Bank Terbesar ASEAN 'Ramal' Ekonomi RI Minus di 2020

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
26 June 2020 14:52
Pengibaran Bendera Merah Putih Sepanjang 200 Meter di Silang Patung Kuda, 20 Oktober 2019 (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Pengibaran Bendera Merah Putih Sepanjang 200 Meter di Silang Patung Kuda, 20 Oktober 2019 (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Tahun 2020 menjadi tahun yang penuh gejolak dan periode yang berat bagi perekonomian global, tak terkecuali Indonesia. Bank DBS memproyeksikan ekonomi Indonesia tahun ini bisa minus setelah keluar proyeksi IMF sebelumnya. 

Pandemi Coronavirus disease 2019 (Covid-19) sudah menjangkiti dunia hampir setengah tahun jika waktu merebak di China dihitung. Namun jika baru dihitung dari deklarasi pandemi oleh WHO pada 11 Maret lalu, artinya sudah hampir 3 bulan perang melawan musuh ultra mikroskopik berlangsung. 

Tanda usai masih belum terlihat. Namun lonjakan kasus baru sudah mulai tampak. Hingga hari ini, data kompilasi real time John Hopkins University CSSE menunjukkan sudah ada 9,6 juta orang di dunia yang terjangkit Covid-19. Angkanya semakin mendekati 10 juta kasus. 

Dengan kasus sebanyak itu, vaksin yang efektif dan obat yang mujarab belum juga ditemukan. Waktu kapan berakhirnya wabah tak ada yang tahu, ditambah dengan ancaman gelombang kedua wabah membuat risiko ketidakpastian meningkat. 

Lembaga keuangan global yang berbasis di Washington DC, IMF semakin pesimis dalam melihat prospek perekonomian tahun ini. Dalam laporan terbaru World Economic Outlook terbaru keluaran Juni, IMF memangkas proyeksi pertumbuhan output global sebesar 1,9 poin persentase dari proyeksi April lalu. 

Ekonomi global diperkirakan mengalami kontraksi sebesar minus 4,9% tahun ini. Ada beberapa faktor yang memicu revisi turun angka proyeksi tersebut. 

Data PDB kuartal pertama yang lebih buruk dari perkiraan, turunnya konsumsi masyarakat dan output jasa, mobilitas yang masih terbatas, angka pengangguran yang melonjak signifikan hingga lebih dari 200 juta orang, kontraksi pada volume perdagangan hingga inflasi yang lemah membuat IMF merevisi turun proyeksinya. 

IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi Tanah Air juga akan mengalami kontraksi tahun ini sebesar minus 0,3%. Angka ini merupakan revisi turun dari angka proyeksi sebelumnya yang berada di 1,5%. Artinya ada 1,8 poin persentase pemangkasan proyeksi. 

Tidak hanya IMF, bank asal Singapura DBS juga memperkirakan ekonomi Indonesia akan terkontraksi pada 2020. Bahkan DBS, yang juga merupakan bank terbesar di ASEAN, lebih pesimis, ekonomi Indonesia diramal menyusut 1% tahun 2020 ini.

LembagaProyeksi 2020
World Bank0
IMF-0.3
DBS-1
Bank Indonesia0.9-1.9
Kementerian Keuangan-0.14 - 1

Sumber : CNBC Indonesia

Sebelum Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) diterapkan, kinerja ekonomi Indonesia memang sudah merosot. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada kuartal pertama tahun ini, ekonomi RI tumbuh minimalis di angka 2,97% (yoy). 

Jika melihat PSBB baru diterapkan mulai awal April maka bisa dilihat dampaknya terhadap perekonomian semakin terasa. Pembatasan mobilitas di dalam dan luar negeri membuat beberapa indikator perekonomian domestik menyala merah yang mengindikasikan adanya alarm tanda bahaya.

Pada bulan April dan Mei tahun ini rilis data ekonomi RI kompak menunjukkan angka yang buruk. Konsumen pesimis, penjualan ritel mengalami kontraksi dobel digit, inflasi rendah bahkan untuk pos bahan makanan sempat mengalami deflasi. 

Penjualan barang-barang tahan lama (durable goods) seperti mobil bahkan anjlok nyaris 100%. Angka PMI menunjukkan sektor manufaktur RI terkontraksi. Ekspor anjlok signifikan akibat harga-harga komoditas yang juga mengalami penurunan, di saat yang sama impor barang modal juga menurun drastis. 

Dengan melihat data tersebut, ada indikasi bahwa pertumbuhan ekonomi RI pada kuartal kedua tahun ini bisa terkontraksi dalam. Menteri Keuangan memproyeksi ekonomi pada kuartal kedua mengalami kontraksi lebih dari minus 3%.

Dalam laporannya, DBS memproyeksi pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Tenggara (ASEAN) terutama untuk kelompok ASEAN-6 akan mengalami kontraksi sebesar minus 2,2% tahun ini.

Angka tersebut menjadi yang terlemah sejak krisis keuangan Asia dan anjlok dalam dibanding tahun lalu yang tercatat mencapai 4,2%. Dalam pandangan yang lebih suram ekonomi ASEAN-6 bisa anjlok lebih dalam ke minus 4,1%.

Jika mengacu pada laporan DBS, kontraksi di Indonesia memang tidak separah dibandingkan dengan Singapura, Malaysia, Filipina dan Thailand. Hanya Vietnam yang diperkirakan tumbuh di teritori positif oleh DBS tahun ini. 

Negara20202021
Indonesia-13.5
Malaysia-1.63.2
Filipina-2.53.5
Singapura-5.73.5
Thailand-5.52
Vietnam4.46.2

Sumber : Proyeksi DBS

DBS memuji upaya Vietnam dalam menangani wabah Covid-19 yang merebak di negara tersebut. Vietnam memang dipuji dunia atas penanganannya. Respon yang tanggap serta cepat terbukti efektif membuat kasus di Vietnam berada di bawah 1.000 dan angka kematian berada di nol persen. 

Metode pelacakan kontak dan tes corona yang masif serta quasi lockdown terbukti berhasil membawa ekonomi dan kesehatan negara tersebut selamat dari pandemi walau tetap merasakan dampaknya. Vietnam pun mulai menggeber aktivitas ekonominya pada 22 April lalu.

Lebih lanjut DBS mengatakan skala kebijakan fiskal di masing-masing negara ASEAN-6 akan berbeda-beda dan ini menjadi faktor fundamental yang bakal mempengaruhi seberapa besar dampak yang akan diderita serta seberapa cepat periode pemulihan berlangsung. 

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular