Mood Pengusaha Hancur, Gelombang PHK Rasanya Belum Kelar...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
21 June 2020 18:02
Penjualan Kendaraan (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Penjualan Kendaraan (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mood dunia usaha di Asia berada di titik nadir pada kuartal II-2020. Pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) masih menjadi tantangan utama, yang belum jelas kapan akan berakhir.

Sejak pertengahan 2009, Reuters/INSEAD telah menerbitkan Indeks Sentimen Bisnis Asia (Asian Business Sentiment Index). Indeks ini menggunakan angka 50 sebagai titik mula, di bawah 50 berarti dunia usaha sedang pesimistis.

Pada kuartal II-2020, skor Indeks Sentimen Bisnis Asia berada di 35. Jauh melorot dibandingkan kuartal sebelumnya yang sebesar 53. Angka 35 juga menjadi yang terendah sejak Indeks Sentimen Bisnis Asia diperkenalkan. Rekor terendah sebelumnya adalah 45, yang terjadi pada kuartal II-2009.

"Kami menjalankan survei saat kondisi menjelang benar-benar memburuk. Oleh karena itu, kita bisa melihat pesimisme terjadi di mana-mana, di seluruh sektor usaha. Sesuatu yang belum pernah kita lihat sebelumnya," kata Antonio Fatas, Profesor di INSEAD, seperti dikutip dari Reuters.

Survei dilakukan pada 29 Mei-12 Juni. Terdapat 93 perusahaan di Asia yang terlibat dalam survei ini. Dari jumlah responden tersebut, dua pertiga memperkirakan pandemi virus corona yang memburuk adalah tantangan terbesar dalam enam bulan ke depan.

Kemudian sekitar 16% responden menyatakan resesi yang lebih dalam juga berisiko terjadi dalam enam bulan mendatang. Situasi yang gloomy ini membuat lebih dari separuh responden telah dan akan merespons dengan mengurangi jumlah karyawan atau menurunkan produksi.

"Survei ini juga memberi gambaran bahwa proses pemulihan ekonomi sepertinya tidak akan cepat, tidak akan membentuk pola V-Shaped," kata Jerry Ng, Senior Treasury Strategist di HL Bank, seperti diberitakan Reuters.

Apa yang dikhawatirkan oleh dunia usaha dalam survei ini sedikit banyak sudah terbukti. Ada kecenderungan penyebaran virus corona yang sempat melambat kembali meningkat.

Misalnya di Amerika Serikat (AS). Per 19 Juni, jumlah pasien positif corona di Negeri Adidaya adalah 2.178.710 orang. Bertambah 23.138 orang (1,07%) dibandingkan posisi hari sebelumnya.

Selama tiga hari beruntun, jumlah kasus corona di AS selalu bertambah di atas 20.000. Dari sisi persentase, lajunya naik di atas 1%.

Situasi di Jerman juga layak diperhatikan. Per 19 Juni, jumlah pasien positif corona tercatat 188.534 orang. Bertambah 770 orang (0,41%) dibandingkan hari sebelumnya dan menjadi kenaikan harian tertinggi sejak 20 Mei.

Dunia tentu mengkhawatirkan bahwa kasus corona yang mengalami lonjakan bisa membuat pemerintah di berbagai negara kembali mengetatkan pembatasan sosial (social distancing) bahkan mungkin memberlakukan karantina wilayah (lockdown). Jika ini terjadi, maka pemulihan ekonomi dunia yang digadang-gadang dimulai pada paruh kedua 2020 sulit terwujud.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular