
Vaksin Corona Dikebut, Bisakah jadi Penangkal Maut?
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
26 May 2020 14:14

Walau progresnya cepat, pengembangan vaksin corona menemui berbagai tantangan mulai dari yang sifatnya teknis hingga ekonomis. Itu artinya mengembangkan vaksin corona bukanlah hal yang mudah. Berikut adalah tujuh tantangan yang dihadapi dalam pengembangan vaksin:
Pertama, desain vaksin berbasis DNA maupun RNA masih menuai pro-kontra. Walau banyak yang sepakat menggunakan struktur protein Spike virus sebagai kandidat untuk mendesain vaksin, para ilmuwan masih memperdebatkan apakah desain vaksin harus menggunakan sekuens gen utuh atau bisa parsial saja. Pasalnya desain vaksin memainkan peranan penting dalam efektivitas vaksin.
Kedua, tahap uji preklinis maupun klinis yang panjang dan lama. Proses uji klinis dilakukan dalam beberapa tahap dan menggunakan pendekatan ilmiah serta seringkali melibatkan hewan model agar uji yang dilakukan benar-benar dapat memastikan kandidat vaksin teruji ampuh.
Mengutip kajian Lurie, dkk yang dipublikasikan dalam The New England Journal of Medicine, melakukan uji klinis selama pandemi menimbulkan berbagai tantangan baru. Sulit untuk memprediksi di mana dan kapan wabah akan terjadi dan untuk mempersiapkan lokasi percobaan juga membutuhkan kesiapan vaksin untuk pengujian.
Selain itu, jika beberapa vaksin siap untuk diuji pada paruh kedua tahun 2020, penting untuk tidak memadati suatu lokasi uji coba atau membebani negara dan otoritas etik dan peraturan mereka dengan berbagai uji coba, seperti yang terjadi dengan terapi Ebola selama wabah 2013-2016.
Selain itu, dalam situasi dengan tingkat mortalitas yang tinggi, keberterimaan uji coba dengan metode acak, terkontrol dan kelompok plasebo mungkin akan rendah. Meskipun ada pendekatan lain yang dapat mengatasi masalah tersebut mungkin secara ilmiah layak, tetapi metode pengganti tersebut biasanya tidak cepat dan hasilnya bisa lebih sulit untuk ditafsirkan.
Ketiga, walau virus penyebab Covid-19 masih satu jenis dengan penyebab epidemi SARS & MERS, tingkat imunitas populasi dan seberapa lama populasi kebal terhadap infeksi virus masih belum diketahui. Sehingga akan sangat sulit menentukan apakah dosis tunggal vaksinasi sudah cukup untuk membuat orang kebal terhadap virus.
Keempat, Pengembangan vaksin adalah proses yang panjang dan mahal. Pengembangan vaksin biasanya melibatkan banyak kandidat dan butuh bertahun-tahun untuk menghasilkan vaksin berlisensi.
Mengingat biaya dan tingkat kegagalan yang tinggi, pengembang biasanya mengikuti tahapan pengembangan yang linear, dengan beberapa jeda untuk analisis data atau pemeriksaan proses manufaktur.
Mengembangkan vaksin dengan cepat membutuhkan paradigma baru. Banyak tahap yang dilakukan secara paralel sebelum memastikan hasil yang sukses dari langkah lain, sehingga mengakibatkan peningkatan risiko keuangan.
Kelima, Masih jauh dari pasti bahwa platform pengembangan vaksin yang baru akan dapat diproduksi skala besar atau dengan kapasitas produksi vaksin yang cukup cepat. Karenanya sangat penting bahwa vaksin juga dikembangkan dengan menggunakan metode yang sudah terbukti sahih, bahkan jika metode tersebut mungkin membutuhkan waktu lebih lama untuk memasuki uji klinis atau untuk menghasilkan sejumlah besar dosis.
Keenam, lagipula kalaupun sudah ditemukan dan disetujui pertanyaan selanjutnya adalah apakah suplai vaksin dapat memenuhi kebutuhan global. Rasanya ini akan sangat sulit. Untuk melakukan vaksinasi terhadap tenaga medis satu kali saja setidaknya butuh miliaran dosis.
Sehingga kapasitas produksi vaksin di berbagai produsen sangat menentukan kecukupan suplai vaksin. Kalau pun tidak cukup maka vaksin akan lebih diprioritaskan untuk negara yang menemukan dan harganya pun mahal. Akhirnya akses setiap negara terhadap vaksin pun jadi tak merata.
Ketujuh, tantangan lain yang juga paling penting adalah menciptakan vaksin yang efektif. Namun efektivitas vaksin juga sangat tergantung dari karakteristik patogen itu sendiri. Apakah patogennya mudah lolos atau tidak. Jika laju mutasi virus tinggi dan patogen berevolusi dengan cepat maka efektivitas suatu vaksin cenderung rendah.
Virus corona merupakan virus yang tergolong ke dalam RNA virus karena memiliki materi genetik berupa RNA. Menurut berbagai publikasi yang dimuat di Journal Plos One dan kajian yang dilakukan oleh John Hopkins University virus RNA memiliki laju mutasi yang tinggi dan berevolusi dengan cepat. Hal ini membuat pengembangan vaksin yang efektif jadi pekerjaan yang sangat menantang.
