
Curhat Pertamina Soal Kilang RI: Tua & Standar Bensin Rendah
Anisatul Umah, CNBC Indonesia
05 June 2020 14:34

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina (Persero) menyebut kapasitas kilang yang dimiliki Indonesia masih kalah dengan Singapura. Pembangunan kilang di Indonesia cukup lambat, sudah puluhan tahun tidak ada satupun kilang terbangun. Biaya membangun kilang memang tidak murah, sehingga Pertamina harus mencari partner.
Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Ignatius Tallulembang mengatakan hampir semua negara punya strategi menjamin kesediaan energi, sesuatu yang tidak bisa ditawar adalah memprioritaskan pembangunan kilang. Bahkan negara yang tidak punya crude pun memprioritaskan untuk membangun kilang.
"Negara maju pada khususnya tidak ada impor, tujuan bangun kilang tidak ada ketergantungan impor. Bahkan Singapura penduduk 5 juta punya kilang 1,5 juta barel, di situlah mereka punya kepentingan untuk menjual," ungkapnya dalam konferensi pers virtual, Jumat, (05/06/2020).
Ignatius menerangkan pasokan crude domestik cenderung turun, sementara kilang kita didesign untuk menyerap crude domestik, artinya jika produksi crude dalam negeri terus turun maka butuh sumber crude yang lain alias impor.
Sehingga perlu upgrading penyesuaian dan perlu melakukan modifikasi. "Tatangan strategis kedua terkait dengan supply demand, Balikpapan, Balongan, Cilacap, Dumai, dan Plaju. Terpasang kita 1 juta barel, optimasi 850 ribu barel kita hasilkan produk BBM 650 ribu barel per hari. Hampir 50% produk BBM kita harus impor," jelasnya.
Melihat fakta ini, maka kita perlu membangun dan meningkatkan kapasitas kilang kita. Teknologi kilang kita masih menggunakan teknologi lama. Produk BBM yang dihasilkan kilang kita saat ini juga masih standar Euro 2, sementara negara-negara tetangga konsumsi BBM nya sudah menggunakan Euro 4 bahkan Euro 5.
"Brunei Darussalam 2016 sudah aplikasikan standar Euro 4. Malaysia yang awalnya Euro 2 tahun 2018 sudah Euro 4 juga. Singapura 2010 sudah dengan Euro 4, Euro 5, sudah dan mau masuk ke Euro 6," paparnya.
Saat ini Pertamina konsen merubah design kilang dari standar Euro 2 menjadi Euro 5. Ini menjadi konsen pemerintah dalam memenuhi kebutuhan energi nasional. "Proyek ini masih sangat relevan," tegasnya
(gus/gus) Next Article Doain Ya, Pertamina Bakal Bikin RI Setop Impor BBM 2026!
Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Ignatius Tallulembang mengatakan hampir semua negara punya strategi menjamin kesediaan energi, sesuatu yang tidak bisa ditawar adalah memprioritaskan pembangunan kilang. Bahkan negara yang tidak punya crude pun memprioritaskan untuk membangun kilang.
"Negara maju pada khususnya tidak ada impor, tujuan bangun kilang tidak ada ketergantungan impor. Bahkan Singapura penduduk 5 juta punya kilang 1,5 juta barel, di situlah mereka punya kepentingan untuk menjual," ungkapnya dalam konferensi pers virtual, Jumat, (05/06/2020).
Sehingga perlu upgrading penyesuaian dan perlu melakukan modifikasi. "Tatangan strategis kedua terkait dengan supply demand, Balikpapan, Balongan, Cilacap, Dumai, dan Plaju. Terpasang kita 1 juta barel, optimasi 850 ribu barel kita hasilkan produk BBM 650 ribu barel per hari. Hampir 50% produk BBM kita harus impor," jelasnya.
Melihat fakta ini, maka kita perlu membangun dan meningkatkan kapasitas kilang kita. Teknologi kilang kita masih menggunakan teknologi lama. Produk BBM yang dihasilkan kilang kita saat ini juga masih standar Euro 2, sementara negara-negara tetangga konsumsi BBM nya sudah menggunakan Euro 4 bahkan Euro 5.
"Brunei Darussalam 2016 sudah aplikasikan standar Euro 4. Malaysia yang awalnya Euro 2 tahun 2018 sudah Euro 4 juga. Singapura 2010 sudah dengan Euro 4, Euro 5, sudah dan mau masuk ke Euro 6," paparnya.
Saat ini Pertamina konsen merubah design kilang dari standar Euro 2 menjadi Euro 5. Ini menjadi konsen pemerintah dalam memenuhi kebutuhan energi nasional. "Proyek ini masih sangat relevan," tegasnya
(gus/gus) Next Article Doain Ya, Pertamina Bakal Bikin RI Setop Impor BBM 2026!
Most Popular