
33 Perusahaan China Kena Blacklist AS, Kok Bisa?
Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
23 May 2020 14:41

Jakarta, CNBC Indonesia - Departemen Perdagangan Amerika Serikat menambahkan 33 perusahaan dan institusi asal China ke dalam daftar hitam mereka. Langkah ini dilakukan untuk menindak perusahaan yang mendukung kegiatan militer China, serta menghukum perlakuannya terhadap minoritas Muslim Uighur di sana.
Dalam sebuah pernyataan yang dikutip dari CNBC International, Departemen Perdagangan AS mengatakan tujuh perusahaan dan dua institusi terdaftar "terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia dan pelanggaran yang dilakukan dalam kampanye penindasan China, penahanan sewenang-wenang massal, kerja paksa dan pengawasan teknologi tinggi terhadap Uighur".
Sedangkan sebanyak dua lusin perusahaan lain, lembaga pemerintah, dan organisasi komersial ditambahkan karena upaya mereka yang mendukung pengadaan barang untuk digunakan oleh militer China.
Perusahaan yang masuk dalam daftar hitam tersebut berfokus pada kecerdasan buatan dan pengenalan wajah, yang dimana pasar mereka sama seperti beberapa perusahaan chip AS, yakni Nvidia dan Intel yang sudah banyak berinvestasi.
Di antara perusahaan tersebut, ada perusahaan AI paling terkenal di China, yakni NetPosa. Dikabarkan anak perusahaan NetPosa khusus pengenal wajah ternyata terkait dengan pengawasan Muslim Uighur di China.
Ada pula Qihoo360, perusahaan besar cybersecurity yang dihapuskan dari Nasdaq pada tahun 2015, baru-baru ini menjadi berita utama karena mengklaim telah menemukan bukti alat peretas CIA digunakan untuk menargetkan sektor penerbangan China.
CloudMinds, perusahaan yang mengoperasikan layanan berbasis cloud untuk menjalankan robot seperti versi Pepper, robot humanoid yang mampu komunikasi sederhana yang didukung oleh Softbank Group Corp ini juga masuk daftar hitam.
Perusahaan Xilinx, pembuat chip yang dapat diprogram, mengatakan setidaknya satu dari pelanggannya ada di daftar tersebut tetapi ia percaya dampak bisnis akan diabaikan.
"Xilinx menyadari penambahan baru-baru ini ke Daftar Entitas Departemen Perdagangan dan sedang mengevaluasi setiap dampak bisnis yang potensial," kata perusahaan itu. "Kami mematuhi aturan dan peraturan Departemen Perdagangan AS yang baru."
Daftar baru ini mengikuti tindakan serupa pada Oktober 2019 ketika Commerce menambahkan 28 biro keamanan publik China dan perusahaannya, termasuk beberapa perusahaan pemula kecerdasan buatan China dan perusahaan pengawas video Hikvision, ke dalam daftar hitam perdagangan AS atas perlakuan terhadap Muslim Uighur.
Departemen Perdagangan juga mengatakan penambahan perusahaan dan institusi tersebut ke "daftar entitas" agar dapat membatasi penjualan barang-barang atau teknologi dari AS.
Tindakan tersebut juga digunakan oleh Washington dalam upayanya membatasi pengaruh Huawei Technologies terhadap keamanan nasional AS. Commerce sempat mengambil tindakan untuk memotong akses Huawei ke pembuat chip di AS.
(hoi/hoi) Next Article AS Cabut di Proyek Kebanggaan Jokowi, Luhut Sebut-sebut China
Dalam sebuah pernyataan yang dikutip dari CNBC International, Departemen Perdagangan AS mengatakan tujuh perusahaan dan dua institusi terdaftar "terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia dan pelanggaran yang dilakukan dalam kampanye penindasan China, penahanan sewenang-wenang massal, kerja paksa dan pengawasan teknologi tinggi terhadap Uighur".
Sedangkan sebanyak dua lusin perusahaan lain, lembaga pemerintah, dan organisasi komersial ditambahkan karena upaya mereka yang mendukung pengadaan barang untuk digunakan oleh militer China.
Perusahaan yang masuk dalam daftar hitam tersebut berfokus pada kecerdasan buatan dan pengenalan wajah, yang dimana pasar mereka sama seperti beberapa perusahaan chip AS, yakni Nvidia dan Intel yang sudah banyak berinvestasi.
Di antara perusahaan tersebut, ada perusahaan AI paling terkenal di China, yakni NetPosa. Dikabarkan anak perusahaan NetPosa khusus pengenal wajah ternyata terkait dengan pengawasan Muslim Uighur di China.
Ada pula Qihoo360, perusahaan besar cybersecurity yang dihapuskan dari Nasdaq pada tahun 2015, baru-baru ini menjadi berita utama karena mengklaim telah menemukan bukti alat peretas CIA digunakan untuk menargetkan sektor penerbangan China.
CloudMinds, perusahaan yang mengoperasikan layanan berbasis cloud untuk menjalankan robot seperti versi Pepper, robot humanoid yang mampu komunikasi sederhana yang didukung oleh Softbank Group Corp ini juga masuk daftar hitam.
Perusahaan Xilinx, pembuat chip yang dapat diprogram, mengatakan setidaknya satu dari pelanggannya ada di daftar tersebut tetapi ia percaya dampak bisnis akan diabaikan.
"Xilinx menyadari penambahan baru-baru ini ke Daftar Entitas Departemen Perdagangan dan sedang mengevaluasi setiap dampak bisnis yang potensial," kata perusahaan itu. "Kami mematuhi aturan dan peraturan Departemen Perdagangan AS yang baru."
Daftar baru ini mengikuti tindakan serupa pada Oktober 2019 ketika Commerce menambahkan 28 biro keamanan publik China dan perusahaannya, termasuk beberapa perusahaan pemula kecerdasan buatan China dan perusahaan pengawas video Hikvision, ke dalam daftar hitam perdagangan AS atas perlakuan terhadap Muslim Uighur.
Departemen Perdagangan juga mengatakan penambahan perusahaan dan institusi tersebut ke "daftar entitas" agar dapat membatasi penjualan barang-barang atau teknologi dari AS.
Tindakan tersebut juga digunakan oleh Washington dalam upayanya membatasi pengaruh Huawei Technologies terhadap keamanan nasional AS. Commerce sempat mengambil tindakan untuk memotong akses Huawei ke pembuat chip di AS.
(hoi/hoi) Next Article AS Cabut di Proyek Kebanggaan Jokowi, Luhut Sebut-sebut China
Most Popular