Malaysia Sampai India Terancam Resesi, RI (Semoga) Aman...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
17 June 2020 12:18
rupiah
Ilustrasi Rupiah (REUTERS/Willy Kurniawan)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) tidak cuma menjadi tragedi kesehatan dan kemanusiaan, tetapi juga bencana ekonomi. Virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini membuat ekonomi dunia hampir pasti mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif).

Dalam laporan terbarunya, Bank Dunia memperkirakan ekonomi dunia akan terkontraksi -5,2% pada 2020. Ini menjadi pencapaian terburuk sejak Perang Dunia II.

Tidak seperti krisis keuangan global 2008-2009 yang lebih dahsyat memukul negara-negara maju, pandemi virus corona menghantam seluruh negara. Sebab demi menekan penyebaran virus, pemerintah memberlakukan kebijakan pembatasan sosial (social distancing) yang menganjurkan masyarakat #dirumahaja. Ini sama dengan membuat roda ekonomi tidak bergerak.

Tahun ini, Bank Dunia memperkirakan ekonomi negara-negara maju terkontraksi -7% dan negara berkembang -6,1%. Pada 2009, hanya negara maju yang mengalami kontraksi sementara negara berkembang masih menikmati pertumbuhan ekonomi positif.

Akibat social distancing, ekonomi negara-negara berkembang ikut lesu seperti di negara maju. Thailand, misalnya, diperkirakan mengalami kontraksi ekonomi -5% tahun ini. Kemudian ekonomi India diramal kontraksi -3,2%, Malaysia -3,1%, dan Filipina -1,9%.

Pertumbuhan negatif itu menandakan negara-negara tersebut mengalami resesi. Definisi resesi adalah kontraksi ekonomi dua kuartal beruntun pada tahun yang sama. Jika pertumbuhan ekonomi keseluruhan tahun negatif, maka kemungkinan adanya resesi sangat tinggi.

Bagaimana dengan Indonesia? Apakah Indonesia juga diperkirakan masuk jurang resesi?

Kemungkinan tidak. Bank Dunia memperkirakan ekonomi Indonesia pada 2020 memang tiada tumbuh alias 0%. Namun itu menandakan Indonesia sepertinya bisa menghindari resesi.

Kemarin, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan bahwa sepertinya ekonomi Indonesia pada kuartal II-2020 terkontraksi (tumbuh negatif) -3,1%. Namun kontraksi diperkirakan hanya terjadi pada satu kuartal, sehingga Indonesia masih bisa terhindar dari resesi.

"Resesi adalah pertumbuhan ekonomi dua kuartal berturut-turut negatif. Kita kuartal I masih (tumbuh) 3%, kuartal II mungkin negatif, dan kuartal III pulih mendekati 0%. Technically nggak resesi," tegas Sri Mulyani.

Institusi lain juga memberi pangan positif terhadap Indonesia. Morgan Stanley menilai ekonomi Indonesia bisa pulih dengan cepat dari 'badai' pandemi virus corona.

Menurut Morgan Stanley, Indonesia sudah bisa mencapai level pertumbuhan ekonomi pra-corona pada kuartal I-2020. Lebih cepat ketimbang negara-negara tetangga seperti Hong Kong, Singapura, Malaysia, dan Thailand.

msMorgan Stanley

Kekuatan utama ekonomi Indonesia terletak di konsumsi domestik, utamanya rumah tangga. Konsumsi rumah tangga menyumbang lebih separuh dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB).

Dengan jumlah populasi yang tidak kurang dari 270 juta jiwa yang didominasi kelas menengah, Indonesia punya modal besar. Sejauh ini, kecenderungan konsumsi masyarakat masih tinggi, di atas 60% dari pendapatan.

Di sisi lain, ketergantungan Indonesia terhadap ekspor tidak terlampau tinggi. Ekspor menyumbang tidak sampai 15% dari pembentukan PDB nasional.

Dalam kondisi normal, ini menjadi masalah karena membuat ekonomi Indonesia tidak bisa tumbuh tinggi. Namun dalam kondisi yang sangat tidak normal seperti sekarang, negara dengan ketergantungan ekspor yang tinggi justru sangat menderita.

Ambil contoh Singapura. Negeri Singa sangat mengandalkan ekspor dalam pembentukan PDB mereka dengan porsi lebih dari 170%. Singapura adalah negara dengan porsi ekspor terhadap PDB terbesar di dunia.

Ketika permintaan dunia anjlok akibat social distancing, ekspor Singapura terpangkas. Pada Mei 2020, ekssor non-migas Singapura terkontraksi -4,5%. Ini menjadi penurunan paling dalam sejak November tahun lalu.

Ketika Singapura menderita karena ekspor lesu, Indonesia masih mampu bertahan. Kali ini, minimnya ketergantungan Indonesia terhadap ekspor justru menjadi berkah.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular