TNI AU Soroti Eskalasi AS Vs China di Laut China Selatan

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
11 June 2020 16:21
FILE PHOTO: Chinese dredging vessels are purportedly seen in the waters around Fiery Cross Reef in the disputed Spratly Islands in the South China Sea in this still image from video taken by a P-8A Poseidon surveillance aircraft provided by the United States Navy May 21, 2015. U.S. Navy/Handout via Reuters/File Photo ATTENTION EDITORS - THIS PICTURE WAS PROVIDED BY A THIRD PARTY. EDITORIAL USE ONLY
Foto: Suasana di Laut China Selatan, beberapa waktu lalu (U.S. Navy/Handout via Reuters)

Jakarta, CNBC Indonesia - Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) buka suara perihal kondisi terkini di Laut China Selatan. Panglima Komando Operasi Angkatan Udara I Marsma TNI Tri Bowo Budi mengonfirmasi telah terjadi peningkatan eskalasi di kawasan tersebut, terutama antara Amerika Serikat (AS) dan China.

Oleh karena itu, Tri Bowo mengaku sudah memberikan instruksi kepada seluruh jajaran lanud, khususnya di wilayah Koopsau I, untuk siaga.

"Buat saya pedomannya untuk masalah safety (keselamatan) dan security (keamanan) jangan menyederhanakan masalah. Kalau suatu saat terjadi beneran, sudah harus lebih siap. Tidak menutup kemungkinan itu semua terjadi walaupun kita semua tidak harapkan karena pastinya akan berdampak luas," kata Tri Bowo di Jakarta, Rabu (10/6/2020).

"Karena itu lanud-lanud yang ada di sekitarnya sudah saya perintahkan untuk terus mengikuti berita-berita yang berkembang di kawasan. Lalu lanud-lanud ini harus juga menyiapkan lanud-lanud yang memiliki alutsista harus sedapat mungkin memaksimalkan potensi yang ada," lanjutnya.

Tri Bowo pun sudah memerintahkan agar latihan demi latihan ditingkatkan, baik terbang siang maupun terbang malam.



"Intinya kalau terjadi peningkatan eskalasi kita sudah siap. Kita tidak menutup kemungkinan kalau terjadi ada pesawat-pesawat yang mungkin melintas. Jadi kita harus bekerja sama dengan Kohanudhas (Komando Pertahanan Udara Nasional Indonesia), satuan-satuan radar untuk menerima atau mendapatkan informasi lebih dini apakah ada eskalasi atau peningkatan penerbangan-penerbangan di kawasan tersebut," katanya.

"Bayangan saya suatu saat ramai penerbangan mungkin mereka ada emergency, walaupun sasarannya bukan ke kita, karena kita lanud-lanudnya terdekat bisa saja mereka landing emergency di tempat-tempat kita. Oleh karena itu, para intel, POM, juga harus menyiapkan proses-proses investigasi apabila pesawat-pesawat asing yang tidak berizin memasuki wilayah kita," lanjut Tri Bowo.

Seperti diketahui, relasi antara AS dan China di Laut China Selatan belakangan kian memanas. Baru-baru ini, Angkatan Udara AS dikabarkan menerbangkan pesawat pembom B-1B dan drone mata-mata Global Hawk di atas kawasan tersebut. 



Menurut laporan Angkatan Udara yang dimuat Fox News Rabu (10/6/2020), ini dilakukan sebagai bagian dari strategi yang lebih luas untuk mempertahankan misi pengawasan dan pencegahan di Laut China Selatan. Pesawat pembom B-1B dan Global Hawk terbang dari Guam untuk mendukung Komando Indo-Pasifik dan secara khusus melakukan misi di Laut Cina Selatan.



"Misi semacam itu kemungkinan disebabkan urgensi baru, mengingat laporan bahwa China telah melakukan latihan dengan dua kapal induk di Laut China Selatan. Ini pun terkait dengan kegelisahan Taiwan akan kemungkinan "invasi" China," tulis media AS itu.

Global Hawk dapat terbang secara otonom dan melakukan penyesuaian terhadap keadaan yang muncul. Sehingga dapat memproses dengan cepat informasi dalam jumlah besar pada satu waktu.

Ini akan memungkinkan AS meningkatkan dan memperluas ruang lingkup misi di wilayah itu. Global Hawk dapat menangkap dan mengidentifikasi momen-momen penting Laut China Selatan, seperti mengetahui dengan cepat jika ada kapal China yang masuk dan melintas di Laut China Selatan.

Sementara itu, pesawat-pesawat tempur China pun dilaporkan terbang di atas langit Taiwan. Jet tempur Su-30 disebut terlihat di Barat Daya pulau tersebut pada Selasa (9/6/2020).



Melalui Kementerian Pertahanan, Taiwan mengecam keras masuknya jet China ke langit wilayah itu. Bahkan, Taipei sudah memberikan pengumuman secara verbal agar jet tempur China menjauh. Taipei bahkan menyebut jet China itu "penerobos".

"Pesawat jet angkatan udara Taiwan telah mengusir para "penerobos"," tulis Reuters mengutip kementerian.



Pesawat jet China terbang bersamaan dengan diumumkannya latihan militer tahunannya Han-Kuang yang akan berlangsung bulan depan. Latihan ini dilakukan tentara Taiwan sebagai simulasi jika perang benar-benar terjadi antar kedua pihak.



Meski demikian, media China Global Times mengatakan, pesawat tempur Su-30 hanya mendekati pulau tersebut. Aksi itu dilakukan karena sebuah pesawat militer AS terbang di atas pulau yang diklaim negeri Panda masih bagian dari provinsinya, terlebih dahulu di hari yang sama.



Masuknya jet AS memang dibenarkan Taiwan. Pada hari yang sama Taiwan memang mengumumkan masuknya versi militer dari Boeing 737, yakni A.U.S C-40A ke wilayah tersebut. C-40 A adalah jet tempur andalan Negara Paman Sam. AS sendiri bersiaga di Pulau Okinawa Jepang, yang jadi basis pangkalan udara di Asia.



China dan Taiwan memang terjebak perselisihan soal unifikasi wilayah. China hingga kini masih menganggap pulau itu adalah bagian dari provinsinya. Namun, pelantikan Presiden Taiwan Tsai Ing-Wen beberapa pekan lalu memanaskan situasi. Tsai yang terpilih untuk kedua kalinya, menolak penyatuan keduanya meski dalam aturan "satu negara, dua sistem".



Washington dan Taipei, mengutip Reuters, tidak punya hubungan diplomatik. Namun AS adalah pendukung terkuat Taiwan. Ini yang membuat banyak pihak khawatir akan tensi AS dan China. Sebelumnya kedua negara juga berselisih soal banyak hal, termasuk perdagangan, asal usul Covid-19, dan Hong Kong.


(miq/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Laut China Selatan Hari ini: AS 'Jiper' Sama Kekuatan China?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular