
Zona Hitam Covid-19, Ada Apa dengan Kota Surabaya?
Muhammad Iqbal, CNBC Indonesia
03 June 2020 11:15

Kota Surabaya, CNBC Indonesia - Angka kasus konfirmasi positif Covid-19 di Jawa Timur sedang menuai sorotan publik. Ini karena penambahan kasus harian Jatim tertinggi, melampaui DKI Jakarta yang merupakan episentrum Covid-19 di RI.
Sebagai contoh pada Rabu (2/6/2020), penambahan kasus Covid-19 di Jatim sebanyak 213 kasus, sedangkan DKI Jakarta 60 kasus. Jatim bahkan pernah bertambah 244 kasus dalam sehari, rekor terbanyak kasus harian di tingkat provinsi.
Berdasarkan data infocovid19.jatimprov.go.id, sekarang ada 5.132 kasus positif Covid-19. Jumlah tersebut 2.748 kasus atau separuh lebih di antaranya ada di Kota Surabaya.
Pada Selasa (1/6/2020) malam, Ibu kota Jatim tersebut sempat ditandai warna hitam di peta penyebaran atau dengan jumlah kasus lebih dari 2.049. Namun Rabu pagi ini, warna indeks kasus di Surabaya menjadi merah tua. Tambahan kasus baru di Surabaya juga kemarin juga tinggi, yakni 115 orang.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengatakan, pasien positif Covid-19 di Surabaya lebih dari 2.000 kasus. Namun, menurut Khofifah, tak serta masuk zona hitam seperti tertera dalam peta.
"Kemudian ada yang tanya, itu (di peta) kok ada yang hitam. Itu bukan hitam tapi merah tua. Seperti Sidoarjo yang angka kasusnya 500 (kasus) sekian merah sekali, kalau angkanya dua ribu sekian (Surabaya) merah tua," ujar Khofifah seperti dikutip CNN Indonesia, Kamis (3/6/2020).
Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 dr. Joni Wahyuhadi secara terang-terangan mengaku khawatir dengan penularan Covid-19 di wilayah Surabaya Raya. Surabaya bahkan disebut berpotensi menjadi Kota Wuhan, China, tempat pertama kali Covid-19 ditemukan dan mewabah.
"65 persen Covid-19 ada di Surabaya Raya. Ini tidak main-main kalau kita tidak hati-hati maka Surabaya bisa jadi Wuhan," kata Joni, di Surabaya, Rabu (27/5/2020) lalu.
Saat itu, Joni sempat mengatakan bahwa pihaknya memang tengah fokus menurunkan rate of transmission (tingkat penularan) Covid-19, terutama di Surabaya yang saat ini masih mencapai angka 1,6. Itu artinya, ketika 10 orang terinfeksi Covid-19 dalam satu minggu bertambah jadi 16 orang.
Namun, setelah satu minggu, Kota Surabaya tetap menjadi wilayah dengan konfirmasi positif Covid-19 terbesar di Jawa Timur, bahkan kasus positif di daerah ini pada Selasa kemarin mencapai angka 115 orang. Saat ini secara nasional angka positif corona berjumlah 27.549 kasus. Sebanyak 7.935 di antaranya sembuh dan 1.663 meninggal.
Langkah Risma
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini sudah membeberkan berbagai upaya memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Di antaranya adalah tracing atau pelacakan dan pemetaan suatu wilayah secara masif.
"Jadi kami punya beberapa klaster yang ada di Surabaya. Kita tracing, siapa dia, ketemu di mana, kemudian siapa saja di situ," kata Risma seperti dilansir CNN Indonesia dari Antara.
Dari hasil tracing itu, lanjut dia, kemudian ditemukan orang dengan resiko (ODR). Dari dasar data tersebut, Pemkot Surabaya mendetailkan siapa saja atau keluarga yang ada di situ.
Ia mencontohkan dalam satu perusahaan setelah dilakukan test ditemukan satu orang positif, maka satu orang itu langsung dilakukan tracing untuk seluruh keluarganya. Dan orang itu dimasukkan sebagai ODR.
Setelah itu, ujar Risma, dokter mendatangi rumahnya dan melakukan pemeriksaan. Jika kondisinya berat, maka dimasukkan ke rumah sakit. Namun, jika kondisinya tidak berat orang tersebut dibawa ke Hotel Asrama Haji untuk isolasi.
Namun demikian, ia mengaku ada beberapa yang tidak mau karena mereka menyatakan tidak positif dan ingin melakukan isolasi mandiri di rumah.
"Nah ketika melakukan isolasi mandiri di rumah itu, kami memberikan makan supaya mereka tidak keluar (rumah). Setiap hari kelurahan mengirim makan tiga kali sehari. Siangnya kita berikan telur dan jamu. Itu mereka isolasi mandiri. Kadang-kadang ada vitamin," ujarnya.
Selain itu, Risma menyatakan saat ini Pemkot Surabaya terus gencar melakukan rapid test (tes cepat) massal dan swab di beberapa lokasi yang dinilai ada pandemi.
(miq/miq) Next Article Lebih Parah, Surabaya Masuk Zona Hitam Penyebaran Covid-19
Sebagai contoh pada Rabu (2/6/2020), penambahan kasus Covid-19 di Jatim sebanyak 213 kasus, sedangkan DKI Jakarta 60 kasus. Jatim bahkan pernah bertambah 244 kasus dalam sehari, rekor terbanyak kasus harian di tingkat provinsi.
Berdasarkan data infocovid19.jatimprov.go.id, sekarang ada 5.132 kasus positif Covid-19. Jumlah tersebut 2.748 kasus atau separuh lebih di antaranya ada di Kota Surabaya.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengatakan, pasien positif Covid-19 di Surabaya lebih dari 2.000 kasus. Namun, menurut Khofifah, tak serta masuk zona hitam seperti tertera dalam peta.
"Kemudian ada yang tanya, itu (di peta) kok ada yang hitam. Itu bukan hitam tapi merah tua. Seperti Sidoarjo yang angka kasusnya 500 (kasus) sekian merah sekali, kalau angkanya dua ribu sekian (Surabaya) merah tua," ujar Khofifah seperti dikutip CNN Indonesia, Kamis (3/6/2020).
Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 dr. Joni Wahyuhadi secara terang-terangan mengaku khawatir dengan penularan Covid-19 di wilayah Surabaya Raya. Surabaya bahkan disebut berpotensi menjadi Kota Wuhan, China, tempat pertama kali Covid-19 ditemukan dan mewabah.
"65 persen Covid-19 ada di Surabaya Raya. Ini tidak main-main kalau kita tidak hati-hati maka Surabaya bisa jadi Wuhan," kata Joni, di Surabaya, Rabu (27/5/2020) lalu.
Saat itu, Joni sempat mengatakan bahwa pihaknya memang tengah fokus menurunkan rate of transmission (tingkat penularan) Covid-19, terutama di Surabaya yang saat ini masih mencapai angka 1,6. Itu artinya, ketika 10 orang terinfeksi Covid-19 dalam satu minggu bertambah jadi 16 orang.
Namun, setelah satu minggu, Kota Surabaya tetap menjadi wilayah dengan konfirmasi positif Covid-19 terbesar di Jawa Timur, bahkan kasus positif di daerah ini pada Selasa kemarin mencapai angka 115 orang. Saat ini secara nasional angka positif corona berjumlah 27.549 kasus. Sebanyak 7.935 di antaranya sembuh dan 1.663 meninggal.
Langkah Risma
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini sudah membeberkan berbagai upaya memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Di antaranya adalah tracing atau pelacakan dan pemetaan suatu wilayah secara masif.
"Jadi kami punya beberapa klaster yang ada di Surabaya. Kita tracing, siapa dia, ketemu di mana, kemudian siapa saja di situ," kata Risma seperti dilansir CNN Indonesia dari Antara.
Dari hasil tracing itu, lanjut dia, kemudian ditemukan orang dengan resiko (ODR). Dari dasar data tersebut, Pemkot Surabaya mendetailkan siapa saja atau keluarga yang ada di situ.
Ia mencontohkan dalam satu perusahaan setelah dilakukan test ditemukan satu orang positif, maka satu orang itu langsung dilakukan tracing untuk seluruh keluarganya. Dan orang itu dimasukkan sebagai ODR.
Setelah itu, ujar Risma, dokter mendatangi rumahnya dan melakukan pemeriksaan. Jika kondisinya berat, maka dimasukkan ke rumah sakit. Namun, jika kondisinya tidak berat orang tersebut dibawa ke Hotel Asrama Haji untuk isolasi.
Namun demikian, ia mengaku ada beberapa yang tidak mau karena mereka menyatakan tidak positif dan ingin melakukan isolasi mandiri di rumah.
"Nah ketika melakukan isolasi mandiri di rumah itu, kami memberikan makan supaya mereka tidak keluar (rumah). Setiap hari kelurahan mengirim makan tiga kali sehari. Siangnya kita berikan telur dan jamu. Itu mereka isolasi mandiri. Kadang-kadang ada vitamin," ujarnya.
Selain itu, Risma menyatakan saat ini Pemkot Surabaya terus gencar melakukan rapid test (tes cepat) massal dan swab di beberapa lokasi yang dinilai ada pandemi.
(miq/miq) Next Article Lebih Parah, Surabaya Masuk Zona Hitam Penyebaran Covid-19
Most Popular