
Bos BI Ungkap 3 Faktor Sebabkan CAD di Bawah 1,5% PDB
Lidya Julita S, CNBC Indonesia
28 May 2020 16:09

Jakarta, CNBC Indonesia - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo membeberkan faktor pendorong defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) di kuartal I-2020 bisa di bawah 1,5% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Perry menjelaskan, setidaknya ada tiga faktor utama yang membuat CAD bisa mencapai Rp US$ 3,9 miliar atau 1,42% dari PDB pada kuartal I ini.
"Dan dari perkiraan kami tahun ini CAD akan tetap terkendali di bawah 2% dari PDB," ujar Perry melalui teleconference, Kamis (28/5/2020).
Faktor pertama pendorong CAD rendah adalah, neraca perdagangan barang yang lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya. Dimana, ekspor yang meningkat tipis dan impor yang turun di kuartal I tahun ini.
Ekspor di kuartal I tahun ini menjadi US$ 41,7 miliar dibandingkan tahun lalu US$ 41,2 miliar. Sedangkan impor turun menjadi US$ 37,3 miliar dibandingkan tahun lalu US$ 39,9 miliar.
"Jadi neraca perdagangan jasa membaik, ekspor sedikit peningkatan, tapi terutama penurunan impor," jelas Perry.
Faktor kedua adalah rendahnya perkiraan realisasi dari defisit neraca jasa. Dimana pada masa pandemi Covid-19 ini menurunkan pemasukan devisa ke dalam negeri terutama dari sektor pariwisata.
"Ini juga diimbangi dengan penurunan pariwisata atau turis keluar baik dari perjalan luar negeri maupun kegiatan ibadah umroh atau yang lain," kata dia.
Faktor ketiga adalah rendahnya pendapatan primer sehingga pembayaran bunga terutama dari Surat Berharga Negara (SBN) juga menurun. Hal ini karena pada kuartal I tersebut banyak investor asing melepas kepemilikan SBN nya.
"Dengan covid-19 ini, maka terjadi kepanikan pasar global sehingga terjadi capital outflow, sehingga itu mengurangi kebutuhan kita bayar bunga dan dividen ke investor asing," tutupnya.
(dru) Next Article Besok RI Pilih Presiden Baru, BI Sebut Keyakinan Konsumen Meningkat
Perry menjelaskan, setidaknya ada tiga faktor utama yang membuat CAD bisa mencapai Rp US$ 3,9 miliar atau 1,42% dari PDB pada kuartal I ini.
"Dan dari perkiraan kami tahun ini CAD akan tetap terkendali di bawah 2% dari PDB," ujar Perry melalui teleconference, Kamis (28/5/2020).
Ekspor di kuartal I tahun ini menjadi US$ 41,7 miliar dibandingkan tahun lalu US$ 41,2 miliar. Sedangkan impor turun menjadi US$ 37,3 miliar dibandingkan tahun lalu US$ 39,9 miliar.
"Jadi neraca perdagangan jasa membaik, ekspor sedikit peningkatan, tapi terutama penurunan impor," jelas Perry.
Faktor kedua adalah rendahnya perkiraan realisasi dari defisit neraca jasa. Dimana pada masa pandemi Covid-19 ini menurunkan pemasukan devisa ke dalam negeri terutama dari sektor pariwisata.
"Ini juga diimbangi dengan penurunan pariwisata atau turis keluar baik dari perjalan luar negeri maupun kegiatan ibadah umroh atau yang lain," kata dia.
Faktor ketiga adalah rendahnya pendapatan primer sehingga pembayaran bunga terutama dari Surat Berharga Negara (SBN) juga menurun. Hal ini karena pada kuartal I tersebut banyak investor asing melepas kepemilikan SBN nya.
"Dengan covid-19 ini, maka terjadi kepanikan pasar global sehingga terjadi capital outflow, sehingga itu mengurangi kebutuhan kita bayar bunga dan dividen ke investor asing," tutupnya.
(dru) Next Article Besok RI Pilih Presiden Baru, BI Sebut Keyakinan Konsumen Meningkat
Most Popular