Dengan adanya kemajuan teknologi memang membuat pengembangan vaksin terjadi dengan pesat. Sampai saat ini belum ada vaksin corona yang efektif dan pengembangan vaksin masih terus dilakukan.
Namun tantangan besar untuk mewujudkan vaksinasi global menanti di depan mata untuk dihadapi dan dicari solusinya. Artinya walau pengembangan sang penangkal maut terus digeber, kita harus tetap sabar untuk benar-benar mendapatkannya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
Pertama, desain vaksin berbasis DNA maupun RNA masih menuai pro-kontra. Walau banyak yang sepakat menggunakan struktur protein Spike virus sebagai kandidat untuk mendesain vaksin, para ilmuwan masih memperdebatkan apakah desain vaksin harus menggunakan sekuens gen utuh atau bisa parsial saja. Pasalnya desain vaksin memainkan peranan penting dalam efektivitas vaksin.
Kedua, tahap uji preklinis maupun klinis yang panjang dan lama. Proses uji klinis dilakukan dalam beberapa tahap dan menggunakan pendekatan ilmiah serta seringkali melibatkan hewan model agar uji yang dilakukan benar-benar dapat memastikan kandidat vaksin teruji ampuh.
Selain itu, jika beberapa vaksin siap untuk diuji pada paruh kedua tahun 2020, penting untuk tidak memadati suatu lokasi uji coba atau membebani negara dan otoritas etik dan peraturan mereka dengan berbagai uji coba, seperti yang terjadi dengan terapi Ebola selama wabah 2013-2016.
Selain itu, dalam situasi dengan tingkat mortalitas yang tinggi, keberterimaan uji coba dengan metode acak, terkontrol dan kelompok plasebo mungkin akan rendah. Meskipun ada pendekatan lain yang dapat mengatasi masalah tersebut mungkin secara ilmiah layak, tetapi metode pengganti tersebut biasanya tidak cepat dan hasilnya bisa lebih sulit untuk ditafsirkan.
Ketiga, walau virus penyebab Covid-19 masih satu jenis dengan penyebab epidemi SARS & MERS, tingkat imunitas populasi dan seberapa lama populasi kebal terhadap infeksi virus masih belum diketahui. Sehingga akan sangat sulit menentukan apakah dosis tunggal vaksinasi sudah cukup untuk membuat orang kebal terhadap virus.
Keempat, Pengembangan vaksin adalah proses yang panjang dan mahal. Pengembangan vaksin biasanya melibatkan banyak kandidat dan butuh bertahun-tahun untuk menghasilkan vaksin berlisensi.
Mengingat biaya dan tingkat kegagalan yang tinggi, pengembang biasanya mengikuti tahapan pengembangan yang linear, dengan beberapa jeda untuk analisis data atau pemeriksaan proses manufaktur.
Mengembangkan vaksin dengan cepat membutuhkan paradigma baru. Banyak tahap yang dilakukan secara paralel sebelum memastikan hasil yang sukses dari langkah lain, sehingga mengakibatkan peningkatan risiko keuangan.
Kelima, Masih jauh dari pasti bahwa platform pengembangan vaksin yang baru akan dapat diproduksi skala besar atau dengan kapasitas produksi vaksin yang cukup cepat. Karenanya sangat penting bahwa vaksin juga dikembangkan dengan menggunakan metode yang sudah terbukti sahih, bahkan jika metode tersebut mungkin membutuhkan waktu lebih lama untuk memasuki uji klinis atau untuk menghasilkan sejumlah besar dosis.
Keenam, lagipula kalaupun sudah ditemukan dan disetujui pertanyaan selanjutnya adalah apakah suplai vaksin dapat memenuhi kebutuhan global. Rasanya ini akan sangat sulit. Untuk melakukan vaksinasi terhadap tenaga medis satu kali saja setidaknya butuh miliaran dosis.
Sehingga kapasitas produksi vaksin di berbagai produsen sangat menentukan kecukupan suplai vaksin. Kalau pun tidak cukup maka vaksin akan lebih diprioritaskan untuk negara yang menemukan dan harganya pun mahal. Akhirnya akses setiap negara terhadap vaksin pun jadi tak merata.
Ketujuh, tantangan lain yang juga paling penting adalah menciptakan vaksin yang efektif. Namun efektivitas vaksin juga sangat tergantung dari karakteristik patogen itu sendiri. Apakah patogennya mudah lolos atau tidak. Jika laju mutasi virus tinggi dan patogen berevolusi dengan cepat maka efektivitas suatu vaksin cenderung rendah.
Virus corona merupakan virus yang tergolong ke dalam RNA virus karena memiliki materi genetik berupa RNA. Menurut berbagai publikasi yang dimuat di Journal Plos One dan kajian yang dilakukan oleh John Hopkins University virus RNA memiliki laju mutasi yang tinggi dan berevolusi dengan cepat. Hal ini membuat pengembangan vaksin yang efektif jadi pekerjaan yang sangat menantang.
Dengan adanya kemajuan teknologi memang membuat pengembangan vaksin terjadi dengan pesat. Sampai saat ini belum ada vaksin corona yang efektif dan pengembangan vaksin masih terus dilakukan.
Namun tantangan besar untuk mewujudkan vaksinasi global menanti di depan mata untuk dihadapi dan dicari solusinya. Artinya walau pengembangan sang penangkal maut terus digeber, kita harus tetap sabar untuk benar-benar mendapatkannya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
Pages
Most Popular