
Apakah RI Berisiko Resesi? Sri Mulyani: Nggak!

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut ekonomi Indonesia pada kuartal II-2020 kemungkinan mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif). Apakah kemudian Indonesia berisiko jatuh ke jurang resesi?
Pada kuartal II-2020, Sri Mulyani mengungkapkan bahwa ekonomi Indonesia kemungkinan terkontraksi -3,1%. Namun selepas itu, ekonomi Tanah Air diperkirakan bisa lepas dari teritori negatif.
"Resesi adalah pertumbuhan ekonomi dua kuartal berturut-turut negatif. Kita kuartal I masih (tumbuh) 3%, kuartal II mungkin negatif, dan kuartal III pulih mendekati 0%. Technically nggak resesi," kata Sri Mulyani, dalam keterangan pers APBN Kita Edisi Juni 2020, Selasa (16/6/2020).
Sri Mulyani menyebut Mei sepertinya menjadi dasar dari pelemahan ekonomi. Memasuki Juni, sudah mulai ada relaksasi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sehingga roda ekonom berputar kembali.
"Mei mungkin menjadi yang paling dalam, Juni mungkin tidak sedalam Mei. Kita harap Mei itu yang terdalam. Kalau tren ini terjaga, maka kita mesh bisa berharap ekonomi Indonesia terjaga di zona positif," tegas Sri Mulyani.
Namun untuk menghindari resesi, menurut Sri Mulyani, perlu perjuangan. Salah satunya dengan mengoptimalkan insentif fiskal sehingga dampaknya bisa dirasakan oleh masyarakat dan dunia usaha.
"Ini perjuangan. Kalau (insentif) sudah ditaruh di APBN tapi belum berjalan, dampaknya ke pemulihan menjadi minimal," tegasnya.
(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Masih Resesi, Ekonomi RI Q1 Diramal Tumbuh -1% Hingga -0,1%
