Gegara Corona, 1 dari 6 Kawula Muda Kehilangan Pekerjaan

News - Tirta Citradi, CNBC Indonesia
05 June 2020 10:37
Pencari kerja memadati gelaran Job For Career Festival 2018 di area Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, Selasa (27/11). Angka pengangguran pada Agustus 2018 tercatat 7 juta orang, menurun 40 ribu orang dibanding Agustus 2017 lalu. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto) Foto: Pencari kerja memadati gelaran Job For Career Festival 2018 di area Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, Selasa (27/11). Angka pengangguran pada Agustus 2018 tercatat 7 juta orang, menurun 40 ribu orang dibanding Agustus 2017 lalu. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Ketika dunia berada dalam kondisi pandemi akibat virus corona, mimpi kawula muda untuk mendapatkan pekerjaan yang layak pun harus terkubur dalam-dalam. Hal ini terjadi di berbagai belahan dunia. 

International Labour Organization (ILO) dalam laporan terbarunya mengatakan lebih dari 1 dari enam orang yang berusia muda (15-24 tahun) telah kehilangan pekerjaannya sejak wabah corona merebak. Bagi mereka yang masih bekerja pun mengalami penurunan jam kerja sebesar 23%.

Pandemi corona tak hanya menyebabkan kenaikan angka pengangguran di kalangan kaum muda saja. Namun lebih dari itu, tragedi kemanusiaan abad ini telah menyebabkan terganggunya proses pembelajaran dan menurunkan kesempatan para kawula muda untuk memperoleh pekerjaan dan berpindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain.

Menurut laporan ILO, ada sebanyak 178 juta pekerja di usia muda (>4 dari 10 pekerja di dunia) bekerja di sektor yang terdampak paling keras akibat pandemi corona. Hampir 77% atau 328 juta orang di usia muda bekerja di sektor informal. 

Kawula muda yang bekerja di sektor informal tidaklah seragam di berbagai negara. Di Eropa dan Asia Tengah misalnya, jumlah pekerja muda yang bekerja di sektor informal mencapai 32,9%. Sementara di Afrika jumlahnya lebih besar mencapai 93,4%. 

Permasalahan di sektor ketenagakerjaan untuk para kaum muda sebenarnya sudah menjadi sorotan bahkan sebelum krisis kesehatan akibat virus corona terjadi. Berdasarkan catatan ILO, sebelum krisis ada 267 juta kaum muda yang menganggur dan tidak sedang sekolah maupun dalam proses pelatihan.

Angka tesebut sudah mencakup 68 juta kaum muda yang menganggur. Artinya, pandemi corona telah memperburuk kondisi ketenagakerjaan global. ILO bahkan menyebut krisis yang terjadi lebih parah dampaknya terhadap kaum muda perempuan.

"Krisis ekonomi COVID-19 menghantam kaum muda - terutama perempuan - lebih keras dan lebih cepat daripada kelompok lain mana pun," kata Direktur Jenderal ILO, Guy Ryder.

"Kaum muda merupakan korban utama dari konsekuensi sosial dan ekonomi dari pandemi ini. Ada risiko bahwa mereka akan terluka sepanjang kehidupan kerja mereka - yang mengarah pada munculnya 'generasi lockdown'," tulis ILO dalam laporannya.

Jika kondisi ini dibiarkan saja maka dampak ekonomi ke depannya akan sangat buruk. Pasalnya krisis yang terjadi saat ini berdampak juga terhadap kesehatan mental kaum muda. ILO mengatakan kaum muda menjadi rentan mengalami kecemasan dan depresi sejak pandemi terjadi.

Kesehatan mental adalah hal yang sangat esensial karena berpengaruh terhadap produktivitas. Ketika generasi muda yang diharapkan menjadi tulang punggung perekonomian mengalami penurunan produktivitas sudah jelas ini bukan kabar yang baik untuk perekonomian. 

Lebih lanjut kehilangan pekerjaan juga membuat pendapatan kaum muda mengalami penurunan. Ujung-ujungnya daya beli mereka menjadi tergerus. Pandemi corona memang menjadi krisis yang mengerikan abad ini. Bukan hanya sektor kesehatan saja yang kena dampaknya tetapi ekonomi secara keseluruhan juga terimbas.

Corona di RI bikin Pendapatan Orang Indonesia Turun
BACA HALAMAN BERIKUTNYA
HALAMAN :
1 2

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading