Wall Street Jatuh di Pembukaan Merespons Ketegangan AS-China

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
22 May 2020 20:44
Wall Street
Foto: REUTERS/Brendan McDermid

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) dibuka tertekan pada perdagangan Jumat (22/5/2020), menyusul naiknya ketegangan AS dan China yang mengaburkan sentimen positif sebelumnya terkait vaksin Covid-19.

Indeks Dow Jones Industrial Average surut 18 poin (-0,1%) pada pembukaan perdagangan pukul 08:30 waktu setempat (21:30 WIB), dan selang 20 menit kemudian membesar jadi 124,7 poin (-0,51%) ke 24.349,42. Indeks Nasdaq turun 43,4 poin (-0,47%) ke 9.241,49 dan S&P 500 tertekan 13,41 poin (-0,45%) ke 2.935,1.

China berencana menerapkan undang-undang keamanan nasional yang baru di Hong Kong, menyusul aksi demo kelompok anti-pemerintah selama berbulan-bulan. Mereka juga menyatakan tak mematok target pertumbuhan ekonomi 2020 akibat pandemi Covid-19.

Rencana itu diumumkan setelah AS memuluskan rencana legislasi Rancangan Undang-Undang (RUU) Akuntabilitas Perusahaan Asing (Holding Foreign Companies Accountable Act) yang berpotensi mendepak 127 emiten China di Wall Street jika menolak menghadapi audit versi AS.

Tensi tersebut mengaburkan optimisme yang muncul dari dunia kesehatan setelah Direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular Anthony Fauci pada Jumat menilai bahwa vaksin produksi emiten farmasi AS Moderna terlihat "menjanjikan."

"Masa depan masih belum pasti, dan karenanya, kami tidak berani bilang takkan ada gelombang kedua (penyebaran virus Covid-19)," tutur Tom Lee, Kepala Riset Fundstrat Global Advisors, dalam laporan risetnya yang dikutip CNBC International.

Namun kabar baiknya, lanjut dia, belum ada gelombang kedua pada pembukaan ekonomi saat ini. Meski demikian, data situs Worldometers menunjukkan bahwa ada kecenderungan kenaikan kasus.

Presiden AS Donald Trump pada Kamis malam bersikukuh tak akan "menutup negaranya" jika gelombang kedua tersebut benar terjadi. "Kita akan mematikan apinya. Baik itu arang maupun lidah api, kita akan mematikannya out. Namun kita takkan menutup negara kita."

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular