
Kim Jong Un Gelar Pertemuan Bahas Senjata Nuklir, Ada apa?
dob, CNBC Indonesia
24 May 2020 06:37

Jakarta, CNBC Indonesia- Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menggelar pertemuan militer untuk membahas kebijakan baru untuk meningkatkan kemampuan nuklir negara tersebut.
Hal tersebut diungkapkan oleh KCNA, media milik pemerintah Korut, seperti dikutip dari Reuters, Minggu (24/5/2020).
"Yang ditetapkan dalam pertemuan itu adalah kebijakan baru untuk lebih meningkatkan pencegahan perang nuklir negara itu dan menempatkan pasukan bersenjata strategis pada operasi siaga tinggi," kata KCNA.
Laporan terbaru International Campaign to Abolish Nuclear Weapons pada Rabu (13/5/2020), Korea Utara diperkirakan telah menghabiskan US$ 620 juta (Rp 9,2 miliar) hanya untuk program senjata nuklir pada tahun 2019.
Jumlah tersebut sekitar 6% dari anggaran pertahanan negara, yang menyumbang sekitar satu sepertiga dari pendapatan bruto nasional.
Pada 2009, Korut diperkirakan menghabiskan US$ 8,77 miliar, sekitar 35 persen dari pendapatan bruto nasional pada saat itu. Pada 2011, sekitar 6 persen dari pengeluaran militernya kembali digunakan untuk program senjata nuklir.
Laporan ICAN memproyeksikan bahwa US$ 10,2 miliar, sekitar 35% GNI yang dilaporkan negara itu sebesar US$ 29,2 miliar pada tahun 2018, akan menjadi anggaran pertahanannya. Sekita 6% dari itu atau sekitar US$ 620 juta, akan menjadi pengeluaran senjata nuklir Pyongyang pada tahun 2019.
Artinya Korut menghabiskan US$ 1.180 setiap menit untuk senjata nuklir tahun lalu. Lebih lanjut, menurut laporan tersebut, negara komunis itu setidaknya memiliki 35 senjata nuklir.
Tidak hanya Korut, Amerika Serikat, China, Inggris, dan Rusia juga menjadi negara yang paling banyak menghabiskan dana untuk program nuklir mereka. AS bahkan mengucurkan US$ 35 miliar.
Sedangkan sisa negara lainnya hanya mengeluarkan US$ 8 miliar masing-masing. Selain itu, negara Prancis, India, Pakistan, dan Israel masing-masing menghabiskan kurang dari US$ 5 miliar untuk program senjata nuklir mereka.
Namun menurut analis di Yayasan Demokrasi Pertahanan, Mathew Ha kepada Radio Free Asia, yang dikutip The Korea Herald, mengatakan bahwa sulit untuk memastikan berapa banyak dana yang dihabiskan Korut untuk meningkatkan kemampuan nuklirnya. Mengingat betapa sedikitnya informasi yang tersedia dari negara tersebut.
Tetapi analis senior spesialisasi Korut itu menambahkan bahwa dana pengeluaran untuk nuklir Pyongyang dalam menghadapi sanksi AS memperkuat argumen yang mendukung lebih kuat sanksi internasional terhadap negara komunis itu. "Pyongyang secara ilegal membiayai kegiatan nuklir," katanya.
(dob/dob) Next Article Duh! Tipu Bank Demi Korut, Perusahaan Asal RI Kena Sanksi AS
Hal tersebut diungkapkan oleh KCNA, media milik pemerintah Korut, seperti dikutip dari Reuters, Minggu (24/5/2020).
"Yang ditetapkan dalam pertemuan itu adalah kebijakan baru untuk lebih meningkatkan pencegahan perang nuklir negara itu dan menempatkan pasukan bersenjata strategis pada operasi siaga tinggi," kata KCNA.
Jumlah tersebut sekitar 6% dari anggaran pertahanan negara, yang menyumbang sekitar satu sepertiga dari pendapatan bruto nasional.
Pada 2009, Korut diperkirakan menghabiskan US$ 8,77 miliar, sekitar 35 persen dari pendapatan bruto nasional pada saat itu. Pada 2011, sekitar 6 persen dari pengeluaran militernya kembali digunakan untuk program senjata nuklir.
Laporan ICAN memproyeksikan bahwa US$ 10,2 miliar, sekitar 35% GNI yang dilaporkan negara itu sebesar US$ 29,2 miliar pada tahun 2018, akan menjadi anggaran pertahanannya. Sekita 6% dari itu atau sekitar US$ 620 juta, akan menjadi pengeluaran senjata nuklir Pyongyang pada tahun 2019.
Artinya Korut menghabiskan US$ 1.180 setiap menit untuk senjata nuklir tahun lalu. Lebih lanjut, menurut laporan tersebut, negara komunis itu setidaknya memiliki 35 senjata nuklir.
Tidak hanya Korut, Amerika Serikat, China, Inggris, dan Rusia juga menjadi negara yang paling banyak menghabiskan dana untuk program nuklir mereka. AS bahkan mengucurkan US$ 35 miliar.
Sedangkan sisa negara lainnya hanya mengeluarkan US$ 8 miliar masing-masing. Selain itu, negara Prancis, India, Pakistan, dan Israel masing-masing menghabiskan kurang dari US$ 5 miliar untuk program senjata nuklir mereka.
Namun menurut analis di Yayasan Demokrasi Pertahanan, Mathew Ha kepada Radio Free Asia, yang dikutip The Korea Herald, mengatakan bahwa sulit untuk memastikan berapa banyak dana yang dihabiskan Korut untuk meningkatkan kemampuan nuklirnya. Mengingat betapa sedikitnya informasi yang tersedia dari negara tersebut.
Tetapi analis senior spesialisasi Korut itu menambahkan bahwa dana pengeluaran untuk nuklir Pyongyang dalam menghadapi sanksi AS memperkuat argumen yang mendukung lebih kuat sanksi internasional terhadap negara komunis itu. "Pyongyang secara ilegal membiayai kegiatan nuklir," katanya.
(dob/dob) Next Article Duh! Tipu Bank Demi Korut, Perusahaan Asal RI Kena Sanksi AS
Most Popular