Harus Diulang, Rapid Test Tak Cukup Sekali!

Yuni Astutik, CNBC Indonesia
19 June 2020 17:38
A scientist presents an antibody test for coronavirus in a laboratory of the Leibniz Institute of Photonic Technology (Leibniz IPHT) at the InfectoGnostics research campus in Jena, Germany, Friday, April 3, 2020. An international team of researchers with the participation of the Jena Leibniz Institute of Photonic Technology (Leibniz IPHT) has developed a rapid antibody test for the new coronavirus. By means of a blood sample, the test shows within ten minutes whether a person is acutely infected with the SARS-CoV-2 virus (IgM antibody) or already immune to it (IgG antibody). The strip test is manufactured by the diagnostics company Senova in Weimar and is already on the market. For most people, the new coronavirus causes only mild or moderate symptoms, such as fever and cough. For some, especially older adults and people with existing health problems, it can cause more severe illness, including pneumonia. (AP Photo/Jens Meyer)
Foto: Ilustrasi alat rapid test (AP/Jens Meyer)

Jakarta, CNBC Indonesia - Tes cepat atau rapid test dilakukan sebagai upaya awal untuk mengetahui sebaran virus corona. Namun, rapid test tak cukup dilakukan sekali, tetapi harus diulang pada kurun waktu tertentu.

Ketua Tim Pakar Gugasnas Percepatan Penanganan Covid-19, Prof. Wiku Adisasmito mengatakan tes ini harus dilakukan apakah seseorang yang pernah ada kontak terinfeksi atau tidak.

"Seandainya hasilnya negatif 7-10 hari lagi harus diulang. Kalau positif akan dites lagi dengan PCR, memastikan betulan sakit atau tidak," katanya saat video conference di Jakarta, Jumat (19/6/2020).

Tes cepat ini memang ada beberapa tahapan. Saat hasilnya menunjukkan positif maka kemudian akan dilakukan PCR test. Pada tahapan ini, biasanya sudah ada gejala, sehingga secara otomatis akan dirawat di RS rujukan.

"Kalau PCR negatif, tak ada virus, dia bukan penderita," katanya lagi.

Menurutnya rapid test negatif harus diulang. Sebab fungsi rapid test adalah sebagai antibodi, melihat apakah orang tersebut muncul antibodi atau tidak. Sebab, saat pertama kali dilakukan tes bisa saja antibodi belum muncul.

Kepala Pusat Kesehatan Angkatan Darat, Dr. dr. Tugas Ratmono, Sp.S., M.A.R.S., M.H. Mayor Jenderal TNI mengatakan dalam satu kasus, ada 1.110 data yang masuk terkait dengan rapid test. Dari data tersebut, yang reaktif ada 22 orang.

"Kemudian reaktif dilanjutkan untuk PCR, yang hasilnya positif hanya 3 orang. Ini kan 3 dari 1000 hanya 0,3% sangat kecil," tegasnya.

Meski hasilnya sangat kecil, namun angka ini sangat penting sebagai penapisan. Sebab, hal ini bisa menjadi petunjuk dengan langsung menerapkan protokol kesehatan.

"Penting melindungi yg lain," pungkasnya.


(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pertamina Sulap Lapangan Bola Jadi RS Covid-19 Super Lengkap

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular