Ini Rare Earth, Material yang Dibahas 4 Mata Luhut & Prabowo

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
22 June 2020 16:58
Tambang Tanah Jarang (Rare Earth) di China. (Foto: CNBC)
Foto: Tambang logam tanah jarang alias rare earth di China. (Foto: CNBC)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Jenderal TNI (Purn) Luhut Binsar Pandjaitan sempat menyinggung penggunaan logam tanah jarang atau rare earth element (REE) untuk bidang pertahanan saat mengadakan rapat dengan Menteri Pertahanan Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto.

Luhut diketahui menerima Prabowo di kantor Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Jakarta, Senin (15/6/2020) petang. Kendati demikian, tidak banyak cerita yang diungkap oleh Luhut perihal pertemuan 4 mata dengan Prabowo.

Luhut hanya bilang kalau pertemuannya merupakan bagian dari silaturahim. Ia pun mengucapkan selamat memasuki new normal kepada Prabowo.

Sementara itu secara terpisah, Prabowo sama sekali tidak berkomentar terkait pertemuannya dengan Luhut. Ia hanya melambaikan tangan saat ditanya para pewarta yang sudah menunggu.

Salah satu materi pembicaraan baru terungkap saat Luhut dalam rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR RI, Senin (22/6/2020).

"Kita dari tin (timah), kemarin saya bicara dengan menhan, tin itu kita juga bisa ekstrak dari situ rare earth," kata Luhut.

Menurut Luhut, rare earth merupakan salah satu komponen penting untuk pembuatan senjata. Namun, harga logam itu ditentukan di Singapura.

"Kenapa harga rare earth mesti ditentukan di Singapura? Kenapa tidak di kita. Singapura udara saja dia impor, kita relakan itu," ujar Luhut.

Lantas apakah sebenarnya REE itu? 

REE merupakan elemen yang memiliki banyak fungsi dan potensi untuk berbagai industri hilir. Meski namanya logam tanah jarang, tetapi keberadaannya relatif melimpah di kerak bumi.

Sampai dengan saat ini, China menjadi salah satu produsen terbesar REE di dunia. Pada 2019 saja produksi China mencapai 132 ribu metrik ton atau setara dengan 61,9% dari total produksi 10 negara dengan output terbanyak di dunia.

Hingga tahun 2018, REE telah digunakan untuk magnet, katalis, hingga baterai. REE paling banyak digunakan untuk pembuatan magnet serta katalis. Katalis merupakan suatu zat yang berfungsi untuk mempercepat suatu reaksi kimia tertentu.

Mengacu pada kajian U.S. Congressional Research Services, masing-masing dari 17 elemen REE memiliki fungsi yang beragam. Ada yang fungsinya sama ada pula yang penggunaan akhirnya berbeda. 

Namun secara umum REE juga digunakan untuk membuat campuran logam, magnet hingga komponen dari berbagai gadget yang ada sekarang seperti smartphone hingga layar pada komputer atau laptop.

Meski tak termasuk ke dalam 10 produsen terbesar, bukan berarti Indonesia tak memiliki REE. Indonesia sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam juga memiliki REE yang banyak ditemukan di Pulau Timah dan Kalimantan.

Menurut studi A.D Handoko dan E Sanjaya yang dipublikasikan dalam IOP Conference Series: Earth and Environmental Science 2018, jenis REE yang banyak ditemui di Indonesia adalah monazite, zircon dan xenotime yang biasanya tercampur dengan deposit timah dan emas. 

Jenis monazite juga ditemukan di Kalimantan. Monazite merupakan mineral yang di dalamnya terdapat campuran elemen Cerium (Ce), Lanthanum (La), Neodymium (Nd) dan Thorium (Th). 

Artinya jika REE tersebut diekstrak dari perut bumi, maka logam tersebut bisa digunakan untuk membangun industri hilir Tanah Air mulai dari elektronik, migas, kendaraan listrik bahkan industri pertahanan mengingat aplikasinya banyak digunakan untuk membuat material aloy.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Terungkap, Luhut-Prabowo Bahas Rare Earth untuk Bikin Senjata

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular