Internasional

Mohon Maaf Bukan Kabar Baik, Semua Ramal Dunia Resesi

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
11 June 2020 09:25
Organisation for Economic Co-operation and Development OECD
Foto: Reuters

OECD memprediksi ekonomi global akan berkontraksi setidaknya 6% pada tahun ini akibat penutupan ekonomi guna menekan angka wabah Covid-19.

OECD juga memperingatkan bahwa pemulihan ekonomi global akan "melambat dan tidak pasti". Selain itu, dengan adanya ancaman penularan Covid-19 gelombang kedua (second wave) pada tahun ini, output (keluaran) ekonomi dunia bahkan diprediksi menyusut hingga 7,6% pada tahun 2020.

Output ekonomi biasanya didefinisikan sebagai jumlah barang atau jasa yang diproduksi dalam periode waktu tertentu oleh masyarakat, perusahaan, atau pemerintah, baik untuk dikonsumsi langsung atau diolah kembali untuk produksi lebih lanjut.

Dengan adanya kekhawatiran penyusutan output tersebut, ini akan diikuti dengan pertumbuhan PDB global pada 2021 antara 2,8% dan 5,2%.

Menurut OECD, pertumbuhan PDB global bisa mencapai 5,2% pada 2021 jika hanya ada gelombang pertama Covid-19. Namun jika ada gelombang kedua, maka PDB pada tahun depan hanya akan naik 2,8%.

"Pada akhir 2021, hilangnya pendapatan melebihi dari resesi sebelumnya selama 100 tahun terakhir, di luar masa [terjadinya] perang, dengan konsekuensi yang mengerikan dan cukup lama [berdampak] bagi masyarakat, perusahaan, dan pemerintah," kata OECD dalam laporan terbaru berjudul "World Economy on a Tightrope", Rabu (10/6/2020), dikutip dari Reuters.

"Tingkat utang swasta juga sangat tinggi di beberapa negara dan ada risiko adanya kegagalan bisnis dan kebangkrutan yang besar," tulis lembaga yang berpusat di Paris, Prancis ini.

Dalam laporan pada Maret sebelumnya, saat wabah masih melanda China dan belum tersebar secara global, OECD memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi global sebanyak setengah poin persentase menjadi 2,4%, terburuk sejak krisis keuangan 2008.


Selama tidak ada vaksin Covid-19 atau pengobatan terhadap virus corona, OECD menilai para pembuat kebijakan di negara-negara terdampak Covid-19 akan terus berjalan di atas risiko yang tinggi, OECD mengistilahkan berjalan di atas 'tali'.

Lembaga yang beranggotakan sekitar 36 negara ini menilai bahwa sejumlah negara memang berupaya memerangi pandemi dengan mencegah penularan, menguji orang terhadap virus, dan melacak serta mengisolasi mereka yang terinfeksi.

"Tetapi sektor-sektor yang dipengaruhi oleh penutupan perbatasan [lockdown] dan sektor yang berkaitan dengan layanan pribadi seperti pariwisata, perjalanan, hiburan, restoran, dan akomodasi tidak akan berlanjut [tumbuh] seperti sebelumnya," papar laporan tersebut.

Namun laporan OECD memperingatkan kembali, bahwa jika langkah-langkah itu tak mampu mencegah penularan gelombang kedua, maka pemerintah perlu menyesuaikan strateginya pada masa transisi, dan membuka peluang melakukan dukungan restrukturisasi bagi perusahaan-perusahaan terdampak secara cepat.

"Kerja sama global demi mengatasi virus lewat pengobatan dan vaksin serta dimulainya kembali dialog multilateral antar-negara akan menjadi kunci untuk mengurangi keraguan dan membuka momentum pemulihan ekonomi," tulis OECD.

(sef/sef)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular