Kapan Bumi Bisa Tenang! Kali Ini AS vs Eropa

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
25 June 2020 17:32
Presiden AS Donald Trump
Foto: Presiden AS Donald Trump (Ian Maule/Tulsa World via AP)

Merespons hal tersebut pejabat Komisi Uni Eropa turut melontarkan komentar. Uni Eropa mengatakan akan bekerja sama dengan AS untuk menghilangkan segala hambatan tersebut.

Namun Uni Eropa tak segan untuk mengambil aksi retaliasi jika AS benar-benar menerapkan bea masuk untuk produk kendaraan roda empat serta produk lainnya seperti yang dikatakan Trump. Ungkapan ini diutarakan pada Februari lalu.

Permasalahan antara Uni Eropa dengan AS memang kompleks mulai dari subsidi pesawat terbang, hambatan perdagangan produk agrikultur hingga rencana Uni Eropa untuk memajaki raksasa perusahaan digital AS dan masih banyak lagi masalah-masalah lain.

Sejak 2009-2019 defisit neraca dagang AS dengan Uni Eropa terus mengalami pembengkakan. Pada 2009 U.S. Census Bureau mencatat defisitnya mencapai US$ 61,2 miliar. Tahun lalu defisitnya membengkak hampir tiga kali lipatnya menjadi US$ 178,5 miliar. 

Pada empat bulan pertama 2020, AS juga masih mencatatkan defisit ketika berdagang dengan Uni Eropa. Sejak Januari-April 2020 defisit yang tercatat mencapai US$ 55,1 miliar.

Trade protectionism telah menjadi tema global dan bahkan tren sejak perang dagang AS-China terjadi pada 2018. Dengan adanya pandemi Covid-19 seperti sekarang ini, tensi geopolitik menjadi semakin tereskalasi.

Setiap negara menjadi sangat sensitif di tengah pandemi karena perekonomiannya hancur lebur akibat lockdown untuk menekan angka pertambahan kasus. Setiap kebijakan suatu negara yang dinilai merugikan negara lain akan dibalas reaktif oleh negara bersangkutan. 

Meski belum diputuskan daftar negara mana saja yang diperbolehkan masuk ke Uni Eropa dan AS masih sibuk dengan kasus infeksinya yang cenderung naik beberapa hari terakhir, keputusan ini sangatlah sensitif bagi kedua belah pihak.

Kabar terbaru bahkan AS sedang mempertimbangkan untuk mengenakan bea masuk tambahan senilai US$ 3,1 miliar untuk barang dari Eropa seperti zaitun, beer, minuman beralkohol jenis gin, keju hingga yoghurt.

Sebagaimana ditulis Bloomberg, langkah ini bertepatan dengan review enam bulan ke barang-barang Eropa sebagai balasan atas subsidi ke Airbus SE. Sebelumnya AS menggugat subsidi Uni Eropa (UE) ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) karena hal ini.

WTO akhirnya mengizinkan AS menaikkan tarif barang-barang senilai US$ 7,5 miliar. Subsidi ke Airbus dianggap ilegal. Penerapan tarif kemungkinan besar akan terjadi pada September.

Di saat yang sama WTO menerima laporan UE terkait subsidi ilegal AS pada Boeing. September, WTO juga akan memutuskan apakah UE bisa mengenakan tarif senilai US$ 11,2 miliar.

Juru Bicara UE mengatakan cara AS akan memperburuk situasi yang sudah buruk karena Covid-19. Tarif yang ditetapkan AS melebihi apa yang disahkan WTO dan menuntut adanya negosiasi.

Kabar ini seolah membuat dunia benar-benar dalam tensi yang tinggi. Belum juga pandemi berakhir, dunia kini harus berhadapan dengan tensi tinggi dan risiko eskalasi perang dagang di berbagai wilayah yang tentunya membuat prospek perekonomian global menjadi suram dan penuh ketidakpastian.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(twg)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular