Impor Senjata Pistol Hingga Revolver Cs Melonjak, Ada Apa?

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
23 June 2020 09:46
David Liu, right, owner of a gun store, takes an order from a customer in Arcadia, Calif., Sunday, March 15, 2020. Coronavirus concerns have led to consumer panic buying of grocery staples and now gun stores are seeing a run on weapons and ammunition as panic intensifies. (AP Photo/Ringo H.W. Chiu)
Foto: Ilustrasi AP/Ringo H.W. Chiu)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia masih mengimpor senjata api genggam seperti pistol dan revolver dan lainnya dalam jumlah besar. Setidaknya dalam beberapa tahun terakhir, juga ada lonjakan di awal tahun 2020.

Data CEIC mencatat total nilai impor senjata  ke Indonesia dari periode Januari 2017 sampai Maret 2020 mencapai angka US$ 250 juta. Impor terbesar adalah Senjata Non Pistol & Revolver (HS 9301) dengan nilai mencapai US$ 116,83 juta. Bahkan, momen puncak impor tertinggi adalah di Maret 2020 dengan nilai mencapai US$ 63,76 juta, naik jauh dari bulan sebelumnya yang hanya US$ 1,26 juta.

Sementara Impor Bagian & Aksesoris Senjata (HS 9305) jauh di bawahnya sebesar US$ 23,61 juta. Pada Maret nilai impor hanya berada di angka US$ 0,26 juta . Nilai impor tertinggi dalam satu tahun terakhir ada pada Mei 2019 lalu dimana nilainya mencapai US$ 4,06 juta.

Adapun Impor Pistol & Revolver (HS 9302) impornya mencapai US$ 110,06 juta. Angka impor terbesar terjadi pada awal tahun lalu, dimana nilainya mencapai US$ 72,78 juta.

Data BPS justru menunjukkan angka lebih besar lagi tapi tak spesifik jenisnya. Kepala BPS Suhariyanto sempat menyinggung impor barang konsumsi yang mengalami peningkatan tertinggi pada Maret 2020 dibandingkan Maret 2019 maupun Februari 2020.

Nilai impor barang konsumsi selama Maret 2020 tercatat US$ 1,27 miliar. Meningkat 43,80% (mtm) dan 10,66% (YoY). Peningkatan ini terutama disebabkan oleh melonjaknya impor senjata dan amunisinya.

Dari data BPS, impor senjata dan amunisi serta bagiannya yang masuk dalam HS-93 tercatat sebesar US$ 187,1 juta di Maret 2020. Impor ini meningkat US$ 185 juta dibandingkan Maret 2019 yang tercatat hanya US$ 2,1 juta. Nilai impor ini meroket tajam sekitar 8.809,52%.

"Ini memang impor rutin yang dilakukan setiap tahun untuk pertahanan dan keamanan negara kita. Kebetulan di 2020 di bulan Maret," ujarnya, Rabu (15/4/2020).

Dibandingkan dengan Februari 2020, impor senjata juga mengalami peningkatan tajam hingga US$ 184,6 juta. Dimana impor senjata Maret 2020 tercatat 187,1 juta dan di Februari 2020 hanya US$ 2,5 juta. Nilai impor ini juga meningkat sebesar 7.384%.

Rare Earth dan Senjata

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Jenderal TNI (Purn) Luhut Binsar Pandjaitan mengungkap salah satu materi saat bertemu DPR, Senin (22/6). Salah satunya membahas timah dan rare earth atau logam tanah jarang.

Rare earth merupakan 17 elemen yang tidak hanya bisa dipakai untuk pembuatan senjata semata, melainkan juga berbagai perangkat mulai dari smartphone atau ponsel pintar dan kamera berteknologi tinggi hingga televisi layar datar dan komputer.

"Kita dari tin (timah), kemarin saya bicara dengan menhan, tin itu kita juga bisa ekstrak dari situ rare earth," kata Luhut dalam rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR RI, Senin (22/6/2020). Menurut Luhut, rare earth merupakan salah satu komponen penting untuk pembuatan senjata, tanpa menjelaskan senjata seperti apa.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Virus Corona Mengganas, Apa Kabar Perdagangan di Tanah Abang?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular