Internasional

Waduh, Presiden Brasil Dituduh Manipulasi Data COVID-19

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
09 June 2020 12:35
Bolsonaro
Foto: Bolsonaro (Reuters/Nacho)
Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Brasil Jair Bolsonaro dituduh memanipulasi jumlah angka kematian akibat virus corona (Covid-19) di negaranya. Tuduhan ini datang sesaat setelah pemerintahnya berhenti melaporkan jumlah total kematian dan kasus terjangkit, lalu merilis data yang "bertentangan".

Kecurigaan makin menguat setelah Kementerian Kesehatan Brasil melakukan serangkaian langkah yang tidak biasa dalam menyajikan angka Covid-19. Bahkan ketika infeksi melonjak dan negara ini ditetapkan menjadi episentrum penyebaran virus terbaru.



Data dari Kementerian Kesehatan sendiri merupakan sumber yang digunakan untuk menghitung statistik virus secara nasional. Namun pekan lalu, kementerian ini menunda penghitungan angka terjangkit dan kematian harian sekitar dua jam setengah, sebelum pukul 22.00 waktu setempat.

Selanjutnya kementerian mulai berhenti menerbitkan jumlah total kematian dan terjangkit. Pemerintah hanya merilis angka kasus selama 24 jam terakhir dari negara yang memiliki populasi 212 juta orang.

Para kritikus menuduh pemerintah sengaja melakukan itu untuk menghindari liputan bernada negatif yang dilakukan sebuah program televisi lokal. Sebelumnya "Jornal Nacional" yang menjadi tayangan televisi populer di negeri itu, terus memberitakan update Covid-19 di negara itu.

Bolsonaro sendiri tampak mengkonfirmasi ketika ditanyai wartawan. "Itulah akhir cerita untuk 'Jornal Nacional'," kata presiden sayap kanan itu, dikutip dari AFP.

Pada Minggu (7/6/2020), kementerian merilis dua data harian yang berbeda tanpa menjelaskan atau menunjukkan data mana yang benar. Keesokan harinya baru diketahui jika beberapa data yang diberikan oleh pejabat kesehatan negara termasuk duplikat.

Kementerian itu juga mengadopsi metodologi dan situs web baru, di mana para korban akan dihitung pada hari mereka meninggal, daripada pada hari pengujian anumerta mengkonfirmasi diagnosis COVID-19. Mereka juga memindahkan pembaruan harian pada pukul 6:00 sore.

"Ini adalah kudeta statistik," kata surat kabar Folha de Sao Paulo, salah satu yang paling banyak dibaca di Brasil, dalam tajuk rencana.

"Memanipulasi jumlah orang mati dalam pandemi adalah kejahatan," kata kolumnis berpengaruh Miriam Leitao di surat kabar Globo.

Kelompok media top, termasuk Folha dan Globo, mengumumkan mereka bekerja sama untuk merilis angka harian sendiri berdasarkan data yang dikumpulkan langsung dari pejabat kesehatan negara.



Senada dengan artikel kedua media tersebut, Hakim Agung Gilmar Mendes juga menuliskan "Memanipulasi statistik adalah langkah yang digunakan oleh rezim totaliter" di Twitter.

Kementerian kesehatan Brasil saat ini dijalankan oleh seorang menteri sementara, setelah dua menteri pendahulunya digulingkan saat pertengahan pandemi setelah mengalami perselisihan dengan Bolsonaro.

Bolsonaro sendiri merupakan presiden yang terkenal dalam membandingkan penyakit COVID-19 dengan "flu kecil" dan senang mengecam aturan tinggal di rumah untuk menekan angka penularan.

Mantan menteri kesehatan Luiz Henrique Mandetta, yang dipecat oleh Bolsonaro pada April lalu mengatakan penanganan data menunjukkan "pemerintah lebih berbahaya daripada virus."

Banyak juga pejabat kesehatan yang marah dan menuduh pemerintah berusaha membuat korban corona "tidak terlihat."

Kini Brasil berada di posisi kedua, setelah Amerika Serikat atas kasus terjangkit terbanyak secara global. Per Selasa (9/6/2020, Brasil memiliki 710.887 kasus terjangkit, 37.312 kasus kematian, dan 325.602 pasien berhasil sembuh, menurut data Worldometers.


[Gambas:Video CNBC]




(sef/sef) Next Article Cekcok Tangani Corona, Presiden Brasil Pecat Menkes

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular