Uji Coba Vaksin Covid-19, Trump Libatkan 100 Ribu Orang

Daniel Wiguna, CNBC Indonesia
24 May 2020 06:15
Pemeriksaan SARS-CoV-2 RNA dengan metode real-time RT-PCR (PCR COVID-19) yang mendeteksi 3 (tiga) target gen sekaligus yaitu Gen E, N, dan RdRP sesuai dengan protokol yang ditetapkan World Health Organization (WHO). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Pemeriksaan SARS-CoV-2 RNA dengan metode real-time RT-PCR (PCR COVID-19) yang mendeteksi 3 (tiga) target gen sekaligus yaitu Gen E, N, dan RdRP sesuai dengan protokol yang ditetapkan World Health Organization (WHO). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia- Amerika Serikat tengah merencanakan upaya pengujian skala besar yang melibatkan lebih dari 100.000 sukarelawan dan kurang lebih setengah lusin kandidat vaksin yang paling menjanjikan. Upaya ini dilakukan untuk memberikan rasa aman dan efektif di akhir 2020, ungkap para ilmuwan yang memimpin program tersebut.

Dikutip dari Reuters, proyek ini akan memperpendek waktu pengembangan dan pengujian vaksin yang biasanya memakan waktu 10 tahun ke dalam hitungan bulan. Pernyataan ini merupakan urgensi untuk menghentikan pandemi yang telah menginfeksi lebih dari 5 juta orang, menewaskan lebih dari 335.000 orang dan memukul ekonomi di seluruh dunia.


Para ilmuwan menjelaskan untuk sampai kesana, para pembuat vaksin terkemuka telah sepakat untuk berbagi data dan saling meminjamkan jaringan uji klinis mereka kepada para pesaing jika kandidat uji coba mereka sendiri gagal. Kandidat yang menunjukkan tanda aman dalam studi kecil akan diuji dalam uji coba besar yaitu pada 20.000 hingga 30.000 subyek untuk setiap vaksin yang dijadwalkan mulai bulan Juli.

"Antara 100.000 dan 150.000 orang mungkin terdaftar dalam studi ini," kata Dr. Larry Corey, pakar vaksin di Fred Hutchinson Cancer Center di Seattle, yang membantu merancang uji coba. "Jika tidak terdapat masalah uji coba, maka uji coba terus berjalan," tambah Dr. Francis Collins, direktur NIH (Depkes AS).

Upaya uji skala besar vaksin ini adalah bagian dari kemitraan publik-swasta yang dikenal dengan ACTIV (Percepatan Intervensi dan Vaksin Terapeutik COVID-19). Selain itu, proyek ini juga bagian dari penelitian dan pengembangan "Operation Warp Speed," program Gedung Putih yang diumumkan minggu lalu untuk mempercepat pengembangan vaksin virus corona.

Keraguan Uji Vaksin
Vaksin, yang nantinya akan digunakan pada orang sehat, biasanya diuji bertahap dimulai dengan uji coba pada hewan. Pengujian manusia dimulai dengan uji coba kecil pada sukarelawan sehat, diikuti oleh penelitian yang lebih besar untuk menemukan dosis yang tepat dan mendapatkan data awal tentang efektivitas vaksin. Tahap akhir terdiri dari pengujian skala besar pada ribuan orang. Baru setelah itu pengembang vaksin akan berkomitmen untuk memproduksi jutaan dosis.

Di era pandemi corona, banyak dari langkah-langkah itu akan tumpang tindih, terutama uji coba tahap-tengah dan tahap-akhir, ungkap Collins dan Corey. Pendekatan ini memiliki risiko, karena masalah keselamatan khusus hanya dapat muncul dalam uji coba skala besar.


ebuah data jajak pendapat menunjukkan bahwa masyarakat AS prihatin dengan langkah percepatan untuk penemuan vaksin ini. "Keraguan terjadi karena vaksin yang sangat efektif dapat diuji dalam waktu enam bulan jika ada perbedaan besar dalam manfaat antara vaksin dan kelompok uji plasebo," kata Corey.

Untuk vaksin yang cukup efektif, uji coba bisa memakan waktu sembilan hingga 12 bulan. Yang dikhawatirkan adalah pemerintah AS telah berkomitmen dengan dana miliaran dolar untuk membantu memproduksi dosis vaksin yang mungkin tidak pernah terbukti berhasil.

[Gambas:Video CNBC]






(dob/dob) Next Article Pembuatan Vaksin Corona Tengah Dikebut!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular