak langsung dengan hewan yang terjangkit dapat menularkan penyakit tersebut ke manusia. Penularan antar manusia terjadi melalui kontak fisik jarak dekat, sekresi keringat hingga darah dari penderita.
Tingkat kematian yang diakibatkan oleh infeksi virus ini berada di rentang 10% - 40%. Gejala yang timbul setelah infeksi antara lain demam, pusing, sakit otot dan sakit leher, pusing, sensitif terhadap cahaya, muntah dan sakit perut. Sampai saat ini belum ada vaksin yang tersedia baik untuk manusia maupun hewan.
Ebola virus disease (EVD)
EVD disebabkan oleh virus ebola yang inangnya adalah kelelawar. Orang sehat yang berkontak secara langsung tanpa perlindungan dengan sekresi, organ, hingga buah-buahan bekas makanan kelelawar dan orang lain yang terinfeksi berpotensi besar untuk tertular.
Gejala yang ditimbulkan seperti pada umumnya meliputi demam, kelelahan, sakit otot, pusing, sakit kepala, muntah hingga diare. Tingkat kematian akibat ebola sangat bervariasi dengan rentang 25% - 90% tergantung banyak faktor seperti kekebalan tubuh hingga fasilitas kesehatan dan kecepatan penanganan.
Saat ini vaksin untuk ebola masih berada dalam tahap pengembangan.
Marburg virus disease (MVD)
Pertama kali ditemukan di Jerman. Virus ini juga berasal dari inangnya yang berupa kelelawar. Marburg dan Ebola disebabkan oleh jenis virus yang masih satu famili yaitu jenis filoviridae.
Penularan virus juga terjadi melalui jalur pada umumnya yaitu kontak jarak dekat baik degan hewan maupun orang yang terjangkit. Tingkat fatalitasnya juga beragam mulai dari 24% hingga yang tertinggi 88%.
Gejala yang dialami meliputi demam, pusing, hingga lemas yang hebat. Tak jarang penderita akan memasuki fase hemorajik pada hari ke-5 dan 7 di mana pendarahan sering terjadi di berbagai bagian tubuh.
Lassa fever
Wabah ini pertama kali merebak di Afrika bagian barat. Sebanyak 80% orang yang menderita Lassa fever tak menunjukkan gejala. Tingkat fatalitasnya juga tergolong rendah karena di bawah angka 1%. Kendati demikian ada juga yang tingkat kematiannya bisa mencapai 15%.
Lassa fever juga merupakan penyakit yang punya karakteristik zoonosis. Artinya penyakit ini bisa ditularkan dari hewan ke manusia. Di alam inang dari virus jenis Arenaviridae ini adalah hewan pengerat dari golongan mastomys.
Masa inkubasi virus berlangsung selama 6-21 hari. Gejala awal yang ditunjukkan biasanya ringan seperti demam, nyeri otot dan lemas. Namun pada kasus yang parah bisa terjadi pendarahan lewat mulut hingga vagina.
Manusia biasanya terinfeksi Lassa fever ketika terpapar langsung ke urin atau feses hewan pengerat tersebut. Penularan antar manusia juga bisa terjadi melalui kontak fisik secara langsung.
MERS & SARS
Kedua penyakit ini disebabkan oleh jenis patogen yang masih satu golongan dengan wabah Covid-19. MERS merebak di Timur Tengah sementara SARS bermula di China. Penyakit ini menyebabkan kerusakan sistem pernapasan atas hingga berujung pada pneumonia.
Baik MERS dan SARS keduanya terbilang memiliki tingkat fatalitas yang lebih tinggi dibandingkan wabah yang sekarang merebak. Namun Covid-19 terbilang lebih ganas dalam hal penularan karena jauh lebih cepat. Secara skala Covid-19 juga sudah masuk kategori pandemi global yang menjangkiti lebih dari 200 negara dan teritori.
Nipah virus
Inang alami virus ini adalah kelelawar pemakan buah. Namun virus ini juga tak jarang ditemukan di hewan ternak seperti babi. Memakan buah sisa kelelawar atau terpapar langsung ke hewan ternak yang sakit menyebabkan seseorang langsung terinfeksi virus ini.
Gejala awal terjangkit penyakit ini sama seperti yang lainnya meliputi demam hingga lemas. Namun pada kasus yang parah penyakit ini dapat menyebabkan sindrom pernapasan akut hingga ensefalitis atau biasa dikenal dengan radang otak.
Tingkat fatalitas akibat penyakit ini berada di rentang 40% - 75%. Saat ini belum ada vaksin yang tersedia baik untuk manusia maupun hewan untuk menangkal infeksi dari patogen berbahaya ini.
Rift Valley fever (RVF)
Lagi-lagi WHO mencatat penyakit yang membahayakan umat manusia adalah yang memiliki karakteristik zoonosis. RVF disebabkan oleh suatu jenis virus yang berasal dari genus Phlebovirus.
Nyamuk Aedes dan Culex merupakan salah satu vektor bagi virus ini. Menurut penjelasan WHO, penularan antar manusia belum terdokumentasikan. Masa inkubasi virus bervariasi mulai dari 2-6 hari.
Gejala yang ditimbulkan pun mulai dari yang ringan, sedang dan berat. Untuk kategori yang ringan hingga sedang maka penderita akan mengalami berbagai gejala seperti flu. Namun untuk kategori berat, penderita akan mengalami penyakit mata (0,5%-2% pasien), meningoensefalitis (<1% pasien) dan hemorajik (<1% pasien).
Ada beberapa kesamaan dari delapan jenis penyakit di atas. Pertama adalah zoonotik. Kedua banyak melibatkan hewan sebagai inang seperti kelelawar dan hewan ternak. Ketiga adalah Afrika sebagai benua yang menjadi asal muasal dari virus-virus mematikan tersebut atau setidaknya menjadi lokasi wabah merebak pertama kali.
WHO juga menambahkan tiga penyakit yang membutuhkan penanganan cepat dan serius. Ketiga penyakit tersebut adalah Chikungunya, demam berdarah yang ditandai dengan penurunan trombosit (trombositopenia) hingga penyakit akibat virus Zika.
Dua dari ketiga penyakit yang membutuhkan penanganan serius versi WHO juga dijumpai di Indonesia yakni Chikungunya dan demam berdarah. Keduanya melibatkan vektor berupa nyamuk. Ini lah yang harus diwaspadai oleh Indonesia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Saat Menkes Bicara Covid-19 dan Kemungkinan Epidemi Global