
Vietnam & India Mulai Larang Ekspor Pangan, Tanda Apa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Beberapa negara di dunia sudah mengamankan diri masing-masing soal pasokan pangan dengan melarang ekspor di kala pandemi covid-19. Sejumlah negara dengan memprioritaskan kebutuhan dalam negeri seperti yang dilakukan India dan Vietnam.
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso memberikan perhatian soal masalah ini. "Ada beberapa negara yang mereka mengutamakan untuk dalam negerinya, untuk masalah pangan. Sehingga mereka tidak akan menjual keluar (ekspor). Nah ini tentunya juga menjadi antisipasi kita," kata pria yang biasa disapa Buwas ini kepada CNBC Indonesia, Rabu (17/6).
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto sempat mengatakan negara pengekspor beras seperti Thailand dan Vietnam memasuki musim kering. Vietnam dan India juga sudah melakukan pembatasan ekspor.
"Vietnam dan India melarang ekspor dan harus diproduksi, kalau mengandalkan impor cukup sulit," kata Airlangga beberapa waktu lalu.
Kondisi ini menjadi perhatian serius pemerintah. Ia menegaskan bahwa ancaman krisis pangan di dunia, terutama di Indonesia tidak main-main. Oleh karena itu pemerintah telah menyiapkan beberapa strategi agar krisis pangan tidak terjadi di Indonesia.
Airlangga menjelaskan US Departement of Agriculture (USDA) International Grains Council (IGC) memproyeksikan bahwa produksi padi global pada 2019/2020 menurun 0,4% sampai 0,5%, dibandingkan dengan produksi pada 2018/2019.
Dalam presentasi yang dipaparkan Airlangga, tercatat realisasi padi secara global yang tercatat oleh IGC pada 2019-2020 diproyeksikan sebesar 498 juta ton atau lebih rendah dari realisasi 2018-2019 yang mencapai 500,1 juta ton.
Sementara USDA memproyeksikan produksi padi secara global pada sepanjang 2019-2020 mencapai 493,8 juta ton atau lebih rendah dari realisasi produksi padi secara global pada 2018-2019 yang mencapai 496,5 juta ton.
"USDA dan IGC memproyeksikan produksi padi global 2019-2020 ini menurun 0,4% sampai 0,5% dibandingkan produksi 2018-2019," jelas Airlangga dalam diskusi virtual, Selasa (16/6/2020).
"Indeks harga pangan dunia periode Januari-Mei 2020 cenderung menurun. Penurunan relatif tajam terjadi pada harga minyak nabati dan hasil peternakan," kata Airlangga melanjutkan.
Oleh karena itu, Indonesia dipandang perlu untuk memproduksi sendiri kebutuhan pangannya, terutama produksi beras. "Karena kalau mengandalkan ekspor cukup sulit," jelas Airlangga.
Seusai dengan ketentuan Undang-undang No.18 Tahun 2012 tentang Pangan, maka Indonesia kata Airlangga pencapaian surplus pangan harus diutamakan. Dalam situasi pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang sedang melakukan transisi saat ini, kebutuhan pangan harus terpenuhi.
"Perubahan pola konsumsi masyarakat Indonesia sudah terjadi bonus demografi dan peningkatan jumlah kelas pendapatan menengah akan menyebabkan peningkatan permintaan pangan," jelas Airlangga.
Namun, pemerintah menjamin pemenuhan kebutuhan pangan, khususnya sampai dengan Desember 2020. Namun beberapa komoditas, terutama bawang putih, daging sapi/kerbau, dan gula pasir, Indonesia masih harus melakukan impor.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Diutus Jokowi, Wamenhan Blusukan Cek Food Estate