
Kala Covid-19 di 9 Negara Naik tapi 580 Obat Masih Diuji

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi coronavirus disease 2019 (Covid-19) yang menjangkiti seluruh dunia belum usai. Namun banyak negara yang mencatatkan kenaikan kasus dalam sepekan terakhir. Ratusan vaksin dan obat terus dikembangkan.
Berdasarkan data John Hopkins University CSSE, sampai dengan hari ini sudah ada 9,6 juta orang di dunia yang dinyatakan telah terinfeksi Covid-19. Angkanya semakin mendekati 10 juta kasus.
Beberapa negara yang kurva epidemiologinya sempat melandai justru mengalami kenaikan seiring dengan relaksasi lockdown dan pembukaan ekonomi yang dilakukan. Amerika Serikat (AS) menjadi salah satunya.
Beberapa negara bagian di AS melaporkan terjadinya lonjakan kasus. Mengutip BBC, California melaporkan 7.149 kasus hingga Rabu kemarin (24/6/2020). Jumlah kasus di California mencapai 190.222 kasus.
Kemudian ada Florida yang juga melaporkan adanya kenaikan kasus. Rekor tambahan kasus baru di Florida mencapai angka 5.508 dan jumlahnya kasus di negara bagian tersebut kini telah mencapai 109.014.
Pada Selasa pekan ini Arizona melaporkan adanya tambahan 3.600 kasus baru dan sehari setelahnya kasus bertambah sebanyak 1.795. Di Texas jumlah kasus baru naik 5.551 dalam sehari.
Selain AS, ada sembilan negara yang tercatat mengalami lonjakan kasus dalam sepekan terakhir. Negara-negara tersebut berasal dari berbagai benua. Berikut adalah daftar negara dengan pertambahan rata-rata jumlah kasus baru yang mengalami peningkatan dalam sepekan terakhir.
Meski kasus sudah mendekati angka 10 juta, vaksin dan obat untuk Covid-19 yang efektif belum tersedia untuk publik. Berdasarkan laporan WHO, sampai dengan 24 Juni 2020 sudah ada 16 kandidat vaksin yang sedang dievaluasi klinis. Sebanyak 125 kandidat lain masih dalam tahap pre klinis.
Beralih ke kandidat obat Covid-19, menurut data Refinitive Healthcare Intelligence ada 580 obat yang tengah dikembangkan untuk menangani Covid-19. Kebanyakan obat tersebut berada di tahap fase pre klinis dan uji klinis tahap kedua.
Beberapa obat yang digunakan untuk menangani corona antara lain obat anti-inflamasi seperti Dexamethason, obat untuk HIV seperti Favipiravir atau Avigan hingga obat malaria yaitu Hydroxychloroquine. Namun yang terakhir penggunannya distop oleh WHO karena tidak menurunkan tingkat kematian pada pasien Covid-19.
Secara umum dalam pengembangan vaksin dan obat ada tiga tahap uji klinis yang harus dilalui. Pada tahap pertama uji dilakukan pada sukarelawan yang sehat untuk menentukan dosis dan keamanan.
Di tahap kedua, kandidat vaksin akan diujikan pada sejumlah orang yang positif terinfeksi virus corona untuk melihat keampuhannya.
Sementara di tahap akhir uji dilakukan terhadap populasi sampel yang besar untuk menentukan seberapa efektif kandidat vaksin yang dikembangkan sebelum mendapat persetujuan dari otoritas kesehatan terkait.
Setelah mendapat persetujuan dan tersedia untuk publik, pengembang vaksin harus tetap melaporkan hasil monitoringnya sebagai bagian dari surveilansi dan tahap ini sering disebut juga dengan fase uji klinis tahap 4.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Wah! China Lockdown Kota Karena 70 Kasus Corona
