
Harga Gas RI Lebih Murah dari Segelas Kopi, Sampai Kapan?

Harga gas alam bakal menguat pada 2020-2021 karena produksi minyak mentah di AS yang turun, yang bakal diikuti penurunan produksi gas yang selama beberapa tahun terakhir berlebih dan menekan harga jual.
Energy Information Administration (EIA) melaporkan aktivitas pengeboran gas alam dan minyak telah menyentuh level terendahnya sejak rilis data pengeboran pertama migas oleh Baker Hughes Co. pada 1987.
Data terbaru EIA yang dirilis pada Rabu (20/5/2020) menunjukkan jumlah rig pengeboran yang aktif beroperasi turun 56%, atau 433 unit, sejak Maret 17 menyusul anjloknya permintaan energi utama dunia tersebut.
Kebanyakan penurunan pengeboran itu "terjadi di situs geology yang focus pada minyak, tetapi yang gas alam juga mencatat penurunan signifikan," tulis analis EIA Nicholas Skarzynski, dalam laporannya.
Sebanyak 71%, atau 308 di antara rig yang terhenti itu, berasal dari tiga wilayah utama di AS: cekungan Permian, retakan Eagle Ford Shale dan Bakken Shale. Ketiganya menyumbang penurunan sebesar 57%, 64% dan 69%, sejak pertengahan Maret.
![]() |
Hal ini memicu ekspektasi bahwa harga gas akan membaik. Lembaga pemeringkat global Moody's Investors Service menilai harga gas yang lemah telah menekan kualitas kredit dan peringkat kredit perusahaan, tetapi akan membaik di akhir tahun karena penurunan produksi.
"Penurunan produksi minyak akan dibarengi penurunan produksi gas, sehingga mengatasi persoalan suplai yang berlebih dan membantu menstabilkan kualitas kredit dan kelayakan ekonomi produsen gas," ujar Andrew Brooks, analis Senior Moody's dalam laporan 10 Juni.
Oleh karena itu, EIA memperkirakan rerata harga acuan gas berada di level $3/MMBTU pada 2021. Sementara itu, produksi gas alam kering pada 2019 di kisaran 92,2 MMBTU per hari, naik 10% dari posisi 2018.
Sekitar 36% dari produksi tahun lalu berasal dari cekungan Appalachia's Marcellus dan Utica, dan 18% lain berasal dari cekungan Permia di Texas Barat.
Kenaikan tertinggi di Permian terjadi pada Agustus 2019 sebesar 36% menyentuh 18,3 MMBTU, menurut Texas Railroad Commission (TRC). Angka itu menyumbang separuh lebih kenaikan produksi gas AS secara total, disusul cekungan Appalachia sebesar 30%.
Ke depannya, EIA memperkirakan konsumsi gas alam AS akan turun 7%, tetapi produksi bakal tertekan lebih buruk, sebesar 8%, sering dengan anjloknya produksi minyak mentah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/gus)[Gambas:Video CNBC]