Dampak Covid-19, BP Dikabarkan Akan Kurangi 10.000 Pekerja

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
08 June 2020 20:39
The logo of BP is seen at a petrol station in Kloten, Switzerland October 3, 2017. REUTERS/Arnd Wiegmann/File Photo/File Photo
Foto: REUTERS/Arnd Wiegmann
Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi corona (Covid-19) berdampak buruk pada perekonomian dunia. Pada tanggal 20 April, harga minyak mentah West Texas Intermediate untuk pengiriman Mei turun ke nilai negatif untuk pertama kalinya dalam sejarah karena keterbatasan ruang penyimpanan.

Perusahaan minyak dan gas multinasional British Petroleum (BP), yang berkantor pusat di London, berencana untuk memotong sekitar 15% dari tenaga kerjanya. Kebijakan ini bakal diambil sebagai tanggapan dari krisis dampak dari Covid-19, sumber-sumber di perusahaan tersebut mengatakan kepada Reuters, sebagaimana dikutip dari sputniknews.com.

Berdasarkan laporan tersebut, Kepala Eksekutif Bernard Looney mengatakan kepada karyawan dalam panggilan online bahwa perusahaan akan memotong 10.000 dari 70.100 pekerjaannya, sebagian besar dari mereka pada akhir tahun ini.

Rencana itu dilaporkan merupakan bagian dari upaya Looney untuk menggeser raksasa minyak dan gas menjadi energi terbarukan. Perusahaan belum mengomentari masalah ini.


Laporan ini muncul setelah pengumuman dari perusahaan pada bulan April pengurangan 25% dalam pengeluaran 2020 karena wabah Covid-19 membawa penurunan permintaan minyak yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Pada 28 April, BP melaporkan kerugian bersih US$ 4,4 miliar pada kuartal pertama tahun ini, setelah permintaan global turun secara dramatis, karena sebuah badan industri yang berbasis di Inggris telah memperingatkan 30.000 PHK di industri minyak dan gas 18 bulan ke depan.


Menanggapi anjloknya harga minyak, negara-negara OPEC+ berupaya menstabilkan pasar minyak global di tengah penurunan permintaan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan penurunan harga berikutnya.

Pada 12 April, negara-negara anggota menandatangani perjanjian yang berkomitmen untuk mengurangi produksi sebesar 9,7 juta barel per hari dari Mei-Juni. Setelah itu, output akan berkurang 7,7 barel dari Juli hingga akhir 2020, dan 5,8 juta barel per hari dari Januari 2021 hingga April 2022.
(dob/dob) Next Article PHK Belum Usai, Gelombang Rekrutmen Mulai Datang

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular