
Ancaman Krisis Pangan Tidak Main-Main, Ini Buktinya

Jakarta, CNBC Indonesia - Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan bahwa ancaman krisis pangan di dunia, terutama di Indonesia tidak main-main. Oleh karena itu pemerintah telah menyiapkan beberapa strategi agar krisis pangan tidak terjadi di Indonesia.
Airlangga menjelaskan US Departement of Agriculture (USDA) International Grains Council (IGC) memproyeksikan bahwa produksi padi global pada 2019/2020 menurun 0,4% sampai 0,5%, dibandingkan dengan produksi pada 2018/2019.
Dalam presentasi yang dipaparkan Airlangga, tercatat realisasi padi secara global yang tercatat oleh IGC pada 2019-2020 diproyeksikan sebesar 498 juta ton atau lebih rendah dari realisasi 2018-2019 yang mencapai 500,1 juta ton.
Sementara USDA memproyeksikan produksi padi secara global pada sepanjang 2019-2020 mencapai 493,8 juta ton atau lebih rendah dari realisasi produksi padi secara global pada 2018-2019 yang mencapai 496,5 juta ton.
"USDA dan IGC memproyeksikan produksi padi global 2019-2020 ini menurun 0,4% sampai 0,5% dibandingkan produksi 2018-2019," jelas Airlangga dalam diskusi virtual, Selasa (16/6/2020).
"Indeks harga pangan dunia periode Januari-Mei 2020 cenderung menurun. Penurunan relatif tajam terjadi pada harga minyak nabati dan hasil peternakan," kata Airlangga melanjutkan.
Sementara negara pengekspor beras seperti Thailand dan Vietnam, diakui Airlangga juga akan memasuki musim kering. Sementara Vietnam dan India juga sudah melakukan pembatasan ekspor.
"Vietnam dan India melarang ekspor dan harus diproduksi, kalau mengandalkan impor cukup sulit," katanya.
Oleh karena itu, Indonesia dipandang perlu untuk memproduksi sendiri kebutuhan pangannya, terutama produksi beras. "Karena kalau mengandalkan ekspor cukup sulit," jelas Airlangga.
Seusai dengan ketentuan Undang-undang No.18 Tahun 2012 tentang Pangan, maka Indonesia kata Airlangga pencapaian surplus pangan harus diutamakan. Dalam situasi pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang sedang melakukan transisi saat ini, kebutuhan pangan harus terpenuhi.
"Perubahan pola konsumsi masyarakat Indonesia sudah terjadi bonus demografi dan peningkatan jumlah kelas pendapatan menengah akan menyebabkan peningkatan permintaan pangan," jelas Airlangga.
Kendati demikian, pemerintah menjamin pemenuhan kebutuhan pangan, khususnya sampai dengan Desember 2020. Namun beberapa komoditas, terutama bawang putih, daging sapi/kerbau, dan gula pasir, Indonesia masih harus melakukan impor.
Berikut rincian perkiraan ketersediaan komoditas pangan Indonesia sampai dengan Desember 2020.
Beras
Diperkirakan bisa memenuhi ketersediaan 26,23 juta ton. Dengan perkiraan produksi mencapai 18,8 juta dan masih ada stok beras di April 2020 sebesar 7,4 juta ton.
Jagung
Pemerintah memperkirakan bisa memenuhi ketersediaan 12,21 juta ton. Dengan perkiraan produksi 11,3 juta ton dan stck pada April 2020 mencapai 950,3 ribu ton.
Bawang Merah
Perkiraan ketersediaan mencapai 702,9 ribu ton. Dengan produksi 624,2 ribu ton dan stok akhir April 2020 mencapai 78.786 ton.
Bawang Putih
Ketersediaan sampai Desember 2020, diperkirakan mencapai 642,79 ribu ton. Pemerintah memperkirakan produksi bisa menyentuh 17.653 ton dan stok April 2020 mencapai 21.227 ton. Dan ada rencana impor bawang putih sebesar 603,91 ribu ton.
Cabai Besar
Ketersediaan sampai Desember 2020, diperkirakan mencapai 762,69 ribu ton.
Cabai Rawit
Ketersediaan sampai Desember 2020 diperkirakan mencapai 755,36 ribu ton.
Daging Sapi/Kerbau
Pemerintah memperkirakan ketersediaan sampai Desember 2020 mencapai 749,5 ribu ton, dengan perkiraan produksi mencapai 301 ribu ton. Adapun stock pada April 2020 mencapai 165,61 ribu ton dan rencana impor daging sapi/kerbau pada 2020 mencapai 282,84 ribu ton.
Daging Ayam Ras
Ketersediaan sampai Desember 2020, diperkirakan mencapai 2,44 juta ton.
Telur Ayam Ras
Ketersediaan sampai Desember 2020, diperkirakan mencapai 8,41 juta ton.
Gula Pasir
Pemerintah memperkirakan ketersediaan sampai Desember 2020 mencapai 3,14 juta ton, dengan perkiraan produksi mencapai 2,3 juta ton. Adapun stok pada April 2020 mencapai 213,9 ribu ton dan rencana impor gula pasir pada 2020 mencapai 612 ribu ton.
Minyak Goreng
Pemerintah memperkirakan ketersediaan sampai Desember 2020 mencapai 10,76 juta ton, dengan perkiraan produksi mencapai 5,5 juta ton. Adapun stok pada April 2020 mencapai 5,24 juta ton.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi: Hati-hati! Potensi Krisis Pangan di Depan Mata