Makin Panas, Trump Blokir Kabel Internet Bawah Laut ke China

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
18 June 2020 18:51
President Donald Trump walks from the White House past graffiti in Lafayette Park to visit St. John's Church in Washington on Monday, June 1, 2020. (AP Photo/Patrick Semansky)
Foto: Presiden AS Donald Trump (AP/Patrick Semansky)

Jakarta, CNBC Indonesia - Hubungan Amerika Serikat dan China kembali memanas. Kabel data di bawah laut yang menghubungkan AS ke Hong Kong, tampaknya akan ditolak oleh Pemerintah AS karena khawatir akan ada pencurian data oleh China.


Jaringan tersebut milik Pacific Light Cable Network, yang didukung oleh Google dan Facebook, dirancang untuk meningkatkan kecepatan dan kapasitas internet antar negara.


Komite pemerintah AS yang dikenal sebagai "Team Telecom" merekomendasikan agar AS menolak persetujuan menghubungkan kabel data di bawah laut tersebut. Insiden ini dilaporkan menjadi kabel data bawah laut pertama yang ditolak AS dengan alasan keamanan nasional.


Namun, komite pemerintah AS tetap merekomendasikan persetujuan untuk jaringan kabel bagian Taiwan dan Filipina.


Keamanan nasional yang dimaksud komite adalah untuk menghindari upaya berkelanjutan China untuk memperoleh data pribadi sensitif jutaan orang AS, dan akses ke data negara lain China melalui kedua investasi infrastruktur digital.


Selain itu, AS juga menghindari hubungan Grup Peng dengan intelijen China dan layanan keamanan, dan kewajibannya di bawah undang-undang intelijen dan keamanan cyber China.


Terakhir, AS merasa tindakan China untuk menghapus otonomi Hong Kong dan memungkinkan kemungkinan intelijen China dan layanan keamanan akan beroperasi secara terbuka di Hong Kong tidak masuk akal.


Keputusan itu adalah hasil dari ketegangan yang kian meningkat antara AS dan China dalam perang dagang, serta perseteruan lainnya yang belum selesai antara kedua negara tersebut.


Ketegangan awalnya bermula setelah Presiden Trump berkuasa, AS memberlakukan tarif miliaran dolar untuk barang-barang China. Tak terima dengan perlakuan AS, China membalas dengan menaikan tarif kepada AS.


Di sisi lain, Trump menuduh China melakukan perdagangan tidak adil dan pencurian kekayaan intelektual. Selain itu, AS juga menargetkan perusahaan teknologi China, yakni Huawei, sebagai ancaman keamanan nasional AS. AS juga mengambil sikap yang lebih agresif terhadap Hong Kong.


Saat China mencoba menerapkan undang-undang keamanan di Hong Kong, AS mengatakan UU tersebut akan mengancam otonomi kota, yang termasuk wilayah administrasi khusus China. Trump mengatakan dia akan menghapus status istimewa Hong Kong dalam hukum AS.


"China telah menggantikan satu negara, dua sistem, dengan satu negara, satu sistem," kata Trump pada Mei lalu, sebagaimana dilaporkan oleh BBC Internasional.


Apa itu Jaringan Pacific Light Cable Network?


Di seluruh dunia, ada ratusan kabel bawah laut yang menyediakan konektivitas internet. Kabel baru milik Pacific Light Cable Network diumumkan pada 2016 sebagai kemitraan antara Google, Facebook, dan perusahaan teknologi lainnya


Google mengatakan kabel jaringan tersebut sepanjang 12.800 km (8.000 mil) dan akan menjadi "rute trans-Pasifik berkapasitas tertinggi".


"Dengan kata lain, (kabel) akan menyediakan kapasitas yang cukup bagi Hong Kong untuk memiliki 80 juta panggilan konferensi video HD bersamaan dengan Los Angeles," kata perusahaan itu.


Proyek ini juga akan memiliki bagian yang menghubungkan AS dengan Taiwan dan Filipina.


Saat ini, kabel yang sudah diletakkan itu menelan biaya "jutaan dolar", tetapi belum tersambung karena masih membutuhkan persetujuan untuk beroperasi.


Salah satu perusahaan yang bekerja dengan Facebook dan Google adalah Grup Peng, raksasa broadband berbasis China.


(gus/gus)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article China Berjanji akan Balas AS yang Blokir 8 Aplikasi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular