Efek Covid-19

Bisnis Jalan Tol Babak Belur, Kapan Segera Pulih?

Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
29 May 2020 08:20
Pembangunan jalan tol Sigli-Banda Aceh (Sibanceh) di Aceh Besar (CNBC Indonesia/Chandra Gian Asmara)
Foto: Pembangunan jalan tol Sigli-Banda Aceh (Sibanceh) di Aceh Besar (CNBC Indonesia/Chandra Gian Asmara)
Jakarta, CNBC Indonesia - Bisnis jalan tol termasuk salah satu sektor yang terkena dampak pandemi Covid-19. Pergerakan orang dan kendaraan yang turun akibat pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dari beberapa pemerintah daerah (pemda) membuat bisnis tol cukup terpukul.

Sekjen Asosiasi Jalan Tol Indonesia (ATI) Krist Ade Sudiyono mengatakan iklim investasi tol dalam situasi saat ini ikut jadi perhatian banyak pihak.

"Para pemangku kepentingan bersama asosiasi jalan tol senantiasa memitigasi iklim dengan situasi pandemi Covid-19," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Kamis (28/5/20).

Selama ini, menurutnya model pengadaan infrastruktur di Indonesia didominasi oleh penugasan kepada perusahaan BUMN. Belakangan, pemerintah mulai menggalang keterlibatan swasta.

"Pemerintah berharap partisipasi badan usaha privat. Itulah model bisnis yang saat ini ada KPBU, dalam kondisi ini diuji apa suitable untuk situasi Covid-19," katanya.

Menurut dia, meski saat ini sedang diuji, bisnis tol tetap punya masa depan. Menurutnya, goncangan yang terjadi tak akan bertahan lama, namun ke depan akan segera bangkit.

"Kalau saya sendiri melihat situasi seperti ini, industri jalan tol adalah business resilience. Memang ada goncangan, tapi jangka panjang tren potensi terus membaik. Kalau pandemi berakhir traffic akan bounce back. Dari kacamata itu industri ini menarik," katanya.

Ia menegaskan bahwa proses konstruksi tol-tol yang masih berlangsung harus tetap berlanjut. Sejauh ini, dia bilang juga belum ada keputusan pemerintah untuk menghentikan proyek.

"Tidak ada sebuah keputusan yang mengatakan konstruksi berhenti. Kita dengan Kementerian PUPR koordinasi bahwa konstruksi di lapangan berjalan dengan protokol ketat," katanya.

Keberlanjutan konstruksi ini menurutnya mengusung dua misi utama. Pertama yakni penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat. "Kedua misi besar infrastruktur harus ready pasca Covid-19 supaya bangsa ini bisa terus berlari," katanya.

Secara terpisah, Direktur Utama PT Waskita Toll Road Herwidiakto mengeluhkan betapa lesunya bisnis tol di masa pandemi Covid-19. Dia menyebut, penurunan traffic lalu lintas jalan tol terjadi di semua tol milik Waskita Toll Road.

"Kalau istilahnya mas Didi Kempot itu ambyar, di mana saat pandemi Covid-19 viral, ada anjuran di rumah saja, kemudian ada penyekatan-penyekatan untuk orang-orang yang mau ke luar kota," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Kamis (28/5/20).

Dikatakan, penurunan rata-rata di awal masa pandemi Covid-19 berkisar 60%. Ketika sejumlah daerah menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang diikuti dengan banyaknya penyekatan, penurunan traffic terjun lagi hingga 60%.

"Menuju Lebaran, karena banyak penyetopan terutama di ujung, Jakarta-Cikampek, akan berdampak di ruas kita seperti, Pejagan-Pemalang, Pemalang-Batang itu tren tambah menurun di saat lebaran, sampai ke 80%," keluhnya.

"Jadi memang sangat menyedihkan dari sisi bisnis jalan tol yang sangat mengharapkan dari sisi revenue traffic," lanjutnya.



[Gambas:Video CNBC]




Dia mengatakan, memasuki masa arus balik Lebaran, penurunan dibandingkan masa normal tersebut belum berubah. Hingga saat ini, tren penurunan dibanding hari normal mencapai 70-80%.

"Mungkin sampai H+7 tren tidak berubah banyak karena penyekatan, kalau kita lihat di berita-berita kan tetap masif, sehingga banyak kendaraan adalah logistik," kata Direktur Utama Waskita Toll Road Herwidiakto.

Dikatakan, penurunan terparah terjadi di tol-tol yang ada di Jabodetabek. Menurutnya, traffic tol milik Waskita Toll Road di Jabodetabek sudah anjlok sejak beberapa bulan sebelum lebaran.

"Lebih parah di posisi tol kita yang ada di Jabodetabek, yaitu Becakayu maupun Bocimi, kalau tadi PSBB turun 60-65%, khusus Jabodetabek turun 80% saat PSBB. Banyak penduduk kota yang memang sudah sadar, takut keluar, di rumah. Dampaknya cukup besar di ruas kami di Jabodetabek," urainya.

Kendati begitu, strategi perseroan jalan terus dengan melanjutkan rencana penjualan sejumlah ruas tol milik perseroan. Setidaknya 3 ruas tol bakal dilepas pada tahun ini, yakni Kanci-Pejagan, Pejagan-Pemalang, dan Pasuruan-Probolinggo.

Herwidiakto menjelaskan bahwa saat ini proses negosiasi sedang berlangsung untuk divestasi 3 ruas tersebut. Ia mengaku butuh dana cepat untuk melanjutkan sejumlah ruas lain yang masih dalam tahap konstruksi.

"Kan kita sudah harus menggeber konstruksi sehingga dana sudah sangat perlu untuk tahun ini. Jadi kami merencanakan tahun ini, sudah berproses," ujarnya.

Selain 3 ruas tol yang bakal divestasi penuh, pihaknya juga akan merilis dana investasi infrastruktur (Dinfra) untuk menggalang dana. Tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (Becakayu) dan Bogor-Ciawi-Sukabumi (Bocimi) bakal jadi jaminan penerbitan Dinfra itu.

"Dinfra 70% Becakayu dan Bocimi. Sudah kita targetkan tahun ini," beber Herwidiakto.

Dia berharap, adanya pandemi Covid-19 tidak terlalu berdampak pada perubahan valuasi ruas-ruas tol tersebut. Secara rinci, dia mengaku masih melakukan kajian.

"Nilainya pasti berdasarkan valuasi yang sedang kita kaji. Memang agak menyingkirkan pandemi ini, pasti tidak mewakili. Tapi kita melihat bagaimana 3 tahun ke depan. Dinfra itu kan biasanya 5 tahun, nanti pasti normal. Valuasinya pasti dekat normal. Jangan sampai bargain ini terpengaruh," tandasnya.

Sejak melakukan divestasi 2 ruas tol beberapa waktu lalu, saat ini Waskita Toll Road memiliki tol sepanjang 820 Km. Dari jumlah tersebut, ada yang sudah beroperasi penuh, namun ada pula yang masih beroperasi sebagian dan tahap konstruksi.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